Memilih Pemimpin Indonesia di Masa Depan

    92
    Sumber gambar: Sumber:https://makassar.tribunnews.com/2021/11/02/deretan-figur-calon-presiden-2024-yang-punya-relawan-di-makassar

    Baru-baru ini Partai Demokrat secara resmi mengusung mantan menteri pendidikan, Anies Baswedan sebagai calon presiden (Capres) di tahun politik 2024. Langkah Partai Demokrat untuk mengusung Anies Baswedan diklarifikasi sendiri oleh Ketua Umum Partai Demokrasi, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Bagi AHY, Anies Baswedan adalah representasi dari tokoh perubahan dan dinilai pas sebagai gerbong perubahan untuk Pemilu 2024 mendatang. Partai Demokrat bukan partai pertama yang mengusung Anies Baswedan sebagai Capres, sebelumnya, Partai Nasional Demokrat (NasDem) yang dipegang Surya Paloh menjadi partai pertama yang mengangkat Anies Baswedan sebagai capres (Kompas.tv, 26/01/2023).

    Pengamat politik menganggap bahwa NasDem telah sukses mengambil jurus ‘aji mumpung’ hal ini terbukti bahwa pencalonan Anies Baswedan  mendongkrak popularitas partai besutan Surya Paloh ini.

    “NasDem ini hanya supaya punya tokoh yang dipegang untuk menaikkan popularitasnya NasDem, karena bagaimanapun Anies punya pendukung loyal. (Harapannya) Nanti kemudian tergeret untuk bisa menaikkan popularitas suaranya NasDem,” kata Wawan Mas’udi, pengamat politik dari UGM (Detikjateng.com, 3/10/2022).

    Selain Anies Baswedan, Prabowo Subianto selaku Menhan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, telah mencalonkan diri sebagai Capres. Meski di tahun 2014 dan 2019 lalu Prabowo adalah rival politik Jokowi, nampaknya saat ini Prabowo menjadi satu grup dengan Presiden Jokowi dan memiliki visi yang sama dalam arah pembangunan bangsa.

    Nama Prabowo terbukti masih sangat kuat. Beberapa lembaga survei seperti LSI, SMRC, Charta Politika, Indo Barometer, sepakat bahwa suara Prabowo jauh lebih besar ketimbang Anies Baswedan secara poling. Namun jika dibandingkan dengan Ganjar Pranowo, suara Gubernur Jawa tengah ini jauh lebih besar bahkan mengungguli semuanya.

    Entah mengapa, nama Ganjar Pranowo belakangan menjadi populer di masyarakat. Meski menjadi gubernur di wilayah non Jabodetabek, tetapi nama Ganjar sendiri sukses menarik simpati rakyat Indonesia bahkan warga di luar pulau Jawa.

    Berbeda dengan tokoh lainnya, Ganjar adalah sosok yang supel dan akrab dengan netizen di media sosial. Kemahsyuran nama Ganjar ini yang membuat publik yakin bahwa Ganjar adalah sosok yang tepat untuk meneruskan Presiden Joko Widodo. Bahkan, Presiden seolah memberikan karpet merah kepada Ganjar Pranowo sebagai ‘putra mahkotanya’ di tahun 2024.

    Meskipun nama Ganjar naik dan paling populer, nampaknya PDIP tidak tertarik untuk mengusung Ganjar Pranowo. Hal ini terlihat dari pidato Megawati Soekarnoputri dalam acara HUT PDIP tanggal 10 Januari lalu, di mana Megawati mengatakan bahwa dirinya memiliki hak mutlak untuk menentukan siapa bakal capres di 2024 nanti.

    Nama Puan Maharani nampaknya lebih disukai Megawati ketimbang Ganjar Pranowo. Hal ini terlihat bahwa Puan mulai asyik belusukan ketengah masyarakat. Puan mendapat dukungan dari mesin partai banteng tersebut untuk mendongkrak suaranya, tetapi upaya tersebut nampaknya gagal. Nama Puan jika dalam survei masih sangat jauh, bahkan belum memiliki daya saing ketimbang nama-nama politisi lainnya.

