Tahun 2023 tidak terasa sudah hadir di depan mata kita. Ada banyak sekali peristiwa sepanjang tahun 2022 yang layak untuk dicermati secara seksama dengan penuh pendalaman, baik sebagai pembelajaran dan penunjuk arah dalam mengarungi Tahun Baru 2023, terutama dalam rangka memperjuangkan kebebasan.
Tidak dapat dipungkiri, tantangan kebebasan menjadi persoalan yang senantiasa menjadi perhatian besar yang harus diselesaikan. Sejatinya, banyak peristiwa positif sebagai gambaran kesigapan dan ketangkasan dalam mewujudkan kebebasan. Namun, banyak ujian yang harus diselesaikan dalam merawat dan memperjuangkan kebebasan agar menjadi kondisi ideal yang diidamkan oleh kita semua.
Masih teringat jelas, pada awal tahun ini, saat Presiden Rusia, Vladimir Putin, meluncurkan serangan terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Pasukan invasi Rusia merebut dua kota kecil di tenggara Ukraina dan serangan itu kian meluas ke sejumlah wilayah, serta melahirkan gejolak perang dan jatuhnya banyak korban.
Hal ini menjadi kian serius, mengingat kondisi perekonomian global belum sepenuhnya bisa bernapas lega usai melewati pandemi Covid-19, sehingga memicu resesi ekonomi yang tidak terelakkan, bahkan berpotensi menyebabkan penurunan profit perusahaan, peningkatan pengangguran, melemahnya daya beli masyarakat, dan kebangkrutan ekonomi secara meluas hampir di seluruh belahan dunia, yang digambarkan oleh Bank Dunia sebagai kondisi yang sangat rumit.
Faktanya, dampak besar dari ketikdapastian global dan runtuhnya ekonomi dapat dilihat dari beberapa negara yang jatuh ke dalam masalah ekonomi. Salah satu di antaranya adalah Sri Lanka yang disebut sebagai negara yang bangkrut dan mendapatkan salah satu pukulan ekonomi terberat usai negara tersebut dihantam oleh pandemi.
Berkelindannya kondisi ekonomi, politik, dan ketidakpastian global yang ada secara langsung maupun tidak langsung juga menjadi kondisi yang sangat sulit dan menggerogoti sendi-sendi kebebasan. Hal ini juga tampak menyelimuti bangsa Indonesia yang juga sedang berproses menuju pemulihan dari pandemi Covid-19 dan harus bersiaga menghadapi kondisi global yang sama, sehingga harus mampu menghasilkan kebijakan berkualitas dan tetap melindungi aspek kebebasan. Apalagi di tengah beragam maraknya permasalahan publik, seperti tingginya harga minyak goreng dan bahan pokok, pemutusan hubungan kerja, mahalnya biaya hidup, korupsi, dan lain sebagainya, yang hampir selalu menyorot di lacar kaca.
Di sisi lain, tantangan kebebasan sipil juga menjadi kian nyata sepanjang tahun ini. Beberapa isu hak asasi manusia berkaitan dengan kebebasan beragama, kebebasan berekspresi, dan kebebasan lainnya mengalami ancaman melalui banyaknya regulasi, seperti UU ITE, Permenkominfo Nomor 5 Tahun 2020, dan yang terakhir adalah masih munculnya banyak gejolak pasca pengesahan Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP) pada bulan Desember lalu. Masih banyaknya kontrdiksi terhadap sekian banyak aturan hukum yang lahir dan munculnya banyak polemik di masyarakat menjadi salah satu tantangan bagaimana permasalahan tersebut menjadi tantangan dalam upaya untuk merawat dan memperjuangkan kebebasan, yang harus diuji secara mendasar dalam bingkai kebebasan.
Akhirnya, tantangan kebebasan menjadi hal yang tidak dapat kita pungkiri. Lintasan waktu sepanjang tahun 2022 ini telah melahirkan banyak kejadian. Salah satu refleksi kebebasan tahun ini yang dapat diambil adalah bahwa kebebasan begitu rapuh jika diperlakukan cuma. Kebebasan harus terus dipromosikan, dirawat, serta diperjuangkan untuk mewujudkannya.
Sejatinya, kebebasan bukanlah sesuatu yang taken for granted, melainkan suatu hal mendasar yang esensial dan alamiah, serta cita-cita yang harus direalisasikan dalam secara nyata dalam kehidupan. Pemahaman mendasar dan mendalam soal pentingnya kebebasan dan upaya bersama untuk mewujudkannya menjadi beberapa hal yang esensial untuk mempromosikan, merawat, memperjuangkan, dan melindungi kebebasan. Selamat Tahun Baru 2023! Salam Kebebasan!
Galang Taufani adalah Managing Editor di Suara Kebebasan. Galang adalah lulusan program Sarjana Hukum (2013) dan Magister Hukum (2016) di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Sebelum bergabung di Suara Kebebasan, Galang pernah bekerja sebagai wartawan, peneliti, dan dosen sejak tahun 2013. Galang menulis banyak karya berupa buku, jurnal, dan artikel ilmiah. Bidang yang digeluti olehnya, yaitu adalah bidang Hukum, Kebijakan Publik, Pajak, Filsafat, dan Sastra.
