Ketika mendengar kata “libertarianisme”, apa hal pertama yang terlintas di pikiran Anda? Mungkin saja kebebasan. Bisa juga kekayaan, kapitalisme, atau pasar bebas. Secara umum, libertarianisme dipahami sebagai gagasan yang menjunjung tinggi kebebasan. Kebebasan, dalam libertarianisme, merupakan prinsip utama dan tujuan akhir dari gagasan tersebut.
Namun, kebebasan yang dijunjung tinggi dan menjadi prinsip utama dari libertarianisme bukan sesuatu yang lahir dari ruang hampa. Ada beberapa konsep dasar yang menjadi fondasi atas kebebasan yang menjadi prinsip utama dari libertarianisme. Beberapa dari konsep tersebut dipaparkan oleh David Boaz yang merupakan vice president lembaga think tank libertarian terkemuka asal Amerika Serikat, Cato Institute, dalam artikelnya yang berjudul “Key Concepts of Libertarianism”.
Boaz dalam artikelnya memaparkan bahwa, konsep-konsep yang membentuk filsafat libertarianisme bukanlah sesuatu yang baru lahir. Konsep-konsep tersebut merupakan konsep yang berkembang selama berabad-abad di berbagai belahan dunia, mulai dari China, Yuanani, dan Timur Tengah, dan dikembangkan oleh berbagai pemikir seperti John Lock, Adam Smith, dan David Hume.
Konsep inti pertama yang dipaparkan oleh Boaz adalah individualisme. Libertarainisme mengakui bahwa individu merupakan unit dasar dari masyarakat. Hanya individu yang bisa mengambil pilihan dan bertanggung jawab atas pilihan yang diambilnya. Entitas lain, seperti negara dan kelompok tidak bisa mengambil pilihan. Hanya individu-individu yang menjadi anggota dari kelompok tersebut yang bisa mengambil pilihan.
Pengakuan terhadap individu sebagai unit dasar dari masyarakat adalah salah satu hal terpenting yang membedakan libertarianisme dengan ideologi-ideologi kolektif lainnya, seperti Fasisme dan Komunisme. Fasisme menjadikan negara sebagai unit, dan komunisme menjadikan kelas sosial sebagai unitnya.
Ideologi-ideologi kolektif tersebut tidak mengakui bahwa individu merupakan unit dasar dari masyarakat Oleh karena itu, para penguasa di negara-negara fasis dan komunis, seperti Uni Soviet dan Nazi Jerman, kerap memberlakukan aturan yang melanggar dan bahkan mencabut hak individu dengan mengatasnamakan demi kebaikan negara atau mencapai tujuan bersama kelas sosial tertentu.
Pengakuan individu sebagai unit dasar masyarakat berarti pada saat yang sama juga mengakui bahwa setiap individu memiliki hak yang setara dan berhak untuk menikmati kebebasan. Inilah yang menjadi konsep kedua dalam libertarianisme yang dibahas oleh Boaz, yakni hak individu.
Karena setiap individu merupakan agen moral (moral agents), maka setiap individu memiliki hak atas kehidupan, kebebasan, dan properti yang dimilikinya. Hak-hak tersebut bukanlah sesuatu yang diberikan oleh pemerintah, melainkan hak-hak tersebut merupakan sesuatu yang secara inheren melekat pada diri setiap individu, jauh sebelum ada pemerintah. Tugas pemerintah adalah menjaga hak-hak tersebut agar tidak dicederai oleh pihak lain.
Konsep ketiga yang dipaparkan oleh Boaz adalah keteraturan spontan, atau spontaneous order. Keteraturan spontan merupakan keteraturan yang muncul di dalam masyarakat sebagai hasil dari interaksi antar sesama manusia, dan bukan hasil dari komando seseorang dari atas untuk mengatur masyarakat.
Hampir seluruh ideologi yang menentang kebebasan individu, seperti fasisme dan komunisme, menentang gagasan bahwa keteraturan bisa muncul secara spontan dari masyarakat. Ideologi-ideologi tersebut percaya bahwa, agar masyarakat dapat teratur, maka dibutuhkan seseorang, atau sekelompok orang, yang memiliki tugas untuk menentukan pilihan bagi setiap anggota masyarakat.
Libertarian percaya bahwa keteraturan dapat muncul secara spontan sebagai hasil dari interaksi antar sesama individu di dalam masyarakat. Ketika ribuan, dan bahkan jutaan, individu diberikan kebebasan untuk mengambil pilihan hidupnya, maka akan terjadi koordinasi secara spontan yang membentuk pranata di dalam masyarakat.
