Banyak orang yang berburuk sangka terhadap ekonomi pasar bebas atau kapitalisme, mulai dari sinisme, tuduhan sampai caci makian, seperti: “kapitalisme telah membawa kesengsaraan dunia”, “kapitalisme adalah sistem elit global untuk menguasai dunia”, “kapitalisme itu jahat”, “kapitalisme adalah sistem yang menindas orang miskin”, “globalisasi akan membuat negara kita dijajah asing dan aseng“, dan seterusnya.
Kebanyakan, orang yang terlihat anti terhadap sistem ini justru adalah orang yang belum memahami bahkan salah kaprah apa itu kapitalisme, mereka hanya dengar dari mereka yang belum tentu paham tentang sistem yang menjunjung kebebasan individu ini.
Percaya atau tidak, umumnya orang-orang yang telah diindoktrinasi tentang kejahatan kapitalisme ini tidak sadar bahwa mereka turut menikmati hasil-hasil pembangunan negara yang dibangun berdasarkan sistem kapitalisme. Paradigma yang terlanjur negatif terhadap kapitalisme tanpa adanya keinginan untuk mengenal terlebih dahulu terhadap sistem ini, telah membuat mereka memandang kapitalisme seperti sistem iblis yang haram dipraktikan di semua negara.
Dan dampaknya, orang-orang terlanjur alergi terhadap pasar bebas yang sebenarnya secara nyata telah efektif membawa kemakmuran bagi banyak orang, sebagai gantinya, paradigma ekonomi mereka menjadi lebih bergantung terhadap intervensi negara terhadap perkembangan ekonomi dan terus-menerus menyuarakan proteksi dan mempersempit investasi asing yang dianggap tidak membuat ekonomi negara berdikari.
Banyak orang berfikir bahwa kontrol negara dan pemerintah sepenuhnya dalam bidang ekonomi akan membawa kemakmuran pada mereka. Mereka mengira bahwa kemakmuran dan kekayaan individu tergantung pada kebijakan dan kewenangan pemerintah. Akibat dari pandangan seperti ini, setiap saat mereka selalu mencaci maki pemerintah yang dianggap gagal dan tak mampu membuat mereka menjadi ‘orang kaya’ dan bahagia. Cara pandang seperti ini sangat keliru dan harus diubah.
Filosofi sederhana dari kapitalisme adalah: kebebasan individu untuk berusaha, kebebasan individu untuk bekerja, dan kebebasan individu untuk menjadi sejahtera. Filosofi ini yang membuat kapitalisme atau sistem ekonomi pasar bebas terus berkembang. Disebabkan tiap-tiap individu bertekad untuk maju dan berinovasi dalam memajukan kehidupan mereka, maka muncul siklus pasar yang berlandaskan persaingan yang sehat dan saling menguntungkan.
Kapitalisme juga menjunjung tinggi harakat manusia dan menghargai peran kerja manusia dalam mengelola sumberdaya. Barang tambang, air, bumi, minyak dan sumberdaya alam lainnya adalah benda mati, ia tidak akan bisa membawa kemakmuran kecuali jika manusia telah mengelolanya sebaik mungkin untuk kesejahteraan dan kemakmuran mereka.
Pertanyaan: Bukankah kapitalisme akan membuat sebagian orang menjadi kaya dan yang lainnya menjadi miskin??
Jawabannya: Salah. Yang kaya makin kaya mungkin itu betul, sebab kapitalisme mendukung setiap individu menjadi kaya, tapi yang miskin tidak seterusnya terpuruk dalam kemiskinan, Justru kapitalisme telah menciptakan lapangan kerja baru dan mengangkat si miskin dari kemiskinan berkat pekerjaan yang mereka dapatkan.
Adam Smith pernah mengatakan: “Orang-orang yang mencari keuntungan pribadi, secara otomatis akan membuat mereka melihat kepentingan orang lain, walaupun niatan awal mereka tidak seperti itu”
Dari pernyataan Adam Smith, ada 2 hal yang dapat menjadi ilustrasi:
Pertama, para pengusaha atau pemilik modal yang membangun usaha, mereka memerlukan tenaga-tenaga ahli untuk menjalankan roda perusahaan. Jika satu perusahaan memerlukan minimal 300 pekerja, jika dalam satu desa atau kota memiliki 10 perusahaan, maka 3000 orang digunakan oleh perusahaan tersebut sebagai tenaga terampil. Ini sama dengan mengurangi tingkat pengangguran dan menambah pendapatan mereka. Disini kapitalisme telah “mengucurkan” kemakmuran bagi orang-orang.
Kedua, seorang pengusaha atau kapitalis tidak hanya meraup rezeki untuk cari untung sendiri, tapi mereka juga berusaha untuk melayani kepentingan dan kebutuhan orang lain. Mereka akan melihat apa yang dibutuhkan oleh orang-orang dan harus memproduksi komoditas yang di butuhkan oleh masyarakat tersebut.
