
Mendekati pukul 10 pagi, semakin sering suara tukang sayur terdengar lantang dari rumah ke rumah sudah jarang terdengar. Kondisi pandemi telah memaksa keadaan serba daring yang ikut membuka peluang luas untuk berkembangnya teknologi dan penggunaannya. Ketika ibu ingin membeli sayur, sudah tidak perlu repot-repot menelusuri pasar atau pergi ke supermarket dan pulang membawa kantong belanja yang tidak sedikit jumlahnya. Kini, semuanya sudah dikemas dalam cara yang lebih praktis. Cukup duduk dan mengambil gawai, memilah sayur mana yang ingin dibeli lewat aplikasi online.
Adanya peningkatan terhadap penggunaan internet secara komprehensif ini telah membentuk budaya dialektika baru di kalangan masyarakat. Ya, digitalisasi di segala bidang terjadi tanpa terkecuali. Digitalisasi merupakan fenomena yang tidak dapat terpisahkan dari kondisi masyarakat saat ini. Hampir semua kebutuhan sehari-hari terlibat dalam proses digitalisasi, mulai dari pendidikan, pekerjaan, infrastruktur, dan penyebaran informasi. Beragam dampak positif pun bisa dirasakan masyarakat akibat kemudahan akses dan lebih banyak waktu luang yang tersedia. Era digitalisasi juga telah membuat media sosial menjadi wadah alternatif baru bagi masyarakat untuk beraktivitas dan bersosialisasi. Fenomena yang terjadi di dunia nyata seakan dialihkan dalam dunia virtual seperti internet, seperti inovasi start-up tukang sayur keliling (atau sekarang disebut Kedai Sayur).
Salah satu contoh bisnis kedai sayur di Indonesia adalah Kedai Sayur milik agritech yang bertekad mengisi potensi pasar produk segar di Indonesia. Didirikan oleh Adrian Hernanto sejak tahun 2018, kedai sayur ini diupayakan untuk membantu suplai sayur-mayur dari petani ke pedagang menjadi lebih efisien (dailysocial.id/30/03/2020).
Sistemnya berbasis aplikasi mobile yang dibuat untuk memudahkan tukang sayur mendapatkan produk segara tanpa repot-repot meninggalkan rumah. Nantinya, tukang sayur yang sudah tergabung sebagai mitra dapat memesan produk dari para petani yang sudah bekerja sama dengan Kedai Sayur dan mengambilnya di lokasi drop-off terdekat. Selain itu, monetisasi bagi untung juga termasuk adil karena diambil dari selisih harga yang mereka bayarkan kepada petani dengan yang mereka jual ke para tukang sayur. Hal itu dimungkinkan karena mereka membeli hasil panen dalam kuantitas besar, sehingga harga beli yang mereka peroleh dan harga jual yang mereka berlakukan dapat bersaing dengan harga di pasar (dailysocial.id/30/03/2020).
Perlu diketahui bahwa UMKM di Indonesia telah menjadi pilar terpenting bagi ekosistem ekonomi. Apalagi diketahui bahwa 99% pelaku usaha di Indonesia adalah sektor UMKM. Peran UMKM telah berkontribusi 60% terhadap produk domestik bruto nasional dan 97% terhadap penyerapan tenaga kerja yang terdampak pandemi. Sedangkan dari UMKM yang ada saat ini, ternyata baru 16 persen yang telah masuk dalam ekosistem ekonomi digital. Dalam konteks Indonesia, sektor UMKM merupakan salah satu pilar utama dari fundamental ekonomi Indonesia. Bahkan, di saat terjadinya krisis ekonomi 1998, ternyata sektor UMKM sangat berkontribusi positif dalam menyelamatkan ekosistem ekonomi Indonesia kala itu. Hal yang sama juga terjadi selama pandemi COVID-19, yang mana sektor UMKM dapat berpotensi besar untuk menjadi akselerator pemulihan ekonomi nasional. Oleh karena itu, diperlukan model kewirausahaan yang bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Hal inilah yang kemudian melahirkan model kewirausahaan digital. Model bisnis ini berasal dari kombinasi teknologi digital dan kewirausahaan yang kemudian menghasilkan fenomena karakteristik baru dalam hal bisnis (Arianto, 2021).
Menurut catatan Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini sudah terdapat 10,25 juta pelaku UMKM yang telah terhubung dengan platform digital (Arianto, 2021). Dalam hal ini, peran teknologi digital memiliki pengaruh yang signifikan terhadap unit bisnis baru yang dibuat. Paradigma teknologi yang muncul memanfaatkan potensi kolaborasi dan kecerdasan kolektif untuk merancang dan meluncurkan inisiatif kewirausahan yang lebih kuat dan berkelanjutan. Pengembangan UMKM berbasis digital juga menuntut urgensi konten kreatif untuk menarik daya beli konsumen. Hal ini juga dapat berdampak pada kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui pengoptimalan dan pemanfaatan teknologi.
Fenomena ini tentu membawa warna baru bagi perekonomian Indonesia. Tidak cuma pelaku bisnis besar yang dapat mengambil kesempatan industri ini, tapi juga pelaku UMKM atau pedagang kecil bisa memanfaatkan teknologi digitalisasi. Terlebih lagi, di masa pandemi ini, pengembangan UMKM berbasis digital dapat menjadi alternatif untuk menyelamatkan sektor UMKM yang sempat terpuruk. Dampak positif ini dirasakan langsung oleh salah satu pemilik warung di Bandung, Titin Supartani. Awalnya, Titin ditawari langsung oleh Account Manager Grab untuk masuk ke layanan GrabMart yang baru. Sejak saat itu, Titin mulai giat memperbanyak stok barang dan mulai berinovasi dengan menjual barang-barang kebutuhan lain. Alhasil, Titin mengaku pendapatan per harinya meningkat. Bahkan, dalam satu bulan ia berhasil mendapat omzet sebesar 90 juta (fintechasia.com/11/01/2022).
Terlepas dari kekurangan beberapa UMKM yang masih lack dalam hal pengemasan produk dan jasa dan keterbatasan biaya pemasaran, gagasan digitalisasi UMKM dan inovasi pendirian start-up ini patut diacungi jempol. Keadaan pandemi saat ini mengharuskan masyarakat (terutama pedagang kecil) untuk beradaptasi dengan perubahan yang serba tiba-tiba. Para pelaku bisnis kecil, mau tidak mau, harus memutar otak untuk tetap bertahan dengan menggali inovasi dan kreasi bisnis mereka. Pengembangan UMKM berbasis digital ini dapat meningkatkan sinergitas antara pelaku bisnis kecil dan warganet di masa depan.
Referensi:
Arianto, B. (2021). Pengembangan UMKM Digital di Masa Pandemi Covid-19. ATRABIS: Jurnal Administrasi Bisnis (e-Journal), 6(2), 233-247. Diakses melalui https://doi.org/10.38204/atrabis.v6i2.512 pada 24 Februari 2022, pukul 14.00 WIB.
https://dailysocial.id/post/startup-agritech-kedai-sayur Diakses pada 23 Februari 2022, pukul 18.30 WIB.
https://fintechnesia.com/2022/01/11/kisah-tukang-sayur-mencetak-omzet-rp-90-juta-sebulan-berkat-digitalisasi/ Diakses pada 24 Februari 2022, pukul 12.30 WIB.

Samuella Christy adalah mahasiswi Ilmu Politik Universitas Indonesia yang aktif menulis mengenai isu-isu politik, sosial, dan budaya. Dapat dihubungi di samuellachristy3005@gmail.com.