“Fidel Castro tidak sepenuhnya buruk. Ketika dia menjadi pemimpin Kuba, dia memberlakukan kebijakan masif untuk mengatasi buta huruf, dan hal tersebut adalah sesuatu yang baik.” Itulah seloroh salah satu kandidat calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Bernie Sanders, dalam wawancaranya untuk program televisi 60 Minutes pada bulan Februari 2020 lalu.
Sanders merupakan salah satu politisi Amerika Serikat yang paling dikenal, yang mendeskripsikan dirinya sebagai seorang Demokratik Sosialis. Pernyataan simpatik Sanders terhadap rezim komunis yang berkuasa di Kuba tersebut bukanlah yang pertama kali terjadi.
Dalam rekam jejaknya, Sanders sudah berkali-kali mengelurakan pernyataan positif terhadap pemerintah Kuba. Dalam salah satu wawancara dengan stasiun televisi CNN empat tahun lalu misalnya, Sanders memuji rezim Komunis yang berkuasa di Kuba, dan mengatakan Amerika Serikat perlu belajar banyak dari Kuba (CNN, 2016).
Bahkan, sebelum Sanders menjadi politisi tingkat nasional, ia juga kerap mengapresiasi pemerintah Kuba. Dalam salah satu wawancara di tahun 1985, ketika ia masih menjadi walikota di kota Burlington di negara bagian Vermont, Sanders memuji berbagai program sosial yang diberlakukan oleh pemerintah Kuba seperti fasilitas kesehatan dan pendidikan (Daily Mail, 2015).
Apresiasi yang diberikan oleh orang-orang berhaluan kiri terhadap pemerintah Kuba sudah menjadi rahasia umum. Bila Anda gemar membaca literatur-literatur kiri, atau datang ke diskusi yang diadakan oleh kelompok-kelompok kiri, terutama yang membahas mengenai Amerika Latin, beragam pujian terhadap rezim Castro merupakan hal yang dengan mudah dapat Anda temukan.
Berbagai sanjungan tersebut diberikan ke berbagai hal, mulai dari penyediaan layanan sosial, seperti sarana kesehatan dan pendidikan gratis di Kuba yang (dianggap) sangat baik, hingga “keberanian” rezim Castro menentang Amerika Serikat. Kedua hal tersebut merupakan hal yang selalu diangkat oleh kelompok-kelompok kiri ketika membahas mengenai Kuba.
Namun, apakah pujian tersebut merupakan sesuatu yang pantas untuk diberikan kepada pemerintah Kuba dan rezim Castro?
*****
Izinkan saya mencoba menjawab pertanyaan tersebut melalui analogi cerita. Bayangkan bila ada seorang anak hidup dengan orang tua yang gemar melakukan kekerasan. Setiap hari orang tua tersebut selalu memukuli anaknya hingga luka-luka. Sang anak juga tidak diizinkan untuk bertanya dan mengeluarkan opini tidak setuju atau berseberangan dengan orang tuanya. Bila anak tersebut melakukan hal di atas, maka ia akan menerima jawaban berupa tindakan kekerasan yang lebih kasar lagi.
Akan tetapi, orang tua anak tersebut memberikan anaknya berbagai fasilitas. Apabila anak itu sakit, maka akan diberikan perawatan medis yang terbaik. Anak tersebut juga mendapat pendidikan di sekolah yang bagus, serta mengikuti berbagai kursus keterampilan, seperti musik dan olahraga. Lantas, bila demikian, apakah kita dapat menyatakan bahwa orang tua tersebut merupakan orang tua yang baik dan patut diapresiasi?
Hampir semua orang yang beradab tentu akan menjawab tidak. Kekerasan terhadap anak merupakan sesuatu yang tidak bisa dijustifikasi, meskipun orang tua yang melakukannya memberikan berbagai fasilitas untuk anaknya. Dan juga, masih banyak orang tua lain, yang juga memberi berbagai fasilitas pendidikan dan kesehatan yang terbaik untuk anaknya, yang bisa diapresiasi dan dijadikan panutan karena mereka tidak melakukan kekerasan.
Kembali ke topik utama, pemerintah Kuba merupakan salah satu negara dengan catatan Hak Asasi Manusia yang paling buruk di dunia. Pemerintah Kuba sangat membatasi kebebasan berbicara, berkumpul, beragama, serta kebebasan politik. Berbagai aktivis pro-demokrasi yang menentang kebijakan pemerintah akan ditangkap, disiksa, dan dipenjarakan.
