
Kabar duka menyelimuti dunia. Di tengah peperangan sengit Rusia-Ukraina, seorang tokoh dunia akhirnya menghembuskan nafas terakhir sekaligus menutup pintu sejarah kejayaan Uni Soviet di masa lalu. Tokoh besar itu adalah Mikhail Gorbachev, pemimpin terakhir Uni Soviet yang dihormati dunia karena berjasa meredam Perang Dingin dan melanggengkan perdamaian.
Gorbachev meninggal pada hari Rabu, 30 Agustus 2022 waktu setempat. Menurut pemberitaan, ia wafat karena shock atas peperangan yang berujung pada krisis global. Rasa frustasi ini diceritakan oleh asistennya, Pavel Palazhchenko. Kekecewaan dan penyakit bawaan membuat Gorbachev akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Menurut Palazhchenko, Gorbachev secara psikologis hancur dalam beberapa tahun terakhir oleh hubungan Moskow yang memburuk dengan Kiev. Palazhchenko, yang bekerja dengan mendiang presiden terakhir Soviet selama 37 tahun tersebut berbicara kepada Gorbachev beberapa minggu lalu melalui telepon.
Dalam panggilan telepon itu, Gorbachev dan yang lainnya terkejut oleh betapa traumanya dia dengan peristiwa-peristiwa di Ukraina (Sindonews.com, 03/09/2022). Siapapun tahu, Gorbachev adalah pemimpin Uni Soviet yang memiliki visi dunia damai. Ia inisiator gerakan anti perang dan turut serta menanamkan benih demokrasi di Uni Soviet.
Wajar saja Gorbachev merasa terpukul ketika negara tercintanya justru menjadi ‘biang kerok’ terjadinya perang dan krisis pangan yang melanda dunia. Kematian Gorbachev membuat seluruh pemimpin dunia turut berduka. Baik Boris Johnson maupun Joe Biden, mengucapkan duka cita yang mendalam dan berharap di masa depan akan muncul Gorbachev-Gorbachev baru yang akan membuat dunia menjadi lebih baik (Jawapos.com, 01/09/2022).
Berbeda dengan sikap pemimpin dunia, Vladimir Putin melihat Gorbachev sebagai sosok yang berbeda. Ia adalah pengkhianat yang bertanggung jawab atas bubarnya Uni Soviet. Kremlin melaporkan, Putin tak bisa menghadiri pemakaman lantaran jadwal kepresidenan yang sibuk. Saat ditanya urusan spesifik apa yang akan membuat Putin sibuk, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa presiden akan mengadakan serangkaian pertemuan kerja, panggilan telepon internasional, dan juga harus bersiap untuk menghadiri forum bisnis di Timur Jauh Rusia minggu depan.
Banyak orang memiliki persepsi yang sama dengan Putin: menganggap bahwa Gorbachev adalah ‘biang kerok’ bubarnya Uni Soviet. Tak sedikit pula media yang mengatakan bahwa reformasi ala Gorbachev telah menjadi penyebab kehancuran negara komunis tersebut.
Bagi saya, tuduhan ini hanya isapan jempol semata. Sebaliknya, jika kita melihat kinerjanya, maka yakinlah kita bahwa tanpa Gorbachev pasti Uni Soviet akan mengalami kebangkrutan yang lebih parah.
***
Stagnasi Uni Soviet
Setelah Nikita Khrushchev lengser dari jabatannya pada tahun 1964, Leonid Brezhnev menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet. Naiknya Brezhnev di kursi puncak Soviet, menandai era Stagnasi. Stagnasi di sini berarti perlambatan kemajuan bagi Uni Soviet. Baik dalam bidang politik, sosial maupun ekonomi.
Brezhnev mengembalikan sistem Stalin yang konservatif. Melakukan desentralisasi ekonomi, mengetatkan peraturan sosialis di masyarakat, yang berakhir pada pengekangan kebebasan. Doktrin luar negeri Brezhnev yang berorientasi pada ekspansi dan pemaksaan “sosialisme ala Soviet” membuat militer Uni Soviet mendapat prioritas tinggi dalam anggaran negara.
Menurut GlobalSecurity.org, tingkat pertumbuhan industri menurun selama tahun 1970-an karena industri berat dan industri senjata diprioritaskan, sementara barang- barang konsumen Soviet diabaikan. Harga semua barang konsumsi yang diproduksi pada tahun 1972 berkurang hingga menyebabkan kenaikan harga barang (GlobalSecurity.org)
Perekonomian komando yang digagas Brezhnev menimbulkan cacat sistemik, di mana para petugas partai yang memegang perusahaan-perusahaan negara justru melakukan korupsi beramai-ramai. Anggaran militer yang besar juga turut membuat pertumbuhan ekonomi dan industri di era Brezhnev dianaktirikan. Di bawah kendali Brezhnev, ia menyusun plan Rencana Lima Tahun Kedelapan (1966-1970) untuk merestorasi kembali kebangkitan politik dan ekonomi Uni Soviet. Sayangnya, para perencana ekonomi Soviet semakin tertekan oleh penurunan tingkat pertumbuhan dan meningkatnya persentase pekerja nonproduktif. Mereka juga mengalami kesulitan mengendalikan besarnya dan kompleksitas ekonomi. (GlobalSecurity.org).
