Pada hari Selasa (15/11), Managing Editor Suara Kebebasan, Galang Taufani, mengikuti webinar jaringan Atlas Network tentang “Strategi Publikasi Untuk Organisasi”. Berikut cerita mengenai webinar tersebut.* Webinar ini mengeksplorasi bagaimana materi pendidikan yang berorientasi pada kebebasan dapat memperluas jangkauan pendidikan lembaga think tank dan menghasilkan luaran secara bersamaan. Bryan Cheang dari Adam Smith Center membahas bagaimana dia menerbitkan buku berbasis kebebasan di lingkungan yang tidak pasti, strateginya untuk merancang buku, dan bagaimana publikasi membantu melayani prakarsa pendidikan Adam Smith di Singapura.
Bryan Cheang sebelumnya adalah pegawai negeri untuk Pemerintah Singapura, mengerjakan kebijakan ekonomi untuk usaha kecil-menengah. Dia adalah lulusan dari National University of Singapore dan King’s College London, di mana dia sekarang menyelesaikan gelar PhD di bidang Ekonomi Politik. Bryan adalah seorang penulis, peneliti, pembicara publik, dan tutor ekonomi.
Pada awal materinya, Bryan menjelaskan bahwa didirikannya Adam Smith Center di Singapura pada tahun 2018 sebagai organisasi non-profit di bidang pendidikan ekonomi dan kebijakan publik. Adam Smith Center merupakan satu-satunya lembaga di Singapura yang mempromosikan pasar bebas dan nilai-nilai liberal klasik.
Bryan menjelaskan bahwa di Singapura pada dasarnya merupakan negara yang menggambarkan kondisi dengan potret ekonomi bebas. Hal ini bisa dilihat dari peringkat global Singapura pada tahun 2021 yang berkaitan dengan hal tersebut, yang menunjukkan bahwa Singapura berada pada peringkat atas bahkan melampaui Hong Kong. Gambaran ini dikagumi secara luas oleh libertarian dan fiskal konservatif dengan adanya pemerintahan yang bersih, dan kebijakan publik yang efisien.
Meskipun demikian, Bryan menjelaskan bahwa hal itu bukanlah gambar yang sempurna. Namun, ekonomi politik Singapura dapat digambarkan sebagai semi demokratis, yaitu model kapitalis negara berkembang. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri: Pertama, tingkat kebebasan yang tinggi di pasar produk, tetapi faktor pasar dikendalikan oleh negara. Kedua, penggunaan ekstensif kebijakan industri yang mengubah insentif perusahaan dan budaya bisnis. Ketiga, hal ini dilanjutkan dengan dilakukannya hal tersebut di bawah perkiraan anggaran sebenarnya dari Pemerintah Singapura karena struktur negara yang tidak biasa. Keempat, mendisiplinkan pasar dengan parameter negara. Hal ini ditunjang dengan kondisi bahwa ekonomi politik yang tegang antara pasar dan negara yang tidak seimbang.
Terlepas dari tingkat kebebasan ekonomi yang tinggi Singapura, namun kurangnya penghargaan terhadap hak individu tampak terlihat dalam kondisi tertentu. Apalagi think-thank sangat sedikit di Singapura. Hal ini juga melihat sebagian orang yang melihat bahwa urgensi think-thank sangat diperlukan jika sebetulnya teknokrat sudah bekerja dengan baik dalam membuat kebijakan. Oleh karena itu, Bryan menjelaskan mendesaknya untuk melakukan beberapa gagasan penting dan pentingnya menggunakan aspek pendidikan sebagai landasan untuk membangun keuntungan dalam kondisi yang tidak mendukung tersebut.
Bryan menjelaskan bahwa tujuan Adam Smith Center, yaitu memberikan dorongan untuk membangun iklim dan lingkungan yang mampu mendiseminasikan gagasan berbasis pasar bebas. Ia menjelaskan bahwa ada empat hal yang coba dilakukan untuk melakukan hal tersebut, yaitu: Pertama, menjangkau media dengan menargetkan pemberitaan gagasan yang dimunculkan oleh organisasi. Salah satu yang pernah dilakukan adalah mengajukan ide terkait bagaimana pasar bebas dapat menyelesaikan persolan perubahan iklim dan berhasil diliput oleh media. Kedua, terlibat dengan pembuat kebijakan. Ketiga, mengadakan lokakarya dan seminar. Keempat, melakukan inisiatif-inisiatif untuk menjangkau pendidikan, dengan melakukan beragam cara melalui program pendidikan dan publikasi yang bekerja sama dengan berbagai institusi.
Dari cerita di atas, pelajaran yang dapat kita ambil adalah bagaimana publikasi yang didukung kerja-kerja strategis lainnya seperti audiensi dengan pembuat kebijakan, pelatihan dan seminar, serta inisiatif melalui program pendidikan dan kolaborasi dengan beragam lembaga, merupakan strategi dan sarana yang penting dalam organisasi untuk mendukung kerja-kerja yang dilakukan oleh organisasi. Hal ini secara khusus terkait dengan kondisi lingkungan yang belum memiliki kepercayaan pada organisasi think thank seperti di Singapura. Oleh karena itu, strategi dan metode untuk merespons kondisi ini melalui beragam strategi tersebut merupakan hal yang sangat penting, khususnya untuk melakukan advokasi terhadap isu-isu kebebasan.
*Sumber link: https://ana.atlasnetwork.org/learn/course/111/play/511/Webinar%253A%2BOvercoming%2BPublication%2BPredicaments. Diakses pada 15 November 2022, pukul 10.00 WIB.

Galang Taufani adalah Managing Editor di Suara Kebebasan. Galang adalah lulusan program Sarjana Hukum (2013) dan Magister Hukum (2016) di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Sebelum bergabung di Suara Kebebasan, Galang pernah bekerja sebagai wartawan, peneliti, dan dosen sejak tahun 2013. Galang menulis banyak karya berupa buku, jurnal, dan artikel ilmiah. Bidang yang digeluti olehnya, yaitu adalah bidang Hukum, Kebijakan Publik, Pajak, Filsafat, dan Sastra.