Kasus Kekerasan Seksual dan Pemberitaan Media Massa

    1078

    Seperti yang kita ketahui, akhir-akhir ini linimasa media sedang ramai-ramainya membahas kasus Reynhard Sinaga. Kasus tersebut merupakan kasus pemerkosaan terbesar dalam sejarah Inggris. Selain sosoknya yang terus diekspos media, sejumlah pihak juga menyoroti perbedaan jurnalis Inggris dengan Indonesia dalam sudut pandang pemberitaannya.

    Dalam kasus tersebut, kita bisa melihat bagaimana cara media Inggris memberitakan kejadian mengerikan tersebut. Mereka memberitakan proses hukum yang sedang berlangsung namun tetap menjaga hak privasi pelaku dan keluarganya dengan tidak mengangkatnya ke permukaan.

    Berbeda dengan media di Inggris, sebagian media Indonesia tidak fokus pada pokok permasalahan kasus Reynhard Sinaga. Ada beberapa yang membuka informasi mengenai kediaman keluarga Sinaga, mempermasalahkan gaya selfie pelaku, bahkan sampai membahas orientasi seksual si pelaku.

    Karena hal-hal yang diberitakan media Indonesia tersebut, maka tidak mengherankan kalau sebagian orang kerap membanding-bandingkan kualitas media Indonesia dengan Inggris. Media di Indonesia dianggap menyampaikan hal sensasional dan menginterupsi ranah privat keluarga atau kerabat.

    Tentu saja, model-model pemberitaan clickbait akan lebih mudah mendatangkan minat pembaca, yang pada tahap selanjutnya akan mendatangkan profit. Akan tetapi, ada hal yang tidak diperhatikan. Dengan model pemberitaan seperti ini, maka terjadi pelanggaran privasi terhadap berbagai pihak, khususnya keluarga pelaku. Selain itu, permasalahan orientasi seksual Reynhard menjadi topik hangat yang justru menimbulkan permasalahan baru.

    Karena korbannya kali ini adalah laki-laki, kelompok LGBT diangkat namanya ke publik dan disebut menjadi faktor kekerasan seksual yang dilakukan oleh Reynhard. Padahal, identitas individu terkait agama, ras, gender, dan orientasi seksual sama sekali tidak relevan.

    Pemerkosaan merupakan tindak kejahatan yang sangat serius. Akan tetapi, mengapa yang diributkan justru orientasi seksualnya? Seharusnya, fokus ditujukan kepada perilaku predator yang dilakukan oleh Reynhard dan bukan pada orientasi seksualnya.

    Ada tiga poin yang dapat kita pelajari dari cara media-media Inggris dalam memberitakan kasus ini. Pertama, privasi korban benar-benar dilindungi. Tidak ada narasi murahan, victim blaming yang mempertanyakan pakaian, kondisi fisik korban, dan sebagainya. Yang ada hanya foto dan nama pelaku dipampang besar-besar di halaman pertama beberapa koran dan media massa.

    Kedua, penjelasan mengenai apa yang dilakukan oleh pelaku dan kejadian yang dialami korban diletakkan dalam porsi wajar yang secukupnya. Namun, tetap jelas menggambarkan situasi yang terjadi. Deskripsi tersebut memberikan gambaran kepada pembaca bagaimana mengerikannya peristiwa yang terjadi.

    Beberapa media di Inggris seperti Dart Center for Journalism and Trauma juga memberikan petunjuk kepada pembaca, salah satunya adalah apabila ada pembaca yang juga merupakan korban kekerasan seksual. Hal ini sudah menunjukkan begitu seriusnya media Inggris dalam memberitakan kasus kekerasan seksual (Matamatapolitik.com/08/01/2020, 14.34 PM).

    Ketiga, perlindungan atas hak privasi. Media tidak perlu menutupi semua informasi mengenai pelaku. Media hanya perlu memberikan informasi pelaku secukupnya, yang dikira perlu saja, karena kehidupan pribadi seseorang harus lah dihormati dan dihargai.

    Perlindungan privasi sangat penting mengingat setiap hal yang dipublikasikan oleh pers akan menjadi konsumsi publik, dengan demikian jurnalis tidak boleh masuk ke ranah privat individu tanpa tujuan yang jelas. Pers harus menghindari prasangka yang menyudutkan dan merendahkan seseorang.

    Seharusnya, dengan adanya kasus kekerasan seksual seperti ini, banyak hal-hal yang lebih substansial yang bisa dibahas oleh media di Indonesia. Media seharusnya tidak hanya berfokus pada topik yang sensasional yang akan jadi bahan gosip warga dunia maya.

    Serta yang terpenting adalah, jangan sampai kasus-kasus seperti ini justru malah dijadikan agenda untuk mempersekusi kelompok tertentu.

     

    Sumber:

    https://www.matamatapolitik.com/bagaimana-media-inggris-meliput-kasus-reynhard-sinaga-original-analisis-po (Diakses pada 12/01/2020 pukul 19.20 WIB)