Meski Brezhnev menekankan pada pembangunan sektor pangan dengan melakukan perbaikan pada bidang pertanian, industri pangan, dan distribusi makanan, namun faktanya, di tahun 1970 hingga 1980, Uni Soviet justru jadi pengimpor biji gandum dan kebutuhan pangan dari Amerika Serikat (AS) lebih banyak ketimbang impor Amerika ke Jepang (Globalsecurity.org)
Data-data di atas menunjukkan sebuah fakta bahwa ada permasalahan besar pada Uni Soviet yang memproklamirkan diri sebagai Benteng Sosialisme. Pembangunan yang menurun, pertumbuhan ekonomi yang melambat, serta teknologi yang lebih ditekankan pada militer justru membuat Soviet tertinggal jauh dari rivalnya, Amerika. Ketika Brezhnev mangkat, penerusnya, Yuri Andropov dan Konstantin Chernenko, tidak memberi perubahan yang signifikan. Disinilah Gorbachev hadir dengan gagasan briliannya, Glasnost dan Perestroika.
Sang Pemimpin Baru
Gorbachev lahir dari keluarga petani miskin pada tahun 1931. Di tahun 1928, ia bersama kakeknya hidup dalam pertanian kolektif yang digagas oleh Partai Komunis. Namun, saat tragedi pembersihan besar-besaran di era Stalin, kakek Gorbachev di tahan dan meninggal karena dianggap pendukung oposisi Trotsky. Penahanan dan pembasmian orang-orang tak bersalah ini membuat ia begitu benci pada nilai-nilai diktatorisme (Taubman, 2017).
Ketika menginjak usia dewasa, Gorbachev aktif di organisasi Komsomol (Pemuda Komunis Soviet) sebagai sarjana hukum. Ia melihat bagaimana ketidakadilan muncul di negerinya, apalagi saat pemilihan umum, rata-rata masyarakat memilih partai komunis karena takut bukan karena kesadaran (Taubman, 2017).
Tesisnya mengenai keunggulan sistem “demokrasi sosialis” dibanding “demokrasi borjuis” terpatahkan dengan realitas di Prancis dan Jerman Barat saat ia melakukan kunjungan kenegaraan ke sana. Saat bertemu dengan organisasi komunis di Eropa Barat, Gorbachev menilai bahwa partai berjalan secara efektif dan dinamis. Kritik begitu terbuka dan organisasi menjadi stabil karena adanya kebebasan dari tiap anggota dan simpatisan (Taubman,2017).
Kesan inilah yang membuat Gorbachev kelak di kemudian hari mengembangkan gagasan Glasnost (keterbukaan) dan Perestroika (reformasi). Ia sempat kecewa dengan kepemimpinan Brezhnev karena reformasi politik yang dijalankan oleh Khrushchev terhenti. Meski tak berani mengkritik secara terbuka, namun ia mengembangkan gagasan mengenai masa depan Soviet yang lebih baik.
***
Hari yang dinanti telah tiba, Mikhail Gorbachev diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet sekaligus Presiden Uni Soviet pasca meninggalnya Konstantin Chernenko. Di sini, ia mulai terbuka menyebut bahwa sistem dan doktrin Brezhnev telah menyebabkan stagnasi terhadap pembangunan negara. Kebijakan yang berpola pada militer dan persenjataan di ubah. Fokusnya adalah reformasi sosial, politik dan ekonomi (Hanson, 2003).
Ia ingin agar segenap masyarakat ikut berpartisipasi dalam mengawal kebijakan negara. Pun dalam politik luar negeri, Gorbachev menolak pengunaan kekuatan militer dan konfrontasi. Gagasan mengenai Glasnost (keterbukaan) dan Perestroika (reformasi) didengungkan dan menjadi sebuah slogan nasional. Ya, setidaknya rock n roll, bina raga, dan agama bisa hidup dan berkembang kembali di negeri beruang merah.