Misalnya masyarakat tengah membutuhkan suatu obat, maka seorang pengusaha dengan insting usahanya akan mempekerjakan para ahli farmasi untuk menghasilkan obat-obat yang aman dan berkualitas dan kemudian dijual untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengusaha juga terdorong untuk melihat kualitas dan harga dari barang yang mereka jual, jika terlalu mahal mereka sendiri akan rugi, jika terlalu jelek kualitasnya, maka mereka akan ditinggal pembeli, sehingga para pengusaha atau kapitalis akan memperhatikan konsumen dan orang banyak.
Jadi kapitalisme tidak serta-merta egois dan mementingkan kepentingannya sendiri, mereka akan berusaha untuk melayani kepentingan orang lain, sehingga antara produsen (kapitalis) dan konsumen (masyarakat) sama-sama mendapatkan untung melalui proses transaksi (win win solution) .
Pertanyaan: Tapi apakah sistem pasar bebas (kapitalisme) tidak benar-benar bebas, mereka hanya dapat menguntungkan elit-elit yang dekat dengan penguasa??
Jawab: Jika yang dimaksud menguntungkan elit itu adalah bentuk monopoli atau pasar oligarki, justru itu tidak akan terjadi dalam sistem kapitalisme. Sistem pasar bebas laissez faire merupakan musuh utama monopoli dan oligarki. Sebab kongkalingkong antara pemerintah dan segelintir pengusaha justru dapat merusak netralitas pasar bebas.
Contohnya, adalah ketika Soeharto beserta keluarga dan para konglomerasi yang menjadi kawan-kawannya menguasai beberapa industri strategis dan di beberapa bidang ekonomi lainnya. Akibatnya, tidak ada persaingan dan tidak ada inovasi. Sistem kolusi, kroni, atau kartel-kartel ciptaan pemerintah hanyalah berdampak pada harga yang tinggi (sebab harga sudah ditentukan oleh mereka), kualitas barang yang apa adanya (kadangkala buruk), tidak ada kebebasan konsumen untuk memilih barang, tidak ada kebebasan untuk berusaha (sebab dihalangi oleh usaha monopoli), serta komoditas tidak teralokasi dengan baik.
Kapitalisme kroni inilah justru menjadi virus bagi pasar bebas. Sistem kapitalisme kroni semacam ini justru membawa kegagalan bagi ekonomi negara. Dan terbukti, ujung-ujungnya Orde Baru beserta kroninya hancur lebur ketika krisis menerpa Asia Tenggara tahun 1998. Ini adalah contoh bahwa mekanisme pasar yang dikontrol oleh segelintir konglomerat dan pemerintah adalah sistem yang rapuh dan tidak dapat mensejahterakan orang banyak.
Sebaliknya, mekanisme pasar yang bebas dan sehat seperti laissez faire tidak akan mengizinkan satu individu memonopoli suatu sumber daya, sebab kekuatan utama pasar bebas adalah munculnya individu-individu yang kreatif dan persaingan secara sehat. Sistem semacam inilah yang akan mendatangkan keuntungan merata (jika tidak ada intervensi dari negara).
Perusahaan-perusahaan akan tumbuh dan iklim wirausaha akan positif jika negara menjamin kebebasan untuk berusaha dan bersaing secara sehat, tenaga-tenaga kerja banyak yang terserap, produk-produk berkualitas membanjiri pasar sehingga terjadi kebebasan konsumen untuk memilih sesuai kebutuhan mereka, para pengusaha berlomba-lomba menawarkan produk terbaik mereka pada konsumen.
Contoh rillnya misalnya kita lihat bidang jasa transportasi. Di antara angkot, bus kota, ojek motor/mobil online, bajaj, dan becak, diantara angkutan transportasi ini, masing-masing menawarkan jasa terbaiknya. Anda bisa memilih mana yang baik dan menolak transportasi yang pelayanannya jelek, anda dibebaskan memilih sesuai kebutuhan anda.
Jika pelayanan angkot buruk, maka anda bisa memilih bus atau ojek online, begitupula sebaliknya. Hasilnya adalah masing-masing angkutan transportasi akan berusaha untuk membenahi diri dan memberikan kenyamanan bagi konsumennya agar tetap bertahan dan tidak ditinggal oleh penumpang.
Salah satu doktrin filsafat pasar bebas adalah invisible hand atau tangan tak terlihat yang mengatur mekanisme pasar. Adam Smith percaya bahwa dengan menyerahkan proses alamiah jual beli pada mekanisme pertukaran sukarela di pasar, maka akan tercipta tatanan alami yang kondusif dan kemakmuran akan lebih merata lewat proses transaksi bebas.
Sebaliknya, kekacauan akan terjadi jika “Tangan Gaib” ini dibelenggu oleh intervensi penguasa secara total terhadap ekonomi. Bentuk campur tangan penguasa ini terjadi, seperti sistem sentralisasi ala komunisme di Uni Soviet, Cuba, Venezuela, dan Jerman Timur pada waktu yang telah lalu. Karena itulah, salah satu syarat terpenting untuk meratakan kemakmuran dalam sistem ekonomi pasar bebas adalah biarkan pasar bekerja dengan bebas dengan intervensi pemerintah yang seminimal mungkin.

Reynaldi adalah seorang aktivis muslim moderat yang tertarik untuk mengembangkan ide-ide mengenai toleransi, kemanusiaan, kebebasan, dan kerukunan antar umat beragama. Email: adisuryareynaldi@gmail.com