Refleksi Kebebasan Berpendidikan di Indonesia

77
Sumber: https://www.liputan6.com/hot/read/4511269/pendidikan-adalah-proses-pengubahan-sikap-kenali-pengertiannya-menurut-para-ahli

Peringatan Hari Anak pada tanggal 30 April dan Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei lalu sudah seharusnya menjadi momen refleksi bersama. Pendidikan merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia. Pendidikan dapat mengembangkan potensi seseorang sampai pada tingkat optimal dalam batas hakikat individu, dengan tujuan supaya tiap manusia bisa turut serta dalam pengembangan kapabilitas manusia dan masyarakatnya hingga mencapai martabat kehidupan yang lebih tinggi. Indonesia termasuk negara yang sudah menyadari urgensi pendidikan bagi seluruh kalangan masyarakat.

Namun, pendidikan di Indonesia juga masih menemui beberapa pekerjaan rumah yang perlu dibenahi hingga saat ini. Program “Merdeka Belajar” yang monoton belum menunjukkan pencapaian yang signifikan, terlebih lagi dengan birokrasinya yang rumit. Penerapan pendidikan yang masih jauh dari standar ‘kelayakan’ dan profesionalitas guru yang minim di daerah-daerah, khususnya pada daerah pelosok 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).  Selain itu, penerapan aspek humanisme dalam internal tubuh pendidikan juga masih disoroti.

Sesuai dengan ujaran Paulo Freire mengenai kaum penindas juga kaum tertindas di sistem pendidikan, di Indonesia sendiri, masalah pendidikan ini dapat dikaitkan dengan marginalisasi anak-anak yang memiliki minat di bidang non-akademis. Dalam proses akademik secara mayoritas, guru maupun pihak sekolah lebih mengutamakan mereka yang memiliki kecerdasan lebih di bidang akademik dan memberikan pengajaran ekstra untuk mereka. Di sisi lain, murid yang dikatakan “biasa” atau mengarah pada non-akademis hanya ditinggalkan dengan tugas pengganti, atau bahkan mendapat porsi sedikit bimbingan di kelas.

Realita pendidikan di Indonesia bisa berkaca pada Finlandia. Bahan ajar yang diterapkan oleh menteri pendidikan tidak hanya mengandalkan pandangan, tetapi berdasarkan pada kebutuhan lapangan, yakni melihat fakta dan kondisi  di lapangan, sehingga pendidikan juga dimonitor sebagai sektor pembangunan ekonomi. Kemudian, Finlandia langsung mengeksekusi agresi pendidikan tersebut. Bentuk respon inilah yang selanjutnya membawa Finlandia sebagai negara berpendidikan terbaik di dunia.

Permasalahan pendidikan di Indonesia kemudian membawa amunisi negatif yang dapat berujung pada dehumanisasi anak di institusi pendidikan. Bagaimana mereka dipaksa untuk mengikuti standar “prestasi” yang ada, minat dan bakat mereka dikekang, hingga ide-ide kreatif mereka yang juga dibungkam. Kini, pertanyaannya, mengapa “kebebasan” dalam pendidikan itu penting?

Pendidikan mengajarkan murid untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya melihat tentang kebutuhan murid, bukan malah menyamaratakan cara berfikir mereka. Misalnya, siswa-siswi diberikan kebebasan dalam menilai sesuai dengan sudut pandangnya, kemudian dilanjutkan dengan dialog bersama gurunya. Dengan demikian, para siswa-siswi secara perlahan akan mengerti apa yang seharusnya mereka lakukan. Keberanian-keberanian dalam menyampaikan pendapat seperti inilah salah satu prinsip dari kebebasan yang akan melatih murid untuk bertanggung jawab dan tidak terjerat dengan asumsi-asumsi pendidikan yang sudah ter-setting.

Proses pendidikan yang benar, di sekolah maupun di kampus, seharusnya dipenuhi sikap kritis dan daya-cipta guru dan dosen yang berorientasi pada pengembangan bahasa pikiran (thought of language) siswa sehingga memiliki kemampuan untuk mengasah daya jelajah imajinasinya sesuai dengan lingkungan tempat mereka berada. Oleh karena itu, sangat penting dalam proses belajar-mengajar guru dan dosen harus lebih banyak memperhatikan aspek kesadaran siswa mereka yang terpusat pada aspek afektif dan psikomotorik.

Dari proses-proses tersebut, siswa tidak hanya mengenal IQ, tetapi juga dapat meningkatkan aspek kecerdasan lainnya. Misalnya, dengan pemfokusan terhadap bakat masing-masing siswa, pendidik akan memberikan anak kebebasan untuk mencoba berbagai macam aktivitas, dan melakukan pengembangan berbagai macam hal yang akan memberi anak itu kesempatan lebih besar untuk menemukan kecerdasan yang dia miliki. Alhasil, anak dapat mengetahui keunggulannya, daripada memaksakan diri di bidang yang tidak cocok dengan keahliannya.

Terakhir, peranan kebebasan dalam penerapan pendidikan lainnya yang tak kalah penting adalah kebebasan merupakan hal yang penting untuk mengajarkan anak bertanggung jawab. Setiap keputusan dan tindakan yang dipilih anak akan menimbulkan konsekuensi ke depan yang harus mereka pertanggungjawabkan. Dengan demikian, anak dapat memiliki self-control dan lifelong learning. Dengan demikian,  setiap anak dapat merasakan kebebasan yang sebenarnya, termasuk dalam proses belajar.