Libertarianisme atau liberalisme klasik dan kapitalisme sering dianggap sebagai gagasan yang sejalan satu sama lain. Hal tersebut tidak mengherankan, mengingat banyak tokoh-tokoh pencetus gagasan libertarianisme yang pada saat yang sama memiliki pandangan bahwa kapitalisme merupakan sistem ekonomi terbaik yang dimiliki oleh manusia pada saat ini.
Ludwig von Mises, F. A. Hayek, dan Milton Friedman. Masing-masing dari mereka memiliki justifikasinya masing-masing mengenai keunggulan sistem kapitalisme, mulai dari kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang mampu mengalokasikan sumber daya secara efisien, hingga kapitalisme merupakan sistem yang terbukti telah berhasil mengangkat jutaan manusia dari kemiskinan.
Namun, sejatinya, apakah yang disebut kapitalisme itu sendiri? Dan benarkah justifikasi atas sistem kapitalisme hanya berlandaskan efisiensi dan keberhasilannya mengangkat jutaan orang dari kemiskinan?
Salah satu tokoh yang memiliki sumbangan besar terhadap gagasan kapitalisme adalah filsuf kelahiran Rusia, Ayn Rand, diantaranya melalui esainya yang bertajuk “What is Capitalism?” Dalam esainya, Rand lebih fokus membahas kapitalisme dari sisi filosofis, terutama etika, ketimbang dari aspek ekonomi.
Rand menyatakan secara jelas dalam esainya bahwa, kapitalisme merupakan “sistem sosial yang berdasarkan pengakuan terhadap hak individu, termasuk diantaranya adalah hak kepemilikan” (Capitalism is a social system based on the recognition of individual rights, including property rights.)
Dalam masyarakat kapitalis, lanjut Rand, tidak ada seorang individu atau kelompok yang berhak melakukan pemaksaan kepada orang lain. Fungsi pemerintah dalam hal ini hanyalah untuk melindungi hak individu dari kekerasan fisik yang dilakukan oleh pihak lain. Oleh karena itu, pemerintah pun dapat melakukan kekerasan hanya kepada mereka yang memulai tindakan kekerasan terhadap orang lain. (Oleh karena itu, untuk selanjutnya, penggunaan kata kapitalisme dalam tulisan ini akan selalu merujuk pada gagasan kapitalisme laissez-faire yang terbebas dari intervensi pemerintah, dan bukan “kapitalisme kroni” ataupun “kapitalisme negara” sebagaimana yang banyak dikenal selama ini.)
Rand mendasari pandangannya mengenai hak individu pada kenyataan bahwa umat manusia bukanlah satu entitas yang utuh. Entitas yang memiliki kemampuan untuk berpikir rasional dan melakukan kegiatan ekonomi ada pada level individu. Dalam aspek ekonomi, individulah yang menjalankan kegiatan produksi dan melakukan perdagangan.
Dengan melihat kenyataan itu, Rand menulis bahwa sistem sosial yang digunakan oleh manusia juga harus sesuai dengan fakta bahwa individu merupakan entitas yang berdaulat atas dirinya sendiri. Setiap manusia sebagai individu yang berdaulat memiliki hak yang mutlak atas pikirannya, hidupnya, hasil kerjanya, serta atas produk yang ia buat dengan menggunakan kemampuan rasional yang ia miliki.
Kapitalisme merupakan satu-satunya sistem sosial yang mengakui hal ini, bahwa setiap individu merupakan entitas yang berdaulat. Dalam masyarakat kapitalis, lanjut Rand, semua hubungan antar manusia dijalankan secara sukarela, dan tidak ada pemaksaan yang dapat dibenarkan. Setiap individu dapat mengadakan kesepakatan atau melakukan kerjasama dengan siapapun yang ia kehendaki berdasarkan pertimbangan, keyakinan, kepentingannya masing-masing.
Inilah yang ditulis Rand perbedaan terbesar dari sistem kapitalisme dengan sistem sosial kolektivis lainnya seperti komunisme atau nasionalisme. Dalam sistem-sistem kolektivis, manusia tidak dianggap sebagai individu yang memiliki kedaulatan, namun sebagai bagian dari kelompok sosial lainnya yang lebih luas, seperti suku, kelas, ataupun warga negara. Individu tidak hadir untuk dirinya sendiri, namun sebagai alat untuk menjaga keberlangsungan kelompok sosial tertentu.
Oleh karena itu, Rand memberi pandangan bahwa justifikasi moral utama untuk kapitalisme bukanlah karena sistem sosial terbukti berhasil mengangkat jutaan orang dari kemiskinan, meskipun benar, namun hal tersebut tak lebih konsekuensi sekunder dari kapitalisme. Justifikasi moral utama dari kapitalisme karena ia merupakan satu-satunya sistem yang sesuai dengan kondisi alamiah manusia, yakni sebagai entitas individu yang berdaulat hadir untuk dirinya sendiri.
Selain itu, dalam sistem kapitalisme, hanya ada satu cara untuk menentukan nilai ekonomi dari suatu barang/jasa yang diproduksi oleh seseorang, yakni berdasarkan kesediaan orang lain untuk melakukan transaksi dengan orang yang memproduksi barang/jasa tersebut secara sukarela. Jika ada suatu barang yang diproduksi oleh seseorang, namun tidak ada satupun orang pun yang bersedia untuk membeli atau menggunakan barang tersebut, maka pada saat yang sama hal tersebut merupakan bukti bahwa barang yang diproduksi tersebut tidak ada nilai ekonominya.
