Pasar Bebas, Informasi, dan Arti Moral bagi Manusia

    363

    Kota Manado memang dikatakan sebagai kota yang sibuk dengan berbagai aktivitas pekerjaan. Pukul 17.00 WITA, hampir semua orang berhenti dengan aktivitas pekerjaan harian mereka. Pada jam tersebut pula jalanan di kota Manado mulai tampak macet Klakson-klakson roda empat dan roda dua sudah mulai terdengar berlalu-lalang, polusi karbon monoksida berterbangan di udara, dan wajah-wajah kelelahan dari orang-orang yang seharian bekerja sudah tampak terlihat. Di sisi yang lain, para pencari nafkah di malam hari baru memulai aktifitas pekerjaan mereka ketika hari mulai larut. Salah satu diantaranya ialah kedai-kedai kopi.

    Ketika Anda mengalami kelelahan dan depresi, minuman berkafein dan makanan dengan kandungan nutrisi bisa jadi menjadi pilihan yang tepat. Dari informasi ini, Anda mungkin berpikir bahwa, sebelum menentukan pilihan yang terbaik, Anda membutuhkan informasi yang cukup.

    Bagaimana Anda bisa memvalidasi sebuah informasi dan dari informasi tersebut sehingga dapat menjadi keputusan terbaik yang Anda ambil? Pertanyaan yang paling filosofis selanjutnya adalah, apakah Anda membutuhkan otoritas di luar diri Anda sebagai dorongan untuk menentukan sebuah pilihan?

    Dalam segi penawaran, bagaimana para pengusaha mengetahui bahwa produk mereka adalah yang terbaik untuk konsumen? Bagaimana fenomena ini dapat terjadi dan menciptakan sebuah keseimbangan?

    Sebuah tatanan spontan di atas tak lain bergerak atas dasar sifat alamiah manusia (human nature). Seperti kata Locke “human nature is guided by tolerance and reason”. Ketika ada yang memiliki kekurangan dan ada pula yang memiliki kelebihan kemudian dipertemukan dalam pertukaran, dan itulah pasar. Pasar adalah wadah berbagai pertukaran antar sifat alamiah manusia, mendorong para pengusaha menciptakan kebutuhan dari para pekerja dan memberikan manfaat bagi para pekerja dalam memenuhi kepuasan.

    Menurut Eamonn Butler, “Dengan adanya pasar, pasar dapat membantu kita memaksimalkan potensi produktif kita. Pasar menyediakan universitas dimana kita bisa mendapatkan kualifikasi, mengikuti mata kuliah yang bisa mengembangkan keterampilan kita, lembaga pelatihan yang mendekatkan keterampilan dan kualitas pribadi kita ke pekerjaan yang paling paling cocok untuk kita” (Butler, 2019).

    Di dalam pasar, informasi berkeliaran begitu cepat setiap harinya bahkan setiap detik. Demikian pula dengan keinginan manusia yang selalu berubah-ubah. Untuk itu, dalam skala yang lebih besar ,sangat sulit sekali kita mengambil keputusan atau kebijakan dengan klaim kesejahteraan publik bahwa ini dan itu adalah pilihan terbaik bagi masyarakat.

    Tidak ada argumentasi lain selain daripada mendistribusikan kewenangan kekuasaan bagi setiap individu untuk memutuskan apa yang terbaik bagi mereka sendiri. Namun, bagi sebagian orang, yang menganggap kebebasan individu sebagai imoralitas, ketakteraturan, kekacauan, menjanjikan kebebasan yang hanya bisa didapatkan ketika tindakan kita diarahkan oleh mereka yang bijak dan baik, atau paling tidak yang berkuasa (Palmer, 2017).

    Kita tak bisa memenuhi kepuasan di dala pasar akan tindakan dan pilihan kita yang masuk akal jika keputusan tersebut dikendalikan oleh orang lain, sekalipun keputusan itu memiliki konsekuensi yang tak terduga. Dalam menghindari konsekuensi-konsekuensi tersebut, sebagai sapiens, kita menggunakan informasi dalam melawan beban evolusi (Pinker, 2019). Dengan adanya informasi, kita tak hanya memiliki kuasa atas keputusan, melainkan juga dengan tanggung jawab.

    Setiap pilihan memiliki dimensi etis. Tak seorang pun dapat memiliki tanggung jawab akan tindakanya jika ia tak memiliki kebebasan untuk memilih. Sejatinya, ikatan moral atas tindakan memang terjadi seperti itu. Namun sebelum jauh pada konsekuensi, sangat sulit bagi kita sebagai sapiens jika memiliki keterbatasan informasi untuk menentukan sebuah keputusan.

    Dalam Beginning of Infinty, fisikawan David Deutsch berpendapat bahwa jika kita berani berpikir sendiri, kemajuan adalah mungkin di semua bidang. Kita memiliki tanggung jawab secara konsekuen atas tindakan dan keputusan kita. Demi memenuhi tanggung jawab moral tersebut, sebagai prasyarat, hak atas akses dan pengelolaan informasi haruslah terpenuhi karena tak ada sistem mekanisme biologis yang paling canggih dalam tubuh manusia selain daripada proses berpikir. Untuk itu, informasi menjadi sangat penting (Deutch, 2011).

    Di zaman dahulu, tanah menjadi aset paling berharga. Sedangkan dalam era modern, mesin dan pabrik menjadi lebih penting daripada tanah. Namun, pada abad ke-21, informasi akan menggeser tanah dan mesin sebagai aset yang paling berharga (Harari, 2018). Setidaknya pada era-era sebelumnya berkat demokrasi, pasar bebas, dan libertarianisme telah menjadi cawan bagi kita untuk berpikir dan bertindak dalam menyalurkan kreativitas. Namun kedepan tantangan akan menjadi sulit jika intervensionisme negara sudah mengontrol dan membatasi informasi publik.

     

    Referensi

    Butler, Eamonn. 2018. Kapitalisme: Modal, Kepemilikan, dan Pasar yang Menciptakan Kesejahteraan Dunia. Terjemahan oleh Rofi Uddarojat. Jakarta: Suara Kebebasan.

    Deutsch, David. 2012. The Beginning Of Infinity. London: Penguin Group.

    Palmer, Tom G. 2016. Apa Pilihanmu: Pendendalian Diri atau Pengendalian Negara?. Terjemahan oleh Juan Mahaganti. Jakarta: Suara Kebebasan.

    Pinker, Steven. 2018. Enlightenment Now: Pencerahan Sekarang Juga. Terjemahan oleh Haz Algebra. Jakarta: Globalindo.