Catatan: Artikel ini adalah derivasi dan modifikasi dari esai Nassim Nicholas Taleb (@nntaleb) yang berjudul “The Logic of Risk Taking”, yang juga menjadi Bab 19 buku “Skin in the Game”. Silakan rujuk esai tersebut untuk pemahaman yang lebih utuh mengenai time probability, ensemble probability, dan ergodicity.
“The Logic of Risk Taking” dapat diakses pada link berikut: https://medium.com/incerto/the-logic-of-risk-taking-107bf41029d3
Berapa probabilitas Anda selamat dalam permainan Russian roulette?
Jika kita menggunakan peraturan standar, dimana hanya satu peluru yang diisi ke dalam salah satu dari enam slot peluru pada sebuah pistol revolver, maka probabilitasnya adalah 5:6 atau sekitar 84 persen. Tidak begitu buruk, bukan?
Bayangkan jika hadiah dari memenangkan satu ronde Russian roulette adalah Rp1 miliar. Maukah Anda melakukannya?
Mendapatkan 1 miliar dengan hanya 16 persen probabilitas kematian rasa-rasanya bukan perjudian yang buruk. Saya yakin cukup banyak orang bernyali (atau putus asa) yang mau mengambil kesempatan tersebut.
Lalu bayangkan Anda memenangkan pertaruhan tersebut, mendapatkan 1 miliar rupiah, lalu Anda berpikir, “Ini sungguh cara yang mudah untuk menjadi kaya! Saya akan jadikan ini profesi tetap”. Maka Anda pun mulai bermain Russian roulette setiap hari. Satu hari sekali, selama lima hari seminggu (Sabtu dan Minggu libur).
Dalam kondisi seperti itu, dan jika usia Anda saat ini adalah 30 tahun, berapa probabilitas Anda survive dari permainan Russian roulette dan mencapai usia 60 tahun? Probabilitasnya tentu saja bukan lagi 84 persen. Saya tidak tahu hitungan pastinya, tapi saya yakin Anda tidak akan pernah mencapai usia 60 tahun. Dengan kata lain, saya yakin probabilitas Anda mencapai usia 60 adalah 0 persen.
Bermain Russian roulette hanya sekali lalu berhenti tentu berbeda dengan mengambil risiko yang sama berulang-ulang. Saya yakin ini mudah sekali dipahami. Tapi, percaya atau tidak, pemahaman sederhana ini seringkali luput ketika kita menerapkannya pada kasus-kasus yang lebih konkret. Contoh kecil misalnya, kita tidak keberatan pulang-pergi naik sepeda motor setiap hari karena menganggap probabilitas kecelakaannya kecil.
Kealpaan kita ini biasanya disebabkan karena kita memahami risiko dalam kerangka cost-benefit analysis. Kita membandingkan keuntungan yang akan kita dapat dengan risiko kerugian yang menyertainya. Padahal, kerangka cost-benefit analysis seperti ini tidak berlaku di dalam konteks pengambilan risiko yang berulang-ulang.
Untuk itu kita perlu membedakan antara dua jenis probabilitas atau risiko. Pertama, time probability, yakni probabilitas yang mengandung ekspose risiko bagi satu individu di sepanjang waktu; dan, kedua, ensemble probability, yakni probabilitas yang mengandung ekspose risiko untuk sekelompok orang, namun tidak berlaku di sepanjang waktu (hanya terjadi sekali).
Agar lebih mudah memahaminya, bandingkan dua situasi berikut:
- Seratus orang bermain Russian roulette bersama-sama masing-masing satu kali (ensemble probability).
- Satu orang bermain Russian roulette 100 kali (time probability).
Pada situasi yang pertama, kita bisa menerapkan cost-benefit analysis: dengan probabilitas 84 persen, kita punya alasan kuat untuk memprediksi bahwa akan ada sekitar 84 orang yang selamat dan memenangkan 1 miliar rupiah.
Namun, analisis yang sama tidak berlaku pada situasi time probability. Jika Anda bermain Russian roulette seratus kali, maka 100 persen Anda akan mati di satu titik.