    Beberapa kelompok dari Partai Rakyat yang di bawah kekangan Arvindo Noviar belakangan mencari capres alternatif dengan mengusung Budiman Sudjatmiko.Sikap Partai Rakyat ini sangat aneh bahkan terbilang nekat. Hal ini dikarenakan Arvindo sendiri bukan anggota PDIP dan cuitan aneh tersebut mendapat cemoohan karena tindakan tak masuk akal dari Arvindo yang ingin Budiman Sudjatmiko sebagai capres.

    ***

    Munculnya nama-nama politisi besar di berbagai media massa yang ingin tampil sebagai presiden penerus Jokowi, nampaknya memberi lampu kuning pada kita bahwa tahun politik sudah makin dekat. Berbeda dengan tahun tahun politik yang sudah berlalu, jelang tahun 2024 ini, tampaknya masyarakat seolah bingung dan tidak mendapat titik cerah mengenai sosok pengganti Presiden Jokowi.

    Sikap Jokowi yang mengakui kasus pelanggaran HAM di masa lalu dan melakukan pembangunan infrastruktur, cukup membuat masyarakat puas. Apalagi keberhasilan Indonesia melewati masa-masa kritis ketika kita diterjang badai pandemi selama 3 tahun, telah menambah kepercayaan masyarakat kepada pemerintahan Jokowi. Tetapi hal ini justru menimbulkan ketakutan di masyarakat: apakah pemerintah selanjutnya bisa sehebat Jokowi atau bahkan bisa melampauinya? Dan, siapakah sosok yang mampu melanjutkan program-program Jokowi selama ini?

    Pertanyaan-pertanyaan tersebut hingga kini masih menjadi misteri, sebab hanya sang waktu yang dapat menjawabnya. Saya pribadi mendengar dari berbagai pengamat bahwa tahun 2024 besok menjadi tahun-tahun yang gelap. Dalam artian belum diketahui siapa sosok yang bisa menggantikan presiden Jokowi sekaligus menjadi penerus pembangunannya. Semua orang berusaha menebak dan mencari tokoh favoritnya, namun tidak sedikit di antara mereka yang terjebak dalam ‘popularitas’ individu bukan pada pandangan dan visi individu tersebut.

    Bukan Sekedar Pidato

     Donald Trump adalah mantan presiden Amerika Serikat ke-45 yang paling kontroversial. Tak ada siapapun orang mengira bahwa Milioner ini akan memimpin Amerika Serikat. Trump bukan tokoh terbaik, rival politiknya, Hillary Clinton adalah sosok perempuan yang cerdas dan visioner. Namun, kenapa Trump yang naik?

    Padahal sosok ini memiliki gagasan yang cukup gila dan rasis. Namun diakui atau tidak, Trump pernah berhasil mendapat kepercayaan publik Amerika.

    Pada bulan Agustus 2015, Listverse pernah menulis sebuah artikel berjudul “10 Reasons Donald Trump May Be A Political Genius”, yang memprediksi kemenangan Trump. Menurutnya, salah satu keunggulan Trump adalah gaya komunikasinya. Pidatonya yang simple, bahasa populer dan meledak-ledak sekaligus konyol mampu menarik perhatian massa. Selain itu, Trump sangat lihai memanfaatkan media. Hal tersebut tak mengejutkan mengingat ia memiliki latar belakang yang panjang dalam dunia pertelevisian dan hiburan. Ia tahu persis harus menyampaikan apa untuk membuat penonton jengkel. Dan, secara naluriah ia juga tahu bagaimana cara menarik perhatian mereka (Liputan6.com, 10/11/2016).

