Pengenalan Ringkas Kapitalisme

    1307

    “Kapitalisme adalah tentang kerakusan dan keburukan moral.” Begitulah kata-kata yang sering terdengar dari para kaum sosialis.

    Pernyataan tentang rakusnya sistem ekonomi kapitalisme terkadang membuat para kritikus yang kebanyakan berasal dari kalangan akademisi merasa agak alergi terhadapnya. Menurut saya, hal tersebut menjadi kurang objektif, karena para kritikus kapitalisme sendiri kebanyakan hanya melihat kapitalisme dari sudut pandang literasi sosialis, yang mana terdapat banyak kesalahpahaman dalam mendefinisikan kapitalisme. Hal tersebut telah menutup mata dan telinga mereka dari literasi yang mendukung kapitalisme.

    Menemukan pengertian kapitalisme tidak cukup jika hanya membaca literasi sosialis semata, kita juga perlu untuk mencarinya pada literasi kapitalisme pula. Salah satunya adalah buku yang ditulis oleh ekonom asal Britania Raya, Eamonn Butler, yang berjudul “Kapitalisme: Modal, Kepemilikan, dan Pasar yang Menciptakan Kesejahteraan Dunia.” Buku ini diterbitkan pertama kali dalam Bahasa Inggris oleh IEA pada tahun 2018 dan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Suara Kebebasan tahun 2019.

    Buku yang ditulis oleh Eamonn Butler tersebut menjelaskan bahwa banyak kekeliruan yang datang dari para kritikus kapitalisme, diantaranya adalah kerakusan, keburukan moral, eksploitasi, monopoli, dan sebagainya yang pada kenyataanya menjadi kurang tepat untuk  ditundingkan terhadap kapitalisme. Dalam tulisan ini, saya akan menjelaskan tentang pengertian kapitalisme beserta beberapa poin-poinnya secara ringkas berdasarkan buku yang ditulis oleh Eamonn Butler, dengan harapan agar para pembaca dapat menambah wawasan serta membuka kembali mata dan hati untuk melihat kapitalisme secara lebih objektif.

    Kapitalisme sendiri berasal dari kata “caput” dalam bahasa latin, yang memiliki arti kepala. Kata caput digunakan oleh masyarakat Romawi untuk menghitung kepala hewan ternak yang mereka miliki, agar dapat diketahui berapa banyak harta yang dimiliki oleh pemilik hewan ternak tersebut. Secara garis besar, kapitalisme dapat diartikan sebagai sistem ekonomi yang menekankan pada pengelolaan modal untuk didistribusikan secara efektif.

    Lahirnya Kapitalisme ditandai dengan revolusi industri pertama, dimana ditemukannya mesin uap membuat kehidupan manusia berubah, dan manusia tidak lagi dibatasi oleh batas kemampuan hewan untuk membantu kehidupan kita.

    Kapitalisme sendiri telah memiliki rekam jejak yang sangat baik dalam meningkatkan kesejahteraan. Dalam bukunya tersebut, Eamonn Butler mengutip sejarawan ekonomi Amerika, Deirdre McClosky. McClosku mencatat bahwa ada peningkatan kemakmuran di dunia, dimana rata-rata penduduk dunia pada masa revolusi industri hanya berpenghasilan USD1-5 dalam sehari.

    Pada abad ke-21 ini, penghasilan rata-rata penduduk dunia mencapai USD50 dalam sehari. Di negara-negara maju, seperti Australia, Swiss, dan Kanada, rata-rata penghasilan penduduk per harinya lebih tinggi, yakni mencapai USD90 dalam sehari.

    Banyak orang yang memberi klaim bahwa peningkatan kesejahteraan tersebut hanya dinikmati oleh orang kaya saja. Tetapi, anggapan tersebut jelas sangat salah. Contohnya saja, barang-barang yang dulunya dikategorikan sebagai mewah, seperti penghangat ruangan, daging mentah, pakaian ganti, dan sebagainya, sekarang sudah dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah.

    Lantas, mengapa banyak kaum sosialis yang menentang kapitalisme?

