Apakah yang membuat program sebuah organisasi bisa dikatakan berhasil?
Pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan yang selalu muncul di berbagai organiasasi, terutama organisasi non-profit. Keberhasilan menjalankan program tentu merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan organisasi, dan memastikan organisasi tersebut dapat terus mendapat dukungan, baik dari donor dan lembaga mitra lainnya.
Namun, menentukan kriteria keberhasilan bukanlah sesuatu yang mudah. Untuk itu, pada 7 April 2020, organisasi mitra Suara Kebebasan, Atlas Network, mengadakan webinar singkat yang membahas mengenai topik tersebut. Webinar ini dibawakan oleh Presiden Atlas Network, Matt Warner, dan Direktur Relasi Antar-Lembaga Atlas Network, Casey Pifer.
Salah satu hal yang paling umum, yang banyak dilakukan oleh berbagai organisasi adalah, mereka menentukan kