
Setiap tanggal 16 Oktober diperingati sebagai World Food Day atau Hari Pangan Sedunia. Tujuan diperingatinya Hari Pangan sedunia adalah untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian masyarakat global akan pentingnya masalah pangan baik di tingkat nasional, regional maupun global. Pada tahun ini, persoalan pangan masih menjadi persoalan yang serius untuk diselesaikan, bahkan lebih berat, dengan persoalan krisis multidimensional yang ada.
Hari Pangan Sedunia, yang dimulai tahun 1981, yang juga sesuai dengan hari didirikannya FAO (Food and Agriculture Organization) pada 16 Oktober 1945 di Quebec City, Canada, merupakan inisiasi yang dibentuk untuk membangun kesadaran akan bentuk perhatian, akibat semakin rawannya krisis pangan di dunia yang telah diingatkan oleh FAO sejak Konferensi Pangan Sedunia di Roma tahun 1974 pada saat itu (Mediasriwijaya.com, 15/10/2022).
Tidak dapat dipungkiri, bahwa pada peringatan Har Pangan Sedunia pada tahun ini, situasi krisis dunia menjadi persoalan yang tantangan yang sulit sekali diselesaikan dan berdampak pada kondisi pangan dunia. Hal ini ditandai dengan berbagai macam fenomena, seperti jutaan orang di seluruh dunia tidak mampu membeli makanan sehat, perubahan iklim global, dan peran pertanian, terlebih sektor pangan yang sangat strategis, juga mengalami mengalami berbagai macam permasalahan, khususnya terkait dengan perubahan iklim.
Presiden Joko Widodo, juga mengingatkan, bahwa persoalan ini menjadi permasalahan yang serius, sehingga berpotensi menyebabkan kondisi kekurangan pangan dan kelaparan yang bisa melanda 800 juta warga dunia. Oleh karena itu, presiden menyampaikan jika kondisi tersebut bisa terjadi jika krisis pangan yang dihadapi dunia tak segera dicari solusinya (Kompas.com, 11/8/2022). Hal ini diperkuat dengan perkembangan terkini yang digambarkan dalam laporan FAO yang mengungkapkan angka kelaparan di dunia terus meningkat dari 135 juta (2019) menjadi 193 juta (2021), dan 345 juta orang kelaparan sepanjang tahun 2022 ini (FAO.org).
Setidaknya, laporan itu menjelaskan intensifikasi pendorong utama di balik tren kerawanan pangan dan malnutrisi baru-baru ini, yaitu konflik, iklim ekstrem, dan guncangan ekonomi dikombinasikan dengan tingginya biaya makanan bergizi dan meningkatnya ketidaksetaraan akan terus menantang ketahanan pangan dan gizi. Hal ini juga sekaligus menjelaskan, bahwa dunia telah bergerak mundur dalam upayanya untuk mengakhiri kelaparan, kerawanan pangan, dan kekurangan gizi dalam segala bentuknya.
Memang upaya untuk untuk mendorong lahirnya lingkungan yang strategis terhadap krisis tersebut sangat penting untuk dilakukan agar kondisi ekosistem produksi pangan menjadi lebih baik. Selain itu, kebijakan-kebijakan pendukung, seperti teknologi, kemudahan usaha, dan berbagai hal untuk mengakselerasi dan melahirkan produk pangan yang terjangkau yang berkelanjutan dan inklusif sangat penting untuk diwujudkan. Hal inilah yang sejatinya dibutuhkan oleh setiap individu saat ini.
Hari Pangan Sedunia tahun ini mengajarkan bahwa krisis merupakan hal yang harus dimitigasi dan dicegah dengan melibatkan berbagai macam pihak. Hal ini penting agar upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, mengatasi ketidaksetaraan, meningkatkan ketahanan, dan mencapai pembangunan berkelanjutan, serta mendukung ketahanan dalam menghadapi krisis.
Referensi
https://www.fao.org/publications/sofi/en/. Diakses pada 16 Oktober 2022, pukul 11.00 WIB.
https://mediasriwijaya.com/opini-semakin-peduli-dan-murah-hati-di-hari-pangan-sedunia-2022/ Diakses pada 16 Oktober 2022, pukul 20.00 WIB.
https://nasional.kompas.com/read/2022/08/11/12403201/jokowi-800-juta-warga-dunia-berpotensi-kelaparan-produktifkan-lahan-yang Diakses pada 16 Oktober 2022, pukul 10.00 WIB.

Galang Taufani adalah Managing Editor di Suara Kebebasan. Galang adalah lulusan program Sarjana Hukum (2013) dan Magister Hukum (2016) di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Sebelum bergabung di Suara Kebebasan, Galang pernah bekerja sebagai wartawan, peneliti, dan dosen sejak tahun 2013. Galang menulis banyak karya berupa buku, jurnal, dan artikel ilmiah. Bidang yang digeluti olehnya, yaitu adalah bidang Hukum, Kebijakan Publik, Pajak, Filsafat, dan Sastra.