Artikel Dasar Libertarianisme kali ini akan mengangkat tentang esai monumental yang ditulis oleh ekonom dan filsuf liberal masyur, F. A. Hayek, yang berjudul “Why I’m not a Conservative”. Suara Kebebasan mengambil pembahasan mengenai hal ini dari artikel “Against The Right: Hayek And The Libertarian Vocabulary” yang ditulis oleh Andy Craig di portal Libertarianism.org*.
Liberalisme kerap diasosiasikan dengan politik kanan oleh sebagian kalangan. Mereka yang percaya pada kebebasan individu dan kebebasan ekonomi, tak jarang dikelompokkan oleh sebagian pihak sebagai dengan kelompok konservatif yang ingin mempertahankan budaya dan tradisi secara ekstrim, dan cenderung bersikap skeptis terhadap perubahan.
Hayek dalam esainya yang terbit pada tahun 1960 tersebut, memberi peringatan yang keras agar mereka yang mengadvokasi gagasan kebebasan individu agar menolak keras untuk diasosiasikan dengan politik kanan. Tujuan Hayek dalam mennulis esai tersebut adalah bukan hanya untuk memberikan definisi yang jelas mengenai liberalisme, atau liebralisme klasik, namun juga terkait dengan strategi politik mereka yang mengadvokasi pasar bebas dan kebebasan individu.
Dunia Barat, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa Barat, pada dekade 1960-an sedang dihadapi ancaman besar, yakni gagasan komunisme dan sosialisme yang dipimpin dan disebarkan oleh Uni Soviet. Ancaman dari komunisme dan sosialisme tersebut memunculkan berbagai kaum reaksionaris radikal yang ingin mengembalikan kultur dan tradisi Barat pada masa lalu, yang cenderung membawa narasi rasisme dan xenophobia, dan sangat anti terhadap perubahan.
Hayek memperingatkan agar jangan sampai kelompok-kelompok liberal yang menjunjung tinggi kebebasan individu dan ekonomi pasar mengasosiasikan diri mereka dengan kelompok-kelompok reaksionis dan kanan radikal tersebut hanya untuk menentang komunisme dan sosialisme. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat berbahaya, karena pada dasarnya, sebagaimana kelompok komunis dan sosialis, para kelompok reaksionis dan sayap kanan radikal juga memiliki sikap yang anti terhadap kemerdekaan individu, yang merupakan hal yang sangat bertentangan dengan liberalisme
Liberalisme, bagi Hayek, sangat menentang intervensi negara untuk menjaga dan melindungi status quo, sebagaimana yang diinginkan oleh kaum konservatif. Liberalisme merupakan gagasan yang menjunjung tinggi kebebasan setiap individu untuk mengambil jalan hidup sesuai dengan pilihan mereka masing-masing, tentunya selama pilihan tersebut tidak melanggar hak orang lain.
Hayek menjelaskan dalam esainya, “keyakinan moral mengenai masalah perilaku, yang tidak secara langsung mengganggu lingkungan atau ranah pribadi orang lain, tidak bisa dijadikan justifikasi untuk pemaksaan”. Mengatur moral personal hanya karena seseorang menganggap perilaku tersebut merupakan hal yang tidak sesuai norma merupakan sesuatu yang sangat bertentangan dengan gagasan liberalisme yang diyakini oleh Hayek.
Tidak hanya itu, dalam esainya, Hayek juga menuliskan berbagai kritik lain terhadap kelompok-kelompok konservatif. Hayek menulis, mereka yang memegang teguh gagasan konservatisme cenderung memiliki pandangan nasionalisme yang berlebihan, mendukung ide-ide hirarki sosial dan superioritas, dan memiliki sikap yang anti terhadap perkembangan moralitas.
Craig dalam artikelnya menulis, meskipun sudah lebih dari 6 dekade sejak diterbitkan, namun peringatan dari Hayek tersebut merupakan sesuatu yang sangat patut kita perhatikan. Saat ini, berbagai gerakan kanan reaksionis dan anti-kebebasan sedang mengalami peningkatan di banyak tempat di seluruh dunia, seperti di Amerika Serikat, Eropa, dan beberapa negara Asia, seperti di India. Mereka kerap membawa berbagai narasi rasisme, xenophobia, nasionalisme radikal, dan kebencian terhadap orang-orang yang dianggap berbeda.