     

    Kapitalisme yang Ditentang oleh Kaum Sosialis

    Kapitalisme memiliki berbagai ciri, yang membedakannya dengan sistem ekonomi yang lainnya, yang menjadi salah satu alasan bagi para kritikusnya untuk menentangnya. Ciri-ciri tersebut antara lain:

    1. Individual

    Individual yang dimaksud dalam sistem ekonomi kapitalisme adalah tentang hak kepemilikan modal. Konsep modal dalam kapitalisme tersebut berupa peralatan, barang, dan sebagainya yang menunjang produktivitas agar lebih efektif. Bagi para kritikusnya yang kebanyakan berasal dari kaum sosialis, ciri individual (kepemilikan) seringkali dianggap sebagai sifat egois dari kapitalisme, karena menunjukan sikap egoisme, yang pada akhirnya dianggap sebagai suatu keburukan moral yang membawa kepada kemunduran sosial.

    Padahal, dalam kenyataannya, sifat egoisme justru merupakan salah satu hal yang membawa kemajuan sosial, karena kita dapat fokus terhadap diri sendiri, serta melakukan hal secara sukarela, tanpa ada paksaan dari luar. Berbeda dengan prinsip sosialisme, yaitu altruisme dalam bentuk komunal, dimana lebih memungkinkan terjadinya tindakan paksa, sebab segala kepentingan harus bersesuaian dengan kepentingan komunal.

    1. Pasar Bebas

    Pasar bebas dalam kapitalisme adalah kebebasan dalam pengembangan usaha, serta distribusi barang dan jasa. Marx menganggap bahwa dengan adanya pasar bebas dapat menimbulkan perusahaan besar yang berpotensi melakukan tindakan monopoli terhadap pasar.

    Namun, ternyata anggapan tersebut masih sangat keliru. Apabila terjadinya pembesaran perusahaan, justru menyulitkan perusahaan tersebut untuk menyesuaikan diri dengan selera konsumen yang sangat cepat berubah, sehingga memberi kesempatan kepada kompetitor yang berskala kecil (para pedagang maupun perusahaan kecil) untuk mendapatkan keuntungan.

    Memang benar bahwa banyak pengusaha yang menggunakan pengaruh politiknya untuk berbuat curang, namun itu bukanlah merupakan inti dari konsep kapitalisme. Dalam kapitalisme yang murni, satu-satunya cara untuk menumbuhkan usaha (bisnis) adalah dengan menyediakan barang dan jasa yang bisa dikonsumsi banyak orang. Dengan adanya perubahan yang serba cepat dalam teknologi dan selera konsumen, sulit rasanya bagi siapapun untuk melakukan monopoli.

     

    Moral Kapitalisme

    Mungkin bagi kaum sosialisme kata-kata moral terlihat lucu bila disandingkan dengan kata kapitalisme, karena mungkin literasi-literasi sosialis terlalu banyak menutupi pandangan objektif mereka dalam menilai kapitalisme. Asas moral dalam kapitalisme terebut, antara lain:

    1. Kesukarelaan

    Kesukarelaan dapat kita lihat pada proses berjalannya pasar bebas, dimana tidak ada paksaan untuk bertukar (antara konsumen dan produsen), serta tidak ada aturan dalam proses distribusi. Segalanya berjalan secara suka rela atas dasar kesadaran dan kepentingan untuk menang dalam kompetisi secara sehat. Jika ada suatu toko roti yang memiliki harga yang mahal, konsumen dapat secara bebas untuk memilih pada toko roti lainnya yang memiliki harga lebih murah tanpa ada paksaan.

    Hal tersebut berbanding terbalik dengan sistem ekonomi yang dicita-citakan oleh kaum sosialis, yang percaya bahwa prinsip komunal akan membentuk sebuah sistem ekonomi terpusat, dimana segalanya diatur dan disetarakan, tanpa melihat kebutuhan konsumen. Sebagai contoh, konsumen ingin membeli beras, namun setiap toko beras hanya menawarkan satu jenis produk, dengah harga yang sama pula, karena segalanya harus setara sesuai standarisasi pembuat kebijakan.