Glasnost (Keterbukaan) dan Perestroika (reformasi)
Gorbachev tahu bahwa cara-cara konservatif ala Brezhnev dan Stalin tidak begitu efektif untuk melakukan perubahan sebuah negara komunal yang benar-benar sadar akan kebebasan dan gotong royong. Rakyat hidup dalam pengekangan dan ketakutan, sehingga partisipasi rakyat dalam pembangunan dan mengawal pemerintahan yang bersih tidak terlihat. Untuk itulah, Gorbachev berusaha untuk memberi suntikan kepada Uni Soviet agar tumbuh berkembang, yaitu Glasnost atau keterbukaan dan demokrasi.
Glasnost diartikan sebagai peningkatan keterbukaan dan transparansi dalam lembaga dan kegiatan pemerintah di Uni Soviet. Glasnost mencerminkan komitmen pemerintahan Gorbachev untuk mengizinkan warga Uni Soviet mendiskusikan secara terbuka masalah sistem mereka dan solusi potensial.
Pemerintahan Gorbachev juga mendorong pengawasan dan kritik terhadap para pemimpin, bahkan membuka kebebasan pers pada tingkat tertentu. Dengan keterbukaan ini, Mikhail Gorbachev mengharapkan adanya kemajuan ekonomi dan transparansi pemerintahan (Tirto.id, 06/09/2022).
Kebebasan berorganisasi, mendirikan pers, kritik terbuka, hingga kebolehan mendirikan partai selain PKUS membuat rakyat Soviet gembira. Namun kebebasan ini harus juga diikuti dengan perbaikan struktur politik dan ekonomi. Reformasi politik ini disebut dengan Perestroika. Motivasi Gorbachev melakukan restukturasi dan pembaruan dalam masalah ekonomi dan politik Soviet, disebabkan karena resesi dan stagnasi yang melanda Uni Soviet. Pengeluaran untuk biaya pertahanan dan juga politik luar negeri membuat perekonomian Soviet terpuruk dan jauh tertinggal dari rivalnya, Amerika (Hanson, 2003).
Program sentralisasi ekonomi, kecurigaan terhadap budaya non-sosialis, dan juga pembatasan kebebasan individu membuat Soviet mengalami masa stagnasi, baik di bidang budaya, tekhnologi, dan ekonomi. Masa Stagnasi ini berusaha diakhiri ketika Gorbachev berusaha melakukan pembaruan dan demokratisasi di bidang politik dan ekonomi.
Tahun 1987 adalah tahun terpenting dalam sejarah Uni Soviet. Gorbachev menyadari bahwa stagnasi dan resesi yang dialami Uni Soviet diakibatkan ketidakefisien program politik dan ekonomi yang diwariskan rezim yang lampau. Ditambah lagi sikap ABS (‘asal bapak senang’) dan juga sistem manajemen yang rumit sangat tidak efisien, sehingga produktivitas industri Soviet terus merosot. Gorbachev berpandangan, jika Soviet ingin maju dan berkembang, tidak bisa tidak kebebasan dan restrukturasi birokrasi harus dilakukan (Globalsecurity.org).
Selain itu pembangunan Soviet membutuhkan stabilitas dan keamanan baik dari dalam dan luar negeri, karena itulah Gorbachev menyerukan perdamaian dan mengkampanyekan anti senjata nuklir. Gorbachev bersedia satu duduk satu meja dengan rivalnya George Bush, sr. untuk menghentikan program nuklir yang mengancam masyarakat dunia.
Program Perestroika dalam bidang ekonomi, adalah membuat program “Sentralisme Baru” yang sebenarnya suatu program desentralisasi. Di Soviet, semua perusahaan adalah milik negara, sehingga wajar jika pada masa sebelum Perestroika, elit partai dan kaum birokrat ikut campur tangan dalam mengurus perusahaan (Smolinski,1973).
Campur tangan elit partai dan dikte dari birokrat terhadap perusahaan-perusahaan di Soviet, membuat produktivitas menurun, kinerja perusahaan tidak efisien dan timbul sikap acuh tak acuh dari pengelola perusahaan. Gorbachev kemudian memberikan kebebasan yang luas pada pengelola pabrik dan pertanian soviet untuk mengurus manajemen perusahaannya tanpa ada campur tangan dari birokrat partai atau aparat pemerintahan (Britannica.com).
Ia memberikan kebebasan bagi Soviet-soviet atau perkumpulan usaha bagi di bidang pertanian dan industri untuk berkembang tanpa ada campur tangan partai. Kebijakan ini awalnya ditolak. Namun, pada tahun 1988-1989 Gorbachev berhasil menekan elit politik dan mereformasi struktur partai (Britannica.com).
Normalisasi bagi perusahaan di Soviet bertujuan untuk mendorong kreativitas tiap perusahaan untuk mengembangkan produk yang terbaik. Setiap perusahaan harus bersaing menampilkan yang terbaik. Dan jika terjadi kebangkrutan karena salah urus dari para petingginya, maka pemerintah baru tidak akan menyuntikan dana bantuan. Ini dilakukan agar semua perusahaan bisa berdikari dan mandiri.
Tjipta Lesmana, wartawan senior Indonesia, menulis dalam buku “Kapitalisme Soviet” (1987), bahwa masyarakat juga diberi peluang untuk ‘berwirausaha’. Mereka akan diberi modal oleh pemerintah untuk menjalankan bisnisnya. Hasil dari bisnis tersebut tak perlu disetorkan semua ke pusat seperti sistem yang lampau, tetapi bagi hasil antara pemerintah dan pemilik usaha.
Pemerintah juga mulai melakukan swastanisasi pada hal-hal yang kurang vital, seperti toilet umum. Tjipta Lesmana saat berkunjung ke Uni Soviet menggambarkan toilet umum yang kotor dan kurang terawat. Program Gorbachev menyerahkan toilet umum kepada individu yang diharapkan agar si pemilik memiliki inisiatif membersihkan toiletnya agar orang nyaman untuk buang hajat di sana (Lesmana, 1987).
Dengan program Glasnost dan Perestroika, Gorbachev berharap bisa berpindah dari ekonomi komando menjadi ekonomi pasar sosial seperti yang terjadi di Jerman Barat. Sayangnya, banyak anggota Politbiro yang tidak sabar, tak puas karena wewenangnya dilucuti dan tidak suka adanya pembaruan jenis apapun. Gennady Yanayev, Wakil Presiden dari Gorbachev, berkomplot untuk melakukan pemberontakan. Didukung oleh militer, politisi senior, kelompok garis keras, KGB (badan intelejen Soviet), mereka melancarkan kudeta pada bulan Agustus 1991 (the Washingtonpost.com, 30/08/2022).
Upaya kudeta ini gagal, rakyat menolak, mereka melawan militer, situasi memanas, dan semua orang marah. Hal ini dimanfaatkan oleh beberapa negara bagian untuk mengumumkan pemisahan diri dari Uni Soviet. Upaya reformasi Gorbachev akhirnya berujung pada pembubaran Uni Soviet, meski bukan karenanya pembubaran ini terjadi (thewashingtonpost.com, 30/08/2022).
Keadaan di Uni Soviet sudah mengalami krisis ketika memasuki dekade 80an. Stagnasi ini menyebabkan kelangkaan bahan konsumsi dan menaiknya harga kebutuhan pokok. Sistem penjatahan tidak berjalan efisien, dan kontrol terhadap harga dan Rubel justru mengakibatkan negara ini terperosok begitu dalam. Butuh waktu yang panjang bagi Gorbachev untuk memperbaiki negaranya.
Namun, kesempatan itu hilang ketika para komunis garis keras datang dan merusak segalanya. Setidaknya Gorbachev sudah berusaha. Berkat tangannya, Perang Dingin berhenti dan demokrasi berkembang di Eropa Timur.
Referensi
Hanson, Philip.2003. The Rise and Fall of the Soviet economy: an Economic History of the USSR from 1945. London: Routledge.
Lesmana, Tjipta. 1987. Kapitalisme Soviet, Jakarta: Sinar Harapan.
Taubman, William. 2017. Gorbachev: His Life and Times. New York City: Simon and Schuster.
Smolinski, Leon. 1973. “Karl Marx and Mathematical Economics”. Journal of Political Economy. 81 (5): 1189–1204.
https://amp.tirto.id/glasnost-dalam-sejarah-uni-soviet-tujuan-siapa-pencetusnya-gvLH Diakses pada 8 September 2022, pukul 17.56 WIB.
https://www.britannica.com/place/Russia/The-Gorbachev-era-perestroika-and-glasnost Diakses pada 8 September 2022, pukul 16.30 WIB.
https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/cccp-history-period-of-stagnation.htm Diakses pada 7 September 2022, pukul 22.42 WIB.
https://www.google.com/amp/s/international.sindonews.com/newsread/874691/41/terungkap-mikhail-gorbachev-meninggal-karena-shock-dengan-perang-ukraina-1662142155 Diakses pada 7 September 2022, pukul 21.50 WIB.
https://www.jawapos.com/internasional/01/09/2022/mikhail-gorbachev-dipuji-barat-vladimir-putin-disebut-penjahat-perang/ Diakses pada 7 September 2022, pukul 21.57 WIB.
https://www.washingtonpost.com/history/2022/08/30/coup-attempt-mikhail-gorbachev/ Diakses pada 9 September 2022, pukul 11.28 WIB.

Reynaldi adalah seorang aktivis muslim moderat yang tertarik untuk mengembangkan ide-ide mengenai toleransi, kemanusiaan, kebebasan, dan kerukunan antar umat beragama. Email: adisuryareynaldi@gmail.com