Banyak pihak yang menyerang prinsip tersebut karena dianggap tidak adil. Rand memberi contoh, bahwa banyak pihak yang mengatakan, mengapa Elvis mendapat lebih banyak uang dari Einstein?
Jawaban sederhana atas pertanyaan tersebut adalah karena setiap individu bekerja untuk kepentingannya dan menggapai kebahagiannya masing-masing. Bila lebih banyak orang yang menganggap bahwa Elvis telah memberi mereka kebahagiaan lebih besar daripada Eisntein, maka mereka memiliki hak menggunakan uangnya untuk produk/jasa yang diproduksi oleh Elvis, seperti menghadiri tiket konsernya atau membeli albumnya.
Namun, hal tersebut tidak dimaksudkan untuk mengerdilkan warisan intelektual Einstein, ataupun menganggap bahwa Einstein lebih bodoh daripada Elvis. Anda mungkin berpandangan bahwa Einsten jutaan kali lebih tinggi nilainya daripada Elvis, begitu pula dengan saya, tetapi tidak dengan orang lain, dan kita tidak bisa memaksa pandangan nilai subjektif kita kepada individu lainnya, atau memaksa mereka menggunakan uang hasil jerih payahnya untuk sesuatu yang menurut pandangan mereka tidak bernilai atau tidak memberikan kebahagiaan.
Lantas, mengapa kapitalisme sebagai sistem sosial sebagaimana yang dikemukakan oleh Rand sangat sulit dihidupkan? Inilah pula pertanyaan besar yang diupayakan untuk dijawab oleh filsuf kelahiran Rusia tersebut. Rand menulis bahwa sistem sosial yang dianut dan dijalankan oleh suatu masyarakat merupakan representasi dari pandangan filsafat dominan yang diantut oleh individu dalam masyarakat tersebut.
Rand menganggap bahwaa hingga saat ini (lebih tepatnya, hingga saat Rand menulis esainya tersebut pada tahun 1965), kapitalisme tidak pernah memiliki dasar filosofis sebagaimana mestinya, dan juga sebagaimana sistem sosial lainnya. Rand melanjutkan bahwa banyak tokoh-tokoh dan pemikir yang dianggap membela kapitalisme. Namun pada kenyataannya mereka justru mendukung kontrol pemerintah terhadap ekonomi dan mengganggap bahwa kapitalisme dan kontrol perekonomian oleh pemerintah merupakan dua hal yang dapat berjalan satu sama lain.
Hal inilah yang merupakan warisan utama yang diberikan Rand terhadap gagasan kapitalisme melalui esainya, bahwa ia berhasil memberikan dasar filosofis, terutama dasar etika, terhadap kapitalisme secara utuh. Bahwa kapitalisme merupakan satu-satunya sistem sosial yang sesuai dengan kondisi alamiah manusia, bahwa manusia secara individual merupakan entitas yang otonom yang hadir untuk dirinya sendiri dan bukan merupakan budak dari kelompok sosial apapun, baik suku, kelas, maupun bangsanya.

Haikal Kurniawan merupakan editor pelaksana Suara Kebebasan dari Januari 2020 – Januari 2022. Ia merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Haikal menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia pada tahun 2018 dengan judul skripsi “Warisan Politik Ronald Reagan Untuk Partai Republik Amerika Serikat (2001-2016).”
Selain menjadi editor pelaksana dan kontributor tetap Suara Kebebasan, Haikal juga aktif dalam beberapa organisasi libertarian lainnya. Diantaranya adalah menjadi anggota organisasi mahasiswa libertarian, Students for Liberty sejak tahun 2015, dan telah mewakili Students for Liberty ke konferensi Asia Liberty Forum (ALF) di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun bulan Februari tahun 2016, dan Australian Libertarian Society Friedman Conference di Sydney, Australia pada bulan Mei 2019. Haikal saat ini menduduki posisi sebagai salah satu anggota Executive Board Students for Liberty untuk wilayah Asia-Pasifik (yang mencakup Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, dan New Zealand).
Haikal juga merupakan salah satu pendiri dan koordinator dari komunitas libertarian, Indo-Libertarian sejak tahun 2015. Selain itu, Haikal juga merupakan alumni program summer seminars yang diselenggarakan oleh institusi libertarian Amerika Serikat, Institute for Humane Studies, dimana Haikal menjadi peserta dari salah satu program seminar tersebut di Bryn Mawr College, Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan Juni tahun 2017.
Mewakili Suara Kebebasan, Haikal juga merupakan alumni dari pelatihan Atlas’s Think Tank Essentials yang diselenggarakan oleh Atlas Network pada bulan Februari 2019 di Colombo, Sri Lanka. Selain itu, ia juga merupakan alumni dari workshop International Academy for Leadership (IAF) yang diselenggarakan oleh lembaga Friedrich Naumann Foundation di kota Gummersbach, Jerman, pada bulan Oktober 2018.
Haikal dapat dihubungi melalui email: haikalkurniawan@studentsforliberty.org.
Untuk halaman profil Haikal di Students for Liberty dapat dilihat melalui tautan ini.
Untuk halaman profil Haikal di Consumer Choice Center dapat dilihat melalui tautan ini.