Judul: China Undercover: Rahasia di Balik Kemajuan China
Penulis: Chen Guidi dan Wu Chuntao
Penerbit: Cahaya Insan Suci
Tahun Terbit: 2007
Saat ini, China digambarkan sebagai sebuah negara great power yang memiliki peran besar dalam pencaturan politik dunia. Selain jumlah penduduk yang besar dan juga kekuatan militer yang kuat, China juga telah berhasil membangun struktur ekonomi yang kuat dan terbukti jitu membawa negara tersebut dari negara miskin pada pertengahan abad ke-20, menjadi negara maju pada abad ke-21 ini.
Dalam pidato memperingati hari ulang tahun Partai Komunis China (PKC), Xi Jinping selaku presiden (yang belakangan ini mulai dikultuskan oleh PKC sebagaimana ketua Mao) secara terang-terangan mengatakan bahwa China berhasil keluar dari negara miskin.
“Setelah 8 tahun untuk terus berjuang, hampir 100 juta orang miskin pedesaan telah terangkat dari kemiskinan, semua 832 kabupaten miskin yang terdaftar di Tiongkok mampu melepaskan diri dari kemiskinan. Tiongkok mencapai prestasi sejarah dalam pengentasan kemiskinan,” katanya (IdTimes.com, 9/2/2021).
Selain itu, Xi mengatakan bahwa kunci kesuksesan China adalah dikarenakan sistem sosialis yang diterapkan oleh China selama 70 tahun. “Kepemimpinan PKT dan sistem sosialis Cina adalah jaminan mendasar terhadap risiko, tantangan, dan kesulitan,” kata Xi di Balai Besar Rakyat Beijing, (Dw.com, 25/2/2021).
Thomas Friedman, seorang ekonom sekaligus pemerhati politik luar negeri membeberkan sebuah hipotesis baru, tentang pemaduan pola politik China yang totaliter dengan pola ekonomi yang bebas telah menciptakan sebuah kemajuan yang luar biasa.
Teori The Golden Straits Jacket menjelaskan bahwa pola perekonomian China meskipun bergerak dengan garis kapitalisme, namun dikontrol dengan politik totalitarian satu partai ala komunisme. Di negara tersebut, pasar bergerak bebas namun tak lepas dari rel tujuan pembangunan sosialisme China (Friedman, 1999).
Pola pembangunan China ini tampaknya mulai ditiru oleh Pemerintah Indonesia. Cirinya adalah, dengan memperkuat pemerintahan dan meminimalisir setiap kritik. Tetapi di sisi lain, pemerintah juga mulai merangkul swasta untuk memperlancar roda ekonomi.
Garis pembangunan seperti ini, pasti akan menemukan berbagai masalah. Salah satunya adalah makin kuatnya “Kapitalisme Kroni” dan juga membuat segelintir oligarki yang dekat dengan pemerintah menguasai pasar.
*****
Tentu saja, banyak yang mempertanyakan apakah benar sistem sosialisme ala China telah sepenuhnya berhasil membuat China keluar dari garis kemiskian ekstrim? Dan benarkah berkat sosialisme China warga desa yang masih hidup secara tradisional telah terangkat dari kemiskinan ekstrim?
Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan sebuah buku yang cukup bagus mengenai topik kita ini. Buku ini ditulis oleh seorang mantan anggota Partai Komunis China, yang masuk ke kelompok Asosiasi Sastra Hefei, yaitu Chen Guidi dan Wu Chuntao, pasangan suami istri yang berani membongkar borok dari rezim sentralistik China.
Buku yang berjudul China Undercover telah membuat kegemparan di China karena isinya secara spesifik membongkar kebobrokan sistem sentralistik China dan kemiskinan masyarakat pedesaan yang ditindas oleh sistem kolektif dan pajak-pajak ilegal yang diterapkan oleh partai Komunis.
Chen Guidi mengatakan “Publikasi buku kami telah dibandingkan degan sambaran petir… Bukan karena disebabkan oleh nilai sastranya, melainkan oleh fakta bahwa karya tersebut telah mengungkapkan kenyataan pedesaan China yang sebenarnya.” (Chen, 2007).
*****
Fakta-fakta yang terhimpun dalam buku ini dikumpulkan dari “wilayah-wilayah terlarang” yang menakutkan dalam penulisan jurnalisme China. Disebabkan, banyaknya fakta-fakta yang ditutupi dan juga kemiskinan, serta kejahatan aparat partai yang tak berani untuk diungkap.
Dalam kata pengantar buku China Undercover, John Pomfret mengabarkan pada akhir tahun 70-an, profesor antropologi budayanya menjelaskan keberhasilan Republik Rakyat China dibawah Mao Zedong, di mana kekuasaan tuan tanah berhasil dipatahkan, buta huruf diberantas, dan panen besar-besaran telah sukses memusnahkan kelaparan.
Namun pada faktanya, hampir 30 juta orang meninggal karena kelaparan selama era “Lompatan Jauh Kedepan”, belum lagi kemunduran teknologi akibat konfrontasi China terhadap kaum intelektual.
Dengan kata lain, apa yang disebut sebagai data “kesuksesan Revolusi” hanya sebuah data yang dibuat-buat untuk membanggakan ketua Partai dan tentu saja: Propaganda. Begitu pula dengan kondisi desanya, yang disebut sebagai “lumbung padi” yang berhasil mengangkat kemakmuran China. Kabupaten Lixin adalah kabupaten yang kasusnya disorot dalam buku ini.
“Daerah ini sangat miskin, digenangi dengan lumpur kuning apabila turun hujan, Desa Luying adalah tempat yang sangat buruk dan setelah banjir tahun 1991, penduduk khilangan seluruh harta bendanya….pendapatan per kapita tahunan mereka kurang dari 400 yuan, atau sekitar 50 dolar AS (1 dolar kira-kira 8 yuan), tetapi pajak atau tanggungan yang harus diambil oleh warga desa (untuk petugas partai) jumlahnya hingga 103,17 yuan per kepala,” tulis Chen (Chen, 2007).
Penduduk Desa Luying yang memang sudah dibebani oleh kemiskinan, harus kembali dibebani oleh pajak-pajak yang diberikan oleh petugas partai yang juga kepala desa. Uang pungutan itu diambil oleh petugas partai dengan dalih untuk “proyek-proyek masyarakat” yang tidak pernah dirasakan oleh masyarakat.
Ding Zuoming yang merupakan salah satu orang terpelajar di desa berusaha untuk melaporkan kejahatan-kejahatan petugas partai yang dipimpin oleh Dong Yingfu ke pemerintah pusat. Namun, alih-alih dibela dan dilindungi, Dong Yingfu membunuh Ding dan menutupi fakta-fakta tersebut dengan dokumen palsu.
Kejahatan bos partai baru terkuak ketika seorang reporter Harian Xinhua cabang Provinsi Anhui meliput masalah-masalah pertanian dan membocorkan tragedi Ding tersebut ke muka publik, sehingga kasus itu terbongkar dan dikecam masyarakat seluruh negeri. Dengan terbongkarnya kasus tersebut, mau tak mau pemerintah akhirnya melakukan audit keuangan desa dan juga membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) terhadap kasus Ding Zuoming (Chen, 2007).
Hal serupa terjadi juga di Desa Gao Kecamatan Fengmiao, di mana petugas partai kecamatan dan petugas desa mengintimidasi warga desa yang memprotes pajak-pajak ilegal. Warga desa yang ditimpa oleh kemiskinan dan juga krisis keuangan terpaksa harus berdiam diri jika mereka ingin selamat.
Seluruh laporan keuangan desa, dipalsukan oleh kepala Desa Gao Xuewen. Siapapun warga desa yang mencoba vokal, pasti akan ditahan atau diintimidasi keluarganya oleh si kepala desa.
Inilah realitas yang sebenarnya terjadi di pedesaan China. Absoluditas Partai Komunis dan kepemimpinan yang sentralistik membuat elit birokrasi kerap melakukan penyelewengan dan menutupi fakta kesengsaraan rakyat China di desa-desa.
*****
Dapat disimpulkan, buku karangan Chen Guidi dan Wu Chuntao ini menyingkap fakta yang sebenarnya tentang wajah Republik Rakyat China yang disebut sebagai “great power” dan telah sukses menghapuskan kemiskinan.
Tak aneh jika beberapa tokoh meragukan klaim dan data Xi Jinping yang mengatakan bahwa kemiskinan di China sudah terangkat dan warga desa di China sudah mendapatkan kemakmuran.
Birokrasi yang kuat hingga menyentuh desa dan juga absoluditas Partai Komunis yang memonopoli politik China, tidak menutup kemungkinan melakukan penyelewengan data dan fakta di lapangan sebagaimana yang dilakukan oleh Rezim Mao Zedong pada dekade 60-70an.
Memang benar jika Pemerintah China berhasil melakukan reformasi dan kemajuan, tapi itu bukan disebabkan karena komunisme yang dipelopori oleh Mao, tetapi karena sistem pasar yang diadopsi oleh Deng Xiaoping di China pada dekade 80an.
Selama China masih memusatkan kekuasaan berputar di tangan Pemerintah Komunis dan memonopoli politik China di tangan Partai Komunis, maka penyelewengan dan juga kemiskinan takkan terbongkar kecuali propaganda-propaganda yang hanya tertuang dalam kertas.
Referensi
Buku
Chen Guidi dan Wu Chuntao. 2007. China Undercover: “Rahasia” di Balik Kemajuan China. Terj. Lulu Rahman. Jakarta: Cahaya Insan Suci.
Friedman, Thomas L. 1999. The Lexus and the Olive Tree: Understanding Globalization. New York: Farrar, Straus and Giroux.
Internet
https://www.dw.com/id/xi-jinping-cina-berhasil-mengentaskan-kemiskinan-ekstrim/a-56684350. Diakses pada 29 September 2021, pukul 14.09 WIB.
https://www.idntimes.com/business/economy/rehia-indrayanti-br-sebayang/hampir-100-juta-orang-tiongkok-keluar-dari-kemiskinan/1. Diakses 29 September 2021, pukul 14.04 WIB.

Reynaldi adalah seorang aktivis muslim moderat yang tertarik untuk mengembangkan ide-ide mengenai toleransi, kemanusiaan, kebebasan, dan kerukunan antar umat beragama. Email: adisuryareynaldi@gmail.com