Boaz memberi contoh bahasa misalnya. Di banyak negara, bahasa bukanlah merupakan suatu pranata sosial yang dihasilkan dari top-down approach penguasa kepada rakyaktnya. Perkembangan bahasa di berbagai negara lahir berdasarkan spontaneous order dari hasil interaksi antar sesama individu di dalam masyarakat.
Konsep keempat yang dijabarkan oleh Boaz adalah kedaulatan hukum atau rule of law. Libertarianisme tidak sama dengan “libertinisme” yang memberi klaim bahwa setiap orang dapat melakukan hal apapun yang diinginkannya. Libertarianisme percaya bahwa untuk membangun masyarakat yang bebas, maka dibutuhkan serangkaian aturan hukum yang bertujuan untuk melindungi hak individu.
Rule of law dimaksudkan bahwa setiap individu berada di bawah aturan hukum yang setara, dan tidak ada satu individu pun yang berada di atas hukum yang berlaku di dalam masyarakat. Rule of law merupakan prinsip yang bertentangan dengan rule of man, di mana aturan dibuat berdasarkan kehendak satu atau segelintir orang demi mengatur orang lain, dan mereka yang membuat aturan tidak terikat dengan hukum yang mereka buat.
Untuk menjaga hak individu dan memastikan hukum dapat ditegakkan, dibutuhkan pemerintahan. Namun, pemerintah merupakan institusi yang sangat berbahaya, karena pemerintah merupakan institusi yang memonopoli sumber daya untuk melakukan kekerasan. Oleh karena itu, pemerintahan dalam kerangka libertarianisme haruslah pemerintahan yang terbatas, atau limited government, dan inilah konsep selanjutnya yang dibahas oleh Boaz.
Pemerintah yang terbatas berarti wewenang yang dimiliki oleh pemerintah tersebut tidaklah tanpa batas. Wewenang pemerintah harus dibatasi seminim mungkin, yang batas-batas tersebut umumnya dituangkan di dalam konstitusi suatu negara, seperti larangan mencederai kebebasan berbicara, kebebasan beragama, dan penahanan tanpa perintah pengadilan. Wewenang pemerintah harus dibatasi sekecil mungkin dan hanya berfungsi untuk melindungi hak individu dari agresi pihak lainnya, dan bukan menentukan jalan hidup dan pilihan yang bisa diambil oleh individu.
Konsep keenam yang dipaparkan oleh Boaz adalah pasar bebas, atau free markets. Agar individu dapat bertahan dan berkembang, maka sangat penting bagi setiap individu untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi. Pasar bebas merupakan sistem ekonomi yang bertumpu pada perlindungan hak kepemilikan dan transaksi ekonomi yang berdasarkan kesukarelaan dan bukan paksaan.
Sejarah sudah membuktikan bahwa, bila individu diberikan kebebasan untuk berkarya, membangun usaha, dan terlibat dalam kegiatan ekonomi, maka kemakmuran dan kesejahteraan akan tercapai, seperti yang terjadi di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada). Sebaliknya, kita bisa melihat contoh bagaimana ketika negara menjadi pihak yang memonopoli dan mengatur kegiatan perekonomian, maka akan menghasilka kemiskinan dan kemunduran ekonomi, sebagaimana yang dialami oleh negara-negara komunis seperti Uni Soviet, Kuba, dan Korea Utara.
Konsep ketujuh yang dipaparkan oleh Boaz adalah nilai kebajikan dari kegiatan produksi, atau the virtue of production. Boaz memaparkan bahwa dorongan terhadap gagasan libertarianisme, yang muncul di Eropa Barat pada abad ke-17, adalah reaksi terhadap para raja dan kaum bangsawan. Para raja dan bangsawan Eropa pada masa itu hidup dengan hasil rampasan yang mereka ambil dari hasil kerja orang-orang yang memproduksi sesuatu, seperti pada pedagang dan petani.
Libertarianisme membela hak setiap individu untuk memiliki dan menggunakan setiap buah hasil kerja keras mereka. Pandangan tersebut membentuk gagasan bahwa bekerja dan memproduksi barang-barang yang dapat membawa manfaat bagi orang lain merupakan kegiatan yang sangat baik dan mulia.
Konsep kedelapan yang dijabarkan oleh Boaz adalah adanya harmoni alamiah antar kepentingan, atau natural harmony of interests. Boaz memaparkan bahwa libertarianisme percaya pada harmoni alamiah antar kepentingan, di mana individu memiliki kepentingan yang tentu berbeda-beda, dan tidak jarang kepentingan-kepentingan tersebut saling bertabrakan satu sama lain.