Tidak sedikit mereka yang membawa gagasan-gagasan kebebasan yang tergoda untuk beraliansi dengan kelompok-kelompok tersebut, untuk bersama-sama melawan kelompok-kelompok kiri. Namun, sebagaimana yang diperingatkan oleh Hayek, langkah ini merupakan sesuatu yang sangat tidak tepat, dan sangat berbahaya dan harus kita hindari.
Nasionalisme radikal, xenophobia, dan rasisme yang dibawa oleh kelompok-kelompok kanan radikal telah membuat dunia semakin terkotak-kotak dan tertutup. Tidak hanya itu, pandangan-pandangan berbahaya ini juga akan menumbuhkan rasa kebencian antar anggota masyarakat, yang tidak jarang berujung pada kekerasan yang menimbulkan korban yang tidak bersalah.
Mengasosiasikan ide-ide dan gerakan liberalisme klasik, yang menjunjung tinggi kebebasan individu dan ekonomi pasar dengan kaum reaksionis, bigot, nasionalis radikal, dan kelompok kanan garis keras, justru akan menghancurkan kebebasan itu sendiri. Mustahil untuk menegakkan kebebasan individu dan ekonomi pasar bila kelompok-kelompok reaksionis dan sayap kanan radikal naik ke puncak kekuasaan.
Sebagai penutup, esai Hayek yang diterbitkan pada tahun 1960 ini merupakan literatur yang sangat penting untuk dibaca dan dipahami, khususnya mereka yang percaya pada gagasan kebebasan. Jangan sampai, hanya karena kita ingin menghalau komunisme dan sosialisme, kita lantas berasosiasi dengan kelompok-kelompok reaksionis otoriter dan nasionalis radikal, yang juga pada dasarnya sangat menentang nilai-nilai ekonomi pasar dan kebebasan individu.
*Artikel ini diambil dari artikel yang ditulis oleh Andy Craig yang berjudul “Against The Right: Hayek And The Libertarian Vocabulary”. Link artikel: https://www.libertarianism.org/articles/against-right-hayek-and-libertarian-vocabulary Diakses pada 3 Desember 2021, pukul 22.45 WIB.

Haikal Kurniawan merupakan editor pelaksana Suara Kebebasan dari Januari 2020 – Januari 2022. Ia merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Haikal menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia pada tahun 2018 dengan judul skripsi “Warisan Politik Ronald Reagan Untuk Partai Republik Amerika Serikat (2001-2016).”
Selain menjadi editor pelaksana dan kontributor tetap Suara Kebebasan, Haikal juga aktif dalam beberapa organisasi libertarian lainnya. Diantaranya adalah menjadi anggota organisasi mahasiswa libertarian, Students for Liberty sejak tahun 2015, dan telah mewakili Students for Liberty ke konferensi Asia Liberty Forum (ALF) di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun bulan Februari tahun 2016, dan Australian Libertarian Society Friedman Conference di Sydney, Australia pada bulan Mei 2019. Haikal saat ini menduduki posisi sebagai salah satu anggota Executive Board Students for Liberty untuk wilayah Asia-Pasifik (yang mencakup Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, dan New Zealand).
Haikal juga merupakan salah satu pendiri dan koordinator dari komunitas libertarian, Indo-Libertarian sejak tahun 2015. Selain itu, Haikal juga merupakan alumni program summer seminars yang diselenggarakan oleh institusi libertarian Amerika Serikat, Institute for Humane Studies, dimana Haikal menjadi peserta dari salah satu program seminar tersebut di Bryn Mawr College, Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan Juni tahun 2017.
Mewakili Suara Kebebasan, Haikal juga merupakan alumni dari pelatihan Atlas’s Think Tank Essentials yang diselenggarakan oleh Atlas Network pada bulan Februari 2019 di Colombo, Sri Lanka. Selain itu, ia juga merupakan alumni dari workshop International Academy for Leadership (IAF) yang diselenggarakan oleh lembaga Friedrich Naumann Foundation di kota Gummersbach, Jerman, pada bulan Oktober 2018.
Haikal dapat dihubungi melalui email: haikalkurniawan@studentsforliberty.org.
Untuk halaman profil Haikal di Students for Liberty dapat dilihat melalui tautan ini.
Untuk halaman profil Haikal di Consumer Choice Center dapat dilihat melalui tautan ini.