Akhir-akhir ini, teriakan anti pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang kerap disuarakan oleh berbagai aktivis, politisi, dan akademisi. Tidak sedikit pihak yang memiliki pandangan bahwa, pertumbuhan ekonomi adalah sesuatu yang sangat jahat yang harus kita lawan dan hancurkan.
Mementingkan pertumbuhan ekonomi, bagi kalangan ini, dianggap sebagai bentuk kerakusan. Seseorang yang percaya bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang harus kita capai, dilihat dengan sinis sebagai seseorang yang hanya mementingkan uang, harta, dan kekayaan bagi dirinya sendiri.
Lantas, apakah pandangan ini sebagai sesuatu yang tepat? Apakah pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang harus kita hentikan, dan mereka yang mengavokasi untuk meningkatkan pertumbuhan lebih tinggi adalah orang-orang yang materialis dan hanya mementingkan harta dan kekayaan semata?
*****
Untuk mengawali jawaban atas pertanyaan tersebut, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan peningkatan produksi barang dan jasa para periode tertentu. Salah satu cara terbaik untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah melalui Pendapatan Domestik Bruto (Gross Domestic Product / GDP). Untuk menghitung GDP suatu negara, melibatkan perhitungan seluruh hasil (output) ekonomi negara tersebut (thebalance.com, 19/5/2020).
Adanya pertumbuhan ekonomi di suatu negara merupakan hal yang sangat penting agar suatu negara mengalami peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan. Bila output seluruh ekonomi di suatu negara meningkat, berarti para aktor ekonomi dan pemilik usaha di negara tersebut juga akan memiliki pendapatan dengan lebih besar. Dengan demikian, mereka bisa lebih banyak sumber daya untuk berinvestasi dan membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.
Dengan lapangan pekerjaan yang semakin meningkat, niscaya akan akan semakin banyak orang yang memiliki pemasukan dan bisa membiayai biaya hidup dan keluarganya. Bila lapangan pekerjaan semakin kecil, tentu tingkat pengangguran akan semakin meningkat, dan akan semakin banyak penduduk yang tidak lagi memiliki pendapatan untuk membiayai kehidupan mereka.
Inilah kesalahpahaman orang-orang yang kerap memusuhi mereka yang mengganggap pro terhadap pertumbuhan ekonomi sebagai seseorang yang rakus dan hanya mementingkan harta semata. Pertumbuhan ekonomi penting bukan karena hal tersebut membuka pintu bagi orang untuk serakah dan mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya.
Pertumbuhan ekonomi sangat penting bagi suatu negara karena hal tersebut adalah jalan untuk mengangkat orang-orang yang tidak berpunya keluar dari kemiskinan. Dani Rodrik menulis bahwa, bila suatu negara mendapatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 10 persen, rata-rata akan berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan di negara tersebut sampai 20 hingga 30 persen (Rodrik, 2007).
Bila standar hidup masyarakat meningkat, maka kesempatan seseorang untuk meningkatkan kesehatan, mendapatkan makanan bergizi, dan hidup dengan usia yang lebih panjang juga semakin besar. Selain itu, bila pertumbuhan ekonomi meningkat dan lapangan pekerjaan semakin banyak, maka para orang tua juga akan memiliki insentif lebih besar untuk mengirim anak-anaknya ke sekolah dan mendapat pendidikan yang baik, karena mereka sudah memiliki penghasilan yang cukup (Rodrik, 2007).
Salah satu cerita paling sukses terkait peningkatan standar hidup masyarakat dalam jumlah yang sangat besar dan dalam waktu yang sangat cepat adalah pertumbuhan ekonomi China. Sejak Deng Xiaoping melakukan kebijakan reformasi ekonomi pada tahun 1978, dengan membuka pintu untuk melakukan kegiatan usaha dan perdagangan internasional, China telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, yakni rata-rata di atas 9 persen per tahun (weforum.org, 30/7/2015).
Hasil dari reformasi ini sangat mengesankan. Sejak tahun 1990, China berhasil mengangkat lebih dari 700 juta orang dari garis kemiskinan, dengan menggunakan standar kemiskinan internasional Bank Dunia, yakni penghasilan USD1,9 per hari. Pada tahun 1990, 750 juta warga China hidup dengan di bawah pendapatan tersebut atau dua per tiga dari seluruh penduduk China. Pada tahun 2016, angka tersebut turun drastis menjadi 7,2 juta orang, atau menjadi 0,5% dari total jumlah penduduk (bbc.com, 28/2/2021).
Hal ini tentu merupakan sesuatu yang sangat mengesankan dan harus kita apresiasi. Tanpa adanya kebijakan reformasi ekonomi yang mendorong peningkatan output ekonomi pertumbuhan, niscaya capaian tersebut tidak akan bisa didapatkan. Bila ekonomi China tidak mengalami pertumbuhan, maka ratusan juta orang tetap hidup menderita di bawah garis kemiskinan di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Lihat saja apa yang terjadi di negara-negara yang mengalami defisit pertumbuhan ekonomi, seperti Venezuela misalnya. Pada tahun 2018, negara di Amerika Latin tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi minus 19,6 persen. Pada tahun 2019 dan 2020, defisit pertumbuhan negara yang dipimpin Presiden Nicolas Maduro tersebut mencapai minus 35 persen, dan minus 25% (International Monetary Fund, 2021).
Dampak dari minusnya pertumbuhan ekonomi tersebut sangat besar bagi masyarakat Venezuela. Masyarakat Venezuela tidak bisa menikmati berbagai kebutuhan dasar yang kita anggap taken for granted untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti listrik dan air bersih (washingtonpost.com, 11/4/2018).