Kebebasan pers hampir tidak ada, karena semua media dikuasai oleh pemerintah. Organisasi internasional pegiat kebebasan pers, Reporters Without Borders, menempatkan Kuba di hampir urutan terbawah (Reporters Without Borders, 2009). Tidak mengherankan, konstitusi Kuba secara terang-terangan menyatakan bahwa “kebebasan” berbicara diizinkan hanya apabila sejalan dengan tujuan dari masyarakat sosialis.
Saya bisa memahami perbedaan pandangan filsafat politik antara kawan-kawan kiri dengan kelompok libertarian. Mereka yang memiliki pandangan politik yang berhaluan kiri, memiliki pandangan bahwa hal-hal seperti kesehatan, pendidikan, dan utilitas publik adalah aset yang harus dimiliki secara kolektif. Untuk itu, menjadi tugas pemerintah untuk menyediakan akses terhadap hal tersebut.
Namun, yang saya tidak habis pikir adalah, obsesi mereka yang berhaluan kiri tersebut terhadap negara-negara komunis seperti Kuba. Penting untuk ditekankan, saya dalam hal ini, bukan berarti lantas menyetujui pandangan pemerintah harus hadir untuk menyediakan berbagai layanan publik.
Sebagaimana analogi orang tua yang digambarkan sebelumnya, bukankah ada banyak contoh negara-negara yang juga memberikan berbagai pelayanan tersebut, yang lebih baik daripada Kuba? Bukankah ada berbagai negara yang menyediakan beragam sarana untuk rakyatnya, seperti kesehatan dan pendidikan, yang demokratis, dimana penduduknya dapat menyuarakan opininya tanpa harus takut dipersekusi oleh pemerintah?
Berbagai negara Eropa Barat, seperti Jerman, Prancis, dan Belanda misalnya, memberikan berbagai pelayanan publik untuk warganya. Begitu pula dengan negara-negara Skandinavia, seperti Swedia, Norwegia, dan Denmark, yang memberlakukan jaring pengaman sosial yang kuat.
Jauh berbeda dengan mereka yang tinggal di Kuba, warga negara yang tinggal di negara-negara tersebut juga memiliki kebebasan politik dan kebebasan sipil yang sangat tinggi, seperti kebebasan menyuarakan pendapat, kebebasan beragama, dan kebebasan pers. Sama seperti orang tua yang memberi fasilitas kepada anaknya tidak bisa menjadi pembenaran untuk tindakan kekerasan, pemerintah yang memberi sarana pelayanan publik yang besar kepada warganya, bukan berarti lantas bisa dijadikan justifikasi untuk despotisme dan totalitarianisme.
Lantas, bagaimana dengan tindakan Castro dan pemerintah Kuba yang berani menentang Amerika? Bukankah hal tersebut layak untuk diberikan apresiasi?
Bagi saya, ini merupakan cara berpikir yang aneh dan mengada-ada. Hanya karena sebuah rezim atau penguasa berani menentang kekuatan tertentu yang kita benci, bukan berarti secara otomatis rezim tersebut merupakan sesuatu yang baik.
Berbagai organisasi teroris, seperti ISIS dan Al-Qaeda juga menentang Amerika. Namun, apakah berarti lantas kelompok-kelompok tersebut, yang telah membunuh ribuan warga sipil tak berdosa dan melakukan berbagai tindakan kekerasan seksual terhadap perempuan, layak untuk diapresiasi?
Dan juga, cara berpikir demikian merupakan sesuatu yang berbahaya. Karena, bila mereka yang berhaluan kiri memuja-muja rezim Castro di Kuba karena menentang Amerika, kalau mereka konsisten, maka mereka juga tidak bisa menyalahkan apabila orang-orang yang berhaluan “kanan” memiliki pandangan yang serupa.
Bila misalnya, ada orang-orang “kanan” yang mengapresiasi dictator, seperti Soeharto atau Pinochet di Chile misalnya, karena mereka berani menentang komunisme dan Uni Soviet, hal tersebut juga merupakan sesuatu yang tidak bisa disalahkan. Toh, Uni Soviet juga merupakan negara imperialis yang sangat totalitarian, yang memiliki banyak negara-negara satelit di berbagai belahan dunia, dan bertanggung jawab atas kematian puluhan juta jiwa.
