Di suatu Jumat sore yang basah pada 9 Februari 2018 lalu, telah berlangsung acara peluncuran buku yang diedit oleh Tom G. Palmer, Vice President International Network Atlas Network. Buku tersebut berjudul Moral Kapitalisme dan diterjemahkan oleh Rofi Uddarojat dengan saya selaku penyelia penerjemah. Kami senang sekaligus bergembira penantian cukup lama akhirnya berbuah hasil yang manis. Setelah sebelumnya, Rofi telah meresensikan buku dalam book review ‘Menggali Arti Kapitalisme yang Sebenarnya” dengan menggunakan edisi bahasa Inggris. Akhirnya edisi bahasa Indonesia karya Tom G. Palmer ini dapat dihadirkan kepada pembaca bahasa.
Acara peluncuran yang dihadiri 90 orang peserta dari dalam negeri maupun delegasi internasional. Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan peluncuran buku Moral Kapitalisme ini bagian dari pra-kegiatan Asia Liberty Forum 2018 (ALF 2018) yang berlangsung 10-11 Februari 2018. Acara ini terselenggara atas dukungan dan kerjasama Frederich Naumann Foundation for Freedom Indonesia dengan Suara Kebebasan.
Cerita seru di bulan Februari, yang ditulis oleh Adinda Tenriangke Muchtar, melengkapi rangkaian acara selama ALF 2018. Kami dari Suara Kebebasan merasa beruntung terlibat dalam acara ALF 2018 sebagai pembicara (Adinda), peserta pelatihan fundrising (Iksan), maupun kompetisi lembaga think tank (Rofi). Kami mengucapkan terima kasih kepada para pendukung dan donor kami yang memberikan kesempatan berpartisipasi.
Kembali kepada acara itu, lebih dari lima belas orang dari delegasi internasional turut serta menghadiri peluncuran buku yang diadakan di jalan K. H. Agus Salim, Bebek Bengil Jakarta Pusat. Buku Moral Kapitalisme spesial karena para penulisnya bervariasi mulai dari pengusaha pendiri Whole Foods Market John Mackey (yang diwawancarai Tom Palmer), Mario Vargas Llosa peraih Nobel Sastra tahun 2010 bertutur tentang Budaya Kebebasan, Vernon Lomax Smith peraih Nobel Ekonomi tahun 2002 mewartakan semakin majunya umat manusia melalui globalisasi. Pada intinya, buku Moral Kapitalisme menawarkan berita positif dari kapitalisme ekonomi dan globalisasi ekonomi.
Acara peluncuran buku Moral Kapitalisme dengan moderator yang juga penulis muda dan Vlogger Cania Citta Irlanie, yang dikenal sebagai editor di salah satu laman media daring, sekaligus penggiat kebebasan individu, di tengah kegiatannya sebagai mahasiswa ilmu politik. Cania dengan lincah membawakan acara peluncuran buku ini melalui serangkaian pertanyaan dan pernyataan seputar konten buku kepada pembicara kunci. Bagi saya, pernyataan pemantik diskusi sangat diperlukan guna membawakan khalayak ke tengah perdebatan yang diangkat oleh para penulis.
Editor buku Moral Kapitalisme bermaksud meluruskan pandangan umum yang keliru seputar mitos keserakahan (greed myth), terutama paham mendahulukan kepentingan pribadi (self-interest), yang lama dinisbatkan kepada Adam Smith, filsuf dari Skotlandia yang masyhur dengan karyanya: An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. Mitos keserakahan dari Smith, adalah seorang pribadi naif yang hanya percaya pada kepentingan pribadi dalam menciptakan kesejahteraan.
Bagi Palmer, “Smith bukan penganjur perilaku yang mementingkan diri sendiri, untuk sebuah motivasi seperti tangan tak terlihat yang membawa kepada sebuah kemajuan kemaslahatan umum.”
Ia melanjutkan “kesalahan banyak orang adalah mengidentifkan kepentingan pribadi (self-interest) dengan egoism (selfishness) sebagai motivasi manusia”. Tentu saja dalam mengejar keinginan manusia yang tidak terbatas, maka banyak orang dalam pasar pastilah motivasi pribadi. Tetapi motivasi lainnya di luar diri kita adalah sah untuk dikejar, seperti keluarga, tetangga, atau bahkan orang yang benar-benar asing yang belum pernah kita temui.
Kapitalisme menyadari dan tidak pernah mengikari bahwa manusia mengejar kepentingan pribadinya. Namun begitu, manusia tidak bisa menjadi makhluk anti-sosial. Untuk mengejar kepentingan pribadinya, misalnya untuk mengumpulkan kekayaan, seseorang harus menawarkan kepada orang lain sebuah nilai yang berguna bagi orang tersebut.
Penambahan nilai (value added) yang berharga bagi pemenuhan kebutuhan manusia lain, kemudian lantas dimaknai sebagai pertukaran sukarela (voluntary exchange), yang kini lebih kita kenal dengan perdagangan. Dengan berdagang, kita bisa menawarkan nilai yang kita punya demi sesuatu yang kita inginkan.
Acara peluncuran Moral Kapitalisme ditutup dengan pertanyaan dari para peserta yang bertujuan menggali lebih mendalam dan memperjelas paparan pembicara, terutama perihal kapitalisme yang cenderung dipahami secara keliru di tengah perekonomian sedang berkembang, seperti ekonomi Indonesia. Peran negara yang dominan kerap dianggap solusi mujarab bagi kemajuan ketimbang pertukaran sukarela dan kewirausahaan.

Muhamad Iksan (Iksan) adalah Pendiri dan Presiden Youth Freedom Network (YFN), Indonesia. YFN berulang tahun pertama pada 28 Oktober 2010, bertempatan dengan hari Sumpah Pemuda. Iksan, juga berprofesi sebagai seorang dosen dan Peneliti Paramadina Public Policy Institute (PPPI), Jakarta. Alumni Universitas Indonesia dan Paramadina Graduate School ini telah menulis buku dan berbagai artikel menyangkut isu Kebijakan Publik. (public policy). Sebelum bergabung dengan Paramadina sejak 2012, Iksan berkarier sebagai pialang saham di perusahaan Sekuritas BUMN. Ia memiliki passion untuk mempromosikan gagasan ekonomi pasar, penguatan masyarakat sipil, serta tata kelola yang baik dalam meningkatkan kualitas kebijakan publik di Indonesia.