Alasannya sederhana: pada situasi ensemble probability, kematian salah satu pemain tidak akan mempengaruhi probabilitas kemenangan pemain lain. Jadi, jika pemain nomor 62 kalah dan mati, probabilitas kemenangan pemain lainnya tidak akan berubah. Sedangkan pada kasus time probability, kekalahan Anda di hari ke-9, misalnya, akan menghentikan karir Anda sebagai pemain Russian roulette profesional selamanya.
Jika Anda memahami ini, maka Anda akan memahami mengapa orang bijak tidak akan menempatkan semua harta kekayaannya hanya pada satu instrumen investasi yang sama. “Diversify your portfolio”, itulah motto yang sudah nyaris niscaya bagi semua investor di muka bumi.
Tetapi, percaya atau tidak, pemahaman mengenai time vs ensemble probability ini juga dapat membantu kita untuk memahami mengapa masyarakat liberal yang individualistis justru jauh lebih kuat daripada masyarakat kolektivis ekstrem seperti negara sosialis/komunis ala Uni Soviet. Bagaimana penjelasannya?
Masyarakat liberal adalah tipe masyarakat yang mengakui otonomi individual. Artinya, di dalam masyarakat liberal, individu-individu dibiarkan bebas untuk mengejar tujuan hidupnya masing-masing tanpa ada kewajiban untuk mengakomodir kepentingan-kepentingan yang bersifat komunal atau kolektif. Hal ini membuat masyarakat liberal terkesan lebih chaotic dan, tentu saja, egois.
Tetapi individualisme inilah yang justru menjadi kekuatan utama masyarakat liberal. Individualisme di dalam masyarakat liberal secara efektif mendiversifikasi risiko komunal kepada unit-unit yang lebih kecil, yakni individu. Oleh karena itu, di dalam masyarakat liberal, risiko kegagalan seorang individu tidak akan menyeret anggota populasi lain ke dalam jurang kegagalan yang sama. Dalam konteks ini, masyarakat liberal justru lebih dekat kepada ensemble probability pada contoh kasus Russian roulette kita di atas.
Hal ini jauh berbeda dengan masyarakat kolektif seperti masyarakat sosialis atau komunis, dimana tujuan-tujuan bersama harus didahulukan daripada kepentingan pribadi. Dengan menegasikan individu-individu ke dalam kepentingan kolektif, masyarakat sosialis/komunis praktis menjadi satu unit sosial yang kohesif dan utuh. Akibatnya, semua anggota populasi terekspos oleh risiko katastrofi yang sama secara bersama-sama pula. Dan, berdasarkan hukum probabilitas yang sudah kita lihat pada contoh kasus Russian roulette di atas, kita tahu bahwa katastrofi itu sewaktu-waktu pasti terjadi. Dalam konteks ini, tipe masyarakat kolektif lebih merepresentasikan time probability.
Inilah alasan mengapa kolektivisme berbahaya dari sudut pandang teori probabilitas: membangun masyarakat yang terlalu kolektivistik itu sama saja dengan satu orang yang bermain Russian roulette 100 kali.
Satu-satunya cara untuk memitigasi risiko katastrofi kolektif tersebut adalah dengan mendiversifikasi atau memecahnya kepada unit-unit yang lebih kecil, yakni individu. Dan tepat pada poin inilah alasan kenapa masyarakat liberal jauh lebih robust (kuat) daripada masyarakat sosialis/komunis.
Kuncinya ada pada diversifikasi risiko katastrofik. Di dalam konteks ekonomi-politik, itu artinya membiarkan individu bebas mengejar rencana dan mimpi-mimpinya masing-masing, dan jangan lebur mereka ke dalam identitas kolektif yang terlampau besar. Jangan pula memaksa individu untuk patuh pada cita-cita besar bersama.
Sederhananya (untuk menggunakan lingo yang lebih Hayekian): Kita harus mengganti central planning dengan individual planning.

Djohan Rady adalah alumnus S2 Ilmu Filsafat, Universitas Indonesia. Kontributor tetap untuk Suara Kebebasan dan co-founder Indo-libertarian, sebuah komunitas libertarian di Indonesia. Bisa dihubungi di email djohanrady@gmail.com dan twitter @djohanrady