Despotisme dan keditaktoran merupakan sesuatu yang harus kita lawan bersama, terlepas yang berhaluan kiri atau kanan. Progres dan pertumbuhan ekonomi yang pesat pada masa Pinochet di Chile misalnya, bukan berarti lantas bisa menjadi justifikasi atas berbagai tindakan pembunuhan dan represi politik yang ia lakukan terhadap warganya. Begitu juga dengan berbagai layanan sosial yang diberlakukan Castro di Kuba, tidak bisa dijadikan pembenaran atas berbagai tindakan kejahatan Hak Asasi Manusia yang dilakukan Castro terhadap rakyatnya.
Selain itu, terkait ucapan Sanders yang memuji program pengentasan buta huruf di Kuba, hal yang sering luput dari perhatian adalah, program tersebut diberlakukan bukan untuk membebaskan intelektual rakyat Kuba, melainkan agar pemerintah Kuba bisa lebih mudah mengindoktrinasi masyarakatnya melalui propaganda Marxisme-Leninisme dan anti-kapitalisme. Rakyat Kuba tidak bisa membaca literatur apapun yang mereka kehendaki karena sensor ketat oleh pemerintah, atau membuat karya tulis apapun yang mereka inginkan tanpa ketakutan akan ancaman kriminalisasi.
Karena, tugas utama pemerintah adalah melindungi hak dasar setiap warganya. Bagaimana mungkin hal itu dapat tercapai, bila justru pemerintah itu sendiri yang menjadi perampas hak dasar tersebut?
Sumber:
https://www.dailymail.co.uk/news/article-3281335/Bernie-Sanders-praised-Fidel-Castro-1985-interview-educated-kids-gave-kids-health-care-totally-transformed-society.html Diakses pada 3 April 2020, pukul 20.45 WIB.
https://www.youtube.com/watch?v=lz4qeDR0O9c&t=2s Diakses pada 4 April 2020, pukul 01.30 WIB.
https://web.archive.org/web/20090303221403/http://www.rsf.org/IMG/pdf/cl_en_2008.pdf Diakses pada 4 April 2020, pukul 19.15 WIB.

Haikal Kurniawan merupakan editor pelaksana Suara Kebebasan dari Januari 2020 – Januari 2022. Ia merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Haikal menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia pada tahun 2018 dengan judul skripsi “Warisan Politik Ronald Reagan Untuk Partai Republik Amerika Serikat (2001-2016).”
Selain menjadi editor pelaksana dan kontributor tetap Suara Kebebasan, Haikal juga aktif dalam beberapa organisasi libertarian lainnya. Diantaranya adalah menjadi anggota organisasi mahasiswa libertarian, Students for Liberty sejak tahun 2015, dan telah mewakili Students for Liberty ke konferensi Asia Liberty Forum (ALF) di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun bulan Februari tahun 2016, dan Australian Libertarian Society Friedman Conference di Sydney, Australia pada bulan Mei 2019. Haikal saat ini menduduki posisi sebagai salah satu anggota Executive Board Students for Liberty untuk wilayah Asia-Pasifik (yang mencakup Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, dan New Zealand).
Haikal juga merupakan salah satu pendiri dan koordinator dari komunitas libertarian, Indo-Libertarian sejak tahun 2015. Selain itu, Haikal juga merupakan alumni program summer seminars yang diselenggarakan oleh institusi libertarian Amerika Serikat, Institute for Humane Studies, dimana Haikal menjadi peserta dari salah satu program seminar tersebut di Bryn Mawr College, Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan Juni tahun 2017.
Mewakili Suara Kebebasan, Haikal juga merupakan alumni dari pelatihan Atlas’s Think Tank Essentials yang diselenggarakan oleh Atlas Network pada bulan Februari 2019 di Colombo, Sri Lanka. Selain itu, ia juga merupakan alumni dari workshop International Academy for Leadership (IAF) yang diselenggarakan oleh lembaga Friedrich Naumann Foundation di kota Gummersbach, Jerman, pada bulan Oktober 2018.
Haikal dapat dihubungi melalui email: haikalkurniawan@studentsforliberty.org.
Untuk halaman profil Haikal di Students for Liberty dapat dilihat melalui tautan ini.
Untuk halaman profil Haikal di Consumer Choice Center dapat dilihat melalui tautan ini.