Inilah hal yang kerap diabaikan oleh mereka yang memiliki sikap antipati terhadap pertumbuhan ekonomi. Yang lebih memprihatinkan, tidak sedikit mereka yang mendorong degrowth atau memutarbalikkan pertumbuhan ekonomi dunia adalah mereka kaum terdidik masyarakat urban yang tinggal di daerah perkotaan yang tinggal di negara maju.
Orang-orang ini tidak sadar, bahwa kemudahan dan kemakmuran hidup yang mereka rasakan dan nikmati saat ini, juga karena pertumbuhan ekonomi negara mereka yang terus menerus meningkat pada masa-masa sebelumnya. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi, niscaya para “aktivis anti pertumbuhan” ini tidak bisa menikmati fasilitas kesehatan yang memadai, sanitasi yang bersih, tempat tinggal yang nyaman, dan sarana pendidikan yang berkualitas, karena tidak ada dana untuk membiayai dan membeli barang-barang dan fasilitas tersebut.
Pertumbuhan ekonomi justru semakin dibutuhkan di negara-negara dengan pendapatan rendah untuk mengangkat penduduk mereka dari kemiskinan. Kemakmuran dan kesejahteraan tidak hanya berhak dinikmati oleh mereka yang tinggal di negara maju, tetapi juga negara-negara berpenghasilan rendah. Penduduk di negara-negara seperti Bangladesh, India, Burundi, dan Sudan, memiliki hak yang sama untuk menikmati sanitasi yang bersih, tempat tinggal yang layak, fasilitas kesehatan yang memadai, lembaga pendidikan yang berkualitas, dan pendapatan yang tinggi, seperti yang dinikmati oleh penduduk di Belanda, Denmark, Australia, dan negara-negara maju lainnya. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi niscaya hal tersebut tidak mungkin dapat dicapai.
Pertumbuhan ekonomi bukan perkara mengenai menumpuk harta dan gaya hidup materialis. Di banyak negara di dunia, pertumbuhan ekonomi justru berkaitan erat dengan hidup-matinya seseorang agar mereka bisa mendapatkan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup dan keluar dari belenggu kemiskinan.
Referensi
Jurnal
Rodrik, Dani. 2007. “Why Growth Should Be at the Heart of Development Policy”. Department for International Development. Diakses dari https://www.oecd.org/derec/unitedkingdom/40700982.pdf Diakses pada 11 Desember 2021, pukul 13.05 WIB.
Internet
https://www.bbc.com/news/56213271 Diakses pada 11 Desember 2021, pukul 14.35 WIB.
https://www.imf.org/en/Publications/WEO/weo-database/2020/October/weo-report?c=299,&s=NGDP_RPCH,NGDPD,PPPGDP,NGDPDPC,PPPPC,PCPIPCH,&sy=2018&ey=2025&ssm=0&scsm=1&scc=0&ssd=1&ssc=0&sic=0&sort=country&ds=.&br=1 11 Desember 2021, pukul 15.20 WIB.
https://www.thebalance.com/what-is-economic-growth-3306014 Diakses pada 11 Desember 2021, pukul 12.10 WIB.
https://www.washingtonpost.com/news/democracy-post/wp/2018/04/10/in-venezuela-a-daily-struggle-for-the-basic-necessities-of-life/ 11 Desember 2021, pukul 16.40 WIB.
https://www.weforum.org/agenda/2015/07/brief-history-of-china-economic-growth/ Diakses pada 11 Desember 2021, pukul 13.50 WIB.

Haikal Kurniawan merupakan editor pelaksana Suara Kebebasan dari Januari 2020 – Januari 2022. Ia merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Haikal menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia pada tahun 2018 dengan judul skripsi “Warisan Politik Ronald Reagan Untuk Partai Republik Amerika Serikat (2001-2016).”
Selain menjadi editor pelaksana dan kontributor tetap Suara Kebebasan, Haikal juga aktif dalam beberapa organisasi libertarian lainnya. Diantaranya adalah menjadi anggota organisasi mahasiswa libertarian, Students for Liberty sejak tahun 2015, dan telah mewakili Students for Liberty ke konferensi Asia Liberty Forum (ALF) di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun bulan Februari tahun 2016, dan Australian Libertarian Society Friedman Conference di Sydney, Australia pada bulan Mei 2019. Haikal saat ini menduduki posisi sebagai salah satu anggota Executive Board Students for Liberty untuk wilayah Asia-Pasifik (yang mencakup Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, dan New Zealand).
Haikal juga merupakan salah satu pendiri dan koordinator dari komunitas libertarian, Indo-Libertarian sejak tahun 2015. Selain itu, Haikal juga merupakan alumni program summer seminars yang diselenggarakan oleh institusi libertarian Amerika Serikat, Institute for Humane Studies, dimana Haikal menjadi peserta dari salah satu program seminar tersebut di Bryn Mawr College, Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan Juni tahun 2017.
Mewakili Suara Kebebasan, Haikal juga merupakan alumni dari pelatihan Atlas’s Think Tank Essentials yang diselenggarakan oleh Atlas Network pada bulan Februari 2019 di Colombo, Sri Lanka. Selain itu, ia juga merupakan alumni dari workshop International Academy for Leadership (IAF) yang diselenggarakan oleh lembaga Friedrich Naumann Foundation di kota Gummersbach, Jerman, pada bulan Oktober 2018.
Haikal dapat dihubungi melalui email: haikalkurniawan@studentsforliberty.org.
Untuk halaman profil Haikal di Students for Liberty dapat dilihat melalui tautan ini.
Untuk halaman profil Haikal di Consumer Choice Center dapat dilihat melalui tautan ini.