    Kepopulerannya dalam berpidato, menjadi salah satu kunci kemenangan Trump. Meski demikian, masyarakat pada akhirnya mendapat akibat: krisis rasial dan kondisi sosial yang memanas. Trump dianggap sebagai ikon rasis dewasa ini. Kebenciannya pada imigran dan supremasi kulit putih, membuat demokrasi Amerika mengalami kemunduran.

    Negara raksasa yang terkenal dengan gagasan kebebasan ini justru memiliki pemimpin yang paling getol mengobarkan kebencian rasial. Dari kasus Donald Trump di atas, dapat ditarik sebuah pelajaran, bahwa tidak semua sosok yang populer dan pandai bersilat lidah pasti memiliki kapasitas sebagai pemimpin negara.

    Mungkin si “A” populer dan bisa berpidato, tetapi hal ini belum cukup sebagai modal menjadi presiden. Posisi Presiden amat vital dan penting. Seorang pemimpin bukan seperti “bos” yang memerintah anak buah, ia harus menjadi panutan dan contoh.

    Seorang yang ingin menjadi presiden, harus memiliki nilai-nilai yang luhur, demokratis dan terbuka. Sebab nilai-nilai ini yang mutlak harus dimiliki sosok yang memegang tampuk kekuasaan negeri ini. Jokowi sudah cukup demokratis dalam memimpin negeri ini, tapi Indonesia membutuhkan lebih dari itu: pemimpin yang memiliki wawasan demokrasi yang matang, sebab jika seorang pemimpin tak memiliki jiwa demokratis, bagaimana ia bisa menjaga kebhinnekaan bangsa dan menjaga hak asasi tiap individu?

    Ganjar Pranowo mungkin sosok yang paling mendekati syarat-syarat di atas, namun ia juga harus menghadapi kritikan masyarakat terkait pembangunan pabrik semen dan tambang Wadas yang ditolak oleh warga desa. Sedangkan, Anies Baswedan memiliki rekam jejak politik yang bisa dikatakan tidak terlalu bagus. Isu SARA yang dikobarkan pada tahun 2016-2017 dianggap sebagai catatan hitam Anies Baswedan. Selain itu, Puan Maharani belum memiliki kesan berarti di hati masyarakat, kecuali sebagai anak dari Megawati dan orang yang suka mematikan mikrofon di berbagai sidang DPR.

    ***

    Mencari sosok pemimpin yang ideal dan sempurna memang tak mudah (hampir mustahil malah). Namun, bukan berarti kita bersikap pesimis menghadapi tahun politik mendatang. Memilih pemimpin tidak bisa hanya sekedar menutup mata. Kita harus merefleksikan dan berpikir secara matang.

    Indonesia masih terbelenggu oleh sistem birokrasi yang rumit sehingga menghambat kinerja pasar bebas. Selain itu, negeri ini juga hampir jatuh ke tangan kelompok radikal karena kuatnya pengaruh politik mereka. Karena itu, tahun ini janganlah kita tergesa-gesa menetapkan pilihan hanya pada satu tokoh. Pikirkan secara matang dan tunggu sosok yang tepat datang. Sosok yang demokratis, pluralis, dan mampu menjadi ikon perubahan Indonesia ke depan dan Indonesia yang lebih bebas dan lebih baik untuk semua di masa mendatang!

     

    Referensi

    https://www.detik.com/jateng/berita/d-6327393/nasdem-usung-anies-jadi-capres-pakar-ugm-sama-sama-butuh/amp. Diakses pada 27 Januari 2023, pukul 04.20 WIB.

    https://www.kompas.tv/amp/article/371986/videos/demokrat-resmi-usung-anies-baswedan-capres-untuk-pilpres-2024-ahy-ungkap-alasannya. Diakses 27 Januari 2023, pukul 03.20 WIB.

    https://www.liputan6.com/amp/2649039/10-faktor-pemicu-donald-trump-menang-dan-hillary-clinton-keok. Diakses pada 27 Januari 2023, pukul 05.20 WIB.