Seseorang misalnya, mungkin saja ingin mendapatkan pekerjaan. Sementara, orang lain ingin membuka usaha, membeli rumah, dan sebagainya. Dengan adanya institusi pasar yang bebas, kita bisa mendapatkan informasi mengenai pilihan apa yang terbaik yang bisa kita ambil dengan sumber daya yang kita miliki. Hanya ketika pemerintah memberikan suatu keistimewaan kepada kelompok tertentu dalam berbagai bentuk, maka hal tersebut akan memunculkan konflik antar kelompok, yang tidak jarang akan menimbulkan kekerasan.
Konsep inti terakhir dari libertarianisme yang ditulis oleh David Boaz adalah perdamaian. Libertarianisme memahami bahwa perang akan membawa kerusakan dan kematian dalam jumlah besar terhadap jutaan orang. Perang akan menghasilkan kehancuran ekonomi dan kehidupan sosial, dan pada saat yang sama akan memberi kekuasaan yang sangat besar terhadap para penguasa untuk membuat keputusan. Sepanjang sejarah, perang adalah musuh terbesar dari orang-orang yang mencintai perdamaian dan mereka yang produktif untuk berkarya membuat sesuatu yang dapat membawa manfaat besar bagi masyarakat.
Kesembilan konsep dasar tersebut, individualisme, hak individu, keteraturan spontan, kedaulatan hukum, pemerintahan yang terbatas, pasar bebas, kebajikan dari kegiatan produksi, harmoni alamiah antar kepentingan, dan perdamaian adalah konsep-konsep inti yang membentuk gagasan libertarianisme.
Konsep-konsep tersebut bukanlah sesuatu yang baru saja hadir dalam kehidupan manusia, melainkan sudah dibangun oleh umat manusia selama berabad-abad. Konsep-konsep tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk ditegakkan dan dijunjung tinggi bila kita ingin membangun masyarakat yang menjunjung tinggi kebebasan dan nilai-nilai kemanusiaan.
Artikel ini diambil dari link https://www.cato.org/publications/commentary/key-concepts-libertarianism Diakses pada 06 Agustus 2020, pukul 00.15 WIB.

Haikal Kurniawan merupakan editor pelaksana Suara Kebebasan dari Januari 2020 – Januari 2022. Ia merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Haikal menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia pada tahun 2018 dengan judul skripsi “Warisan Politik Ronald Reagan Untuk Partai Republik Amerika Serikat (2001-2016).”
Selain menjadi editor pelaksana dan kontributor tetap Suara Kebebasan, Haikal juga aktif dalam beberapa organisasi libertarian lainnya. Diantaranya adalah menjadi anggota organisasi mahasiswa libertarian, Students for Liberty sejak tahun 2015, dan telah mewakili Students for Liberty ke konferensi Asia Liberty Forum (ALF) di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun bulan Februari tahun 2016, dan Australian Libertarian Society Friedman Conference di Sydney, Australia pada bulan Mei 2019. Haikal saat ini menduduki posisi sebagai salah satu anggota Executive Board Students for Liberty untuk wilayah Asia-Pasifik (yang mencakup Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, dan New Zealand).
Haikal juga merupakan salah satu pendiri dan koordinator dari komunitas libertarian, Indo-Libertarian sejak tahun 2015. Selain itu, Haikal juga merupakan alumni program summer seminars yang diselenggarakan oleh institusi libertarian Amerika Serikat, Institute for Humane Studies, dimana Haikal menjadi peserta dari salah satu program seminar tersebut di Bryn Mawr College, Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan Juni tahun 2017.
Mewakili Suara Kebebasan, Haikal juga merupakan alumni dari pelatihan Atlas’s Think Tank Essentials yang diselenggarakan oleh Atlas Network pada bulan Februari 2019 di Colombo, Sri Lanka. Selain itu, ia juga merupakan alumni dari workshop International Academy for Leadership (IAF) yang diselenggarakan oleh lembaga Friedrich Naumann Foundation di kota Gummersbach, Jerman, pada bulan Oktober 2018.
Haikal dapat dihubungi melalui email: haikalkurniawan@studentsforliberty.org.
Untuk halaman profil Haikal di Students for Liberty dapat dilihat melalui tautan ini.
Untuk halaman profil Haikal di Consumer Choice Center dapat dilihat melalui tautan ini.