Di sela-sela acara konferensi Asia Liberty Forum Februari lalu, Managing Editor SuaraKebebasan.org, Muhamad Iksan, mewawancarai Dr. Eamonn Butler, Direktur Adam Smith Institute. Dr. Butler adalah sarjana yang memperoleh Ph.D dari the University of St Andrews pada tahun 1978, mempelajari ekonomi, filsafat dan psikologi. Ia juga pernah bekerja pada DPR Amerika Serikat (House of Representatives) di bidang kesejahteraan dan isu pensioun di dekade awal 1970-an sebelum kembali ke negara asalnya, United Kingdom, guna membantu pendirian lembaga pemikir (think-tank) Adam Smith Institute. Ia juga dikenal sebagai penulis yang prolific dimana beragam buku telah dihasilkannya diantaranya: Adam Smith: A Premier (sudah diterjemahkan kami dalam Dasar-Dasar Libertarianisme), Ludwig von Mises: A Premier, Public Choice: A Premier, dan beragam buku lainnya. Berikut adalah petikan wawancara Iksan (SK) dengan Eamonn Butler (EB).
Terima kasih Dr. Eamonn Butler (EB) untuk wawancara di waktu yang sangat berharga ini. Saya Muhamad Iksan Editor Pelaksana dari Suarakebebasan.Org. Kami adalah sebuah portal yang mendedikasikan diri dalam promosi gagasan kebebasan kepada anak muda, Saya ingin memulainya dengan berbincang tentang Adam Smith Institute. Dapatkah anda ceritakan tentang visi Anda mendirikan lembaga pemikir itu. Seperti yang saya ketahui Anda adalah salah satu pendiri lembaga pemikir itu, mohon bisa Anda ceritakan?
Kami adalah think-tank kebijakan – lembaga pemikir yang berorientasi kepada kebijakan. Peran kami memperkenalkan gagasan kepada para pengambil kebijakan, dengan harapan terjadi perubahan kebijakan. Kami mempercayai kompetisi, pilihan, pasar bebas, perdagangan bebas, pemerintahan yang terbatas, pajak yang lebih sedikit. Dan kami mengenalkannya melalui laporan, publikasi, kegiatan-kegiatan seperti seminar, pertemuan, konferensi. Dan kami menggulirkan gagasan-gagasan baru yang kami tujukan kepada jurnalis, agar dapat diwacanakan kepada khalayak publik, sehingga terjadi perdebatan. Kami berharap upaya ini melahirkan dunia yang lebih ramah terhadap pasar bebas dibandingkan sebelumnya. Kami pernah membantu pemerintahan mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher dimana kami mendorong pemerintah melakukan privatisasi dan deregulasi.
Dalam pekerjaan sebelumnya, Anda pernah bekerja sebagai analis kebijakan (policy analyst) di Kongres Amerika Serikat, Apakah benar? Bisa anda ceritakan?
Ya benar…Seperti banyak kolega saya lainnya di akhir tahun 1970-an Inggris menjadi negara yang sangat diatur (highly regulated country), serikat pekerja (trade union) mengontrol berbagai aspek dalam ekonomi dan segala sesuatu ‘seperti menuruni bukit’ dengan sangat cepat. Seperti juga negara yang lain, kami mengalami yang disebut brain drain. Satu demi satu pergi menyebrang ke Amerika Serikat untuk kehidupan yang lebih baik. Dan saya telah mengenal salah seorang yang bekerja untuk Komite Partai Republik di Kongres AS. Sekelompok anggota DPR dari Partai Republik menyiapkan anggaran guna mempersiapkan kelompok kerja tersebut. Pengalaman bekerja di Kongres ini seperti latihan akademis buat saya. Saya bisa menyaksikan bagaimana regulasi dibuat.
Dan kalau anda pikir suatu peraturan dibuat atas dasar pijakan rasional. Lupakan! Pembuatan Undang-Undang justru sarat akan pertarungan berebut kuasa, serta beragam hal dalam literatur pilihan publik yang tergolong vested interest dengan motif-motif tertentu. Kesemua hal itu membantu saya guna mendisain kebijakan baru di Inggris Raya serta antisipasi tentang apa masalah-masalah maupun hambatan-hambatan dari usulan kebijakan yang terkesan gagasan sangat rasional. Walaupun pada akhir gagasan kebijakan akan bermuara pada masalah politis. Dan saya berupaya mencari solusi atas blokir dan gangguan. Hal ini dapat saya pelajari berdasarkan pengalaman kerja saya di Capitol Hill…
Saya membaca wawancara Anda dengan Himalayan Express tentang Perantara yang Jujur (Honest Broker). Bisa jelaskan konsep honest-broker ini, karena menurut saya ini sangat unik, apakah ada perantara yang tidak jujur bila ada perantara yang tidak jujur? Bisakah Anda mengeloborasinya lebih mendalam.