    1. Kerja Sama

    Kerja sama juga merupakan salah satu tindakan moral yang terdapat dalam kapitalisme. Setiap bentuk kerja sama, dilakukan dengan suka rela, berdasarkan nilai (keuntungan) yang disepakati oleh kedua belah pihak yang melakukannya. Nilai atau biasa disebut sebagai keuntungan merupakan salah satu sasaran kaum sosialis untuk mengkritik kapitalisme.

    Kapitalisme kerap dianggap berbagai pihak hanya berfokus pada keuntungan saja, dan keuntungan pun dianggap buruk oleh kaum sosialis. Penting untuk diingat, bahwa keuntungan bukan hanya hanya dalam bentuk uang. Setiap lini kehidupan kita, membutuhkan keuntungan pula.

    Eamonn Butler membuat contoh ini dengan menggambarkan seorang yang naik ke atas bukit, dengan berusaha untuk naik ke atas bukit, pastilah kita akan dihargai setimpal (mendapat keuntungan) dengan melihat pemandangan yang indah. Begitu pula kerja sama kapitalisme dalam bisnis.

     

    Tujuan Kapitalisme

    1. Kesejahteraan

    Kesejahteraan merupakan salah satu tujuan dari kapitalisme yang sering kali dikritik oleh sosialisme, karena dalam pandangan sosialisme, bentuk kesejahteraan milik kapitalisme hanyalah kesejahteraan pribadi, bukan kesejahteraan bersama. Perlu diingat bahwa kesejahteraan kapitalisme muncul karena adanya usaha individu yang dilakukan dalam berusaha di sektor ekonomi, Namun, pernyataan ini masih belum cukup jelas untuk menjawab kritikan sosialisme, harus disertakan pula dengan tujuan kapitalisme yang berikutnya.

    1. Kesempatan yang Sama

    Melalui pasar bebas dalam kapitalisme, setiap orang akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan, karena tidak ada aturan yang menentukan pembatasan dan standarisasi dalam distribusi, yang memungkinkan setiap perusahaan (besar-kecil) dapat mengikuti kompetisi secara bebas.

     

    *****

     

    Sebagai penutup, kapitalisme ternyata tidak selalu tentang kerakusan dan keburukan moral seperti kritikan yang sering dilontarkan oleh para penganut sosialisme. Pada kenyataanya, terdapat pula sisi terang yang membuat para pendukung kapitalisme masih tetap setia terhadapnya. Hal tersebut terlihat dari poin-poin yang telah dijabarkan dalam buku “Kapitalisme: Modal, Kepemilikan, dan Pasar yang Membentuk Kesejahteraan Dunia” karya Eamonn Butler, dimana peran kapitalisme yang secara subjektif saya anggap cukup efektif dalam membentuk kesejahteraan dunia melalui prinsip kebebasan dan kepemilikan.

    Hal tersebut cukup terlihat jelas dari asas moral dan tujuan dalam kapitalisme yang menjunjung tinggi semangat kebebasan dan kesejahteraan tanpa ada paksaan dari luar. Sikap sukarela dan kerja sama kapitalisme cukup mudah dibayangkan dalam bentuk nyata, dimana terdapat kesamaan tujuan dari pihak yang melakukannya dalam proses distribusi untuk mendapatkan keuntungan. Berbeda halnya dengan penganut paham sosialisme yang justru menggunakan prinsip komunal dan ajakan untuk sejahtera, yang rentan membuka celah besar pada totalitarianisme.

    Agar terlihat lebih jelas, saya akan mengutip kata-kata menarik dari buku Eamonn Butler ini, bahwa “Seseorang bisa berimajinasi kapitalisme murni, dimana perusahaan bisa maju dengan melayani kepentingan konsumen di kompetisi terbuka, dan bukan didukung oleh kroni atau perlakuan istimewa negara. Tapi seseorang tidak bisa membayangkan sosialisme murni, dimana semua orang bahagia berpartisipasi dalam perusahaan kolektif tanpa keterlibatan aparat negara untuk memaksanya.”

     

    Referensi

    Butler, Eamonn. 2019. Kapitalisme: Modal, Kepemilikan, dan Pasar yang Menciptakan Kesejahteraan Dunia. Jakarta: Suara Kebebasan.

    Mises, Ludwig Von. 2011. Menemukan Kembali Liberalisme. Jakarta: Freedom Institute & Friedrich Naumann Stiftung.