Saya sedang berbicara di Kathmandu tentang pentingnya menghadirkan dan mengajak sektor privat dan para pengusaha lainnya terlibat dalam pengembangan kebijakan (policy development). Karena sering kali politisi tidak sadar mereka menyusahkan wiraswasta dan mereka membuat penghalang bisnis dari pertumbuhan. Adalah penting buat entrepreneur memiliki suara, namun tentu saja pengusaha sangat sibuk dan mereka cenderung tidak ingin terlibat dalam politik. Dalam banyak kasus mereka tidak tertarik dengan politik. Mereka tidak ingin menjadi politisi. Dan bagaimana mereka bisa terlibat? Kami mempersiapkan suatu kelompok yang kami sebut entrepreneur network dimana kami pergi dan menemukan pengusaha serta coba menjalin kerjasama selama proses berlangsung.
Yang kami maksudkan dengan perantara yang jujur (honest broker) dengan menjadi jembatan antara pengusaha dan para politisi (wakil rakyat). Kami tidak hanya berusaha menjual gagasan mereka (baik pengusaha maupun politisi), tetapi kami juga memberikan advis kepada kedua belah pihak. Sehingga kami mendapatkan respek dari kedua belah pihak. Karena para pengusaha mengetahui kami mengerti proses politik yang terjadi. Dan para politisi tahu kami memiliki ideologi yang jelas ingin kami wujudkan. Kami hadir tidak hanya untuk mengkampanyekan bisnis, kami hadir guna memperkenalkan situasi dan kondisi yang dapat bermanfaat bagi orang-orang dan juga komunitas. Kami hadir tidak hanya mempromosikan misalnya bisnis besar sebagaimana sering orang menuduh kami seperti itu. Dan saya kira para politisi mengetahuinya . Saya kira inilah peran penting menjadi honest broker. Di mana kami mendapat respek dari kedua belah pihak (politisi maupun pengusaha) selama proses ini berlangsung.
Kesalahan umum bagi kita penggiat pasar bebas (freedom champion) dianggap sebagai pro-pengusaha besar (pro-big business) dibanding kompetisi…
Ya itu kesalahan yang sangat besar. Pertama, pengusaha besar (big business) (seperti yang dinyatakan) Milton Friedman kapitalis adalah musuh kapitalisme. Pengusaha besar sangat menyukai regulasi, karena menghambat pendatang baru (new comers) dan menghambat kompetisi. Hal ini mempermudah hidup mereka. Selain itu, mereka menyukai regulasi karena regulasi membutuhkan biaya. Anda harus punya orang untuk memonitor regulasi dan memastikan anda mematuhinya. Hal ini menjadi lebih mudah kalau anda pengusaha besar. Namun sulit bila anda pengusaha kecil. Anda tidak memiliki cukup personel untuk menjalankannya. Jadi pengusaha besar jelas bukan teman penggiat pasar bebas.
Kedua, tentu saja pengusaha besar tidak menciptakan pekerjaan dan lapangan pekerjaan, produk-produk baru maupun proses yang baru. Adalah perusahaan kecil, start-up, Bill Gates di garasinya yang menciptakan semuanya itu. Jika anda ingin ekonomi negara anda bergerak, maka hal terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangkan dan terus mendorong entrepreneur dan pengusaha kecil untuk terus tumbuh.
Di Indonesia ada lebih dari sembilan puluh persen pengusaha kecil dan menengah. Berdasarkan pengalaman Anda, bagaimana suatu negara dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari kehadiran pengusaha kecil dan menengah. Ada gagasan/ide yang bisa Anda berikan tentang hal ini?
Ya… Anda memerlukan beberapa kondisi guna membuat pengusaha kecil dan menengah menjadi penggerak roda ekonomi. Anda tentu tidak dapat mengetahui pengusaha mana yang akan berhasil dan mana yang gagal. Apabila anda bisa menciptakan suatu kondisi dimana mereka dapat beroperasi dengan mudah, simpel, dan juga murah. Maka mereka akan tumbuh, dan ekonomi negara anda juga akan tumbuh bersama mereka. Kondisi yang dimaksud seperti hadirnya rule of law, dengan kata lain aturan hukum yang jelas, tidak berlaku retrospetif, tidak tergantung pejabat yang memberikan lisensi tertentu.
Kedua, saya katakan rezim yang permisif dimana orang-orang boleh melakukan apapun dan bila ada masalah pecahkan bersama-sama. Ketimbang orang-orang memerlukan izin dari pemerintah atas introdusir proses yang baru. Selain itu, pengadilan menjadi kondisi yang juga vital. Berapa lama untuk menjalankan kontrak bila memerlukan satu tahun dibanding satu minggu. Tidak ada perusahaan yang bisa beroperasi dalam kondisi tersebut. Mengontrak dan memberhentikan juga menjadi hal berikutnya yang penting buat pengusaha untuk beroperasi. Tentu kita ingin keamanan kerja, tetapi semakin ‘aman’ suatu pekerjaan, menjadi semakin ‘mahal’ anda memberhentikan pekerja yang tidak qualified.
Pada dasarnya, coba memandang persoalan ini dari kaca mata pengusaha kecil. Satu hal yang kami lakukan di Inggris dengan network entrepreneur, kami bisa melakukan survei dan kami bisa mendapatkan data riil tentang apa yang mereka inginkan dan mereka rasakan.
Mari bincang soal buku Anda. Saya pernah baca beberapa diantaranya seperti Mises A Premier. Bahkan di Indonesia, teman-teman saya membentuk Mises Club. Jadi saya kira buku Anda sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin belajar tentang Ekonomi Mazhab Austria. Dapatkah Anda ceritakan apa yang paling Anda sukai dari menulis buku misalnya Mises atau Adam Smith? Apa yang paling Anda sukai saat menuliskannya?
Yang coba saya lakukan dengan menulis buku-buku tersebut adalah mempresentasikannya dengan simpel, artinya bukan buku akademik dimana anda temui kata-kata yang panjang dan glossary maupun catatan kaki yang kompleks. Hapus semua ‘jebakan’ akademis itu. Saya berupaya menghadirkan sesuatu yang mudah dipahami. Dalam buku Public Choice: A Premier, saya ingin membuat sangat mudah yang bahkan politisi saja dapat memahaminya.
Namun audiensi yang ada pada benak saya, saat menulis buku-buku tersebut ialah orang yang berusia katakanlah 60-an, 70-an, 80-an atau mungkin pengusaha atau profesional yang tidak memiliki academic background. Mereka yang tertarik dengan gagasan-gagasan atau mungkin mereka yang ingin tahu apa dan siapa Adam Smith, Ludwig von Mises, Frederich Hayek, atau Milton Friedman atau mazhab Pilihan Publik. Dan hal itulah yang coba saya kerjakan melalui buku-buku itu. Dan buku tersebut diterima publik dengan baik. Bahkan seperti Foundations for A Free Society yang saya kerjakan untuk Institute of Economic Affairs (United Kingdom) saat ini adalah buku yang paling banyak diterjemahkan…
Ya…Anda telah menjelaskan kepada saya kemarin. Namun adakah tantangan dalam membuat variasi pemikiran Milton Friedman yang tersebar dalam beragam buku misalnya, dihimpun dalam suatu premier yang concise? Bisa diceritakan tantangan membuat premier itu?
Yah tentu saja sangat menantang karena lebih mudah menulis buku panjang ketimbang buku pendek. Tetapi feeling saya bilang orang lebih suka buku pendek. Mereka memerlukan suatu introduksi atau pengantar. Lalu bila mereka tertarik, mereka dapat melirik kembali buku aslinya. Bila mereka membaca premier yang saya buat, mereka seperti memperoleh panduan dari mana memulainya.
Walaupun demikian, misalnya gagasan (Frederich) Hayek sangat kompleks. Sangat sulit meramu gagasannya tanpa terganggu dengan detail-detailnya. Untuk itu, sangat menantang meninggalkan gagasan yang perlu ditinggalkan. Hal ini memerlukan waktu yang lebih lama. Jelas hal ini bukan tugas yang mudah dan kerap kali orang tidak peduli akan hal ini….
Simak wawancara lengkapnya di podcast kami (dalam Bahasa Inggris)

Muhamad Iksan (Iksan) adalah Pendiri dan Presiden Youth Freedom Network (YFN), Indonesia. YFN berulang tahun pertama pada 28 Oktober 2010, bertempatan dengan hari Sumpah Pemuda. Iksan, juga berprofesi sebagai seorang dosen dan Peneliti Paramadina Public Policy Institute (PPPI), Jakarta. Alumni Universitas Indonesia dan Paramadina Graduate School ini telah menulis buku dan berbagai artikel menyangkut isu Kebijakan Publik. (public policy). Sebelum bergabung dengan Paramadina sejak 2012, Iksan berkarier sebagai pialang saham di perusahaan Sekuritas BUMN. Ia memiliki passion untuk mempromosikan gagasan ekonomi pasar, penguatan masyarakat sipil, serta tata kelola yang baik dalam meningkatkan kualitas kebijakan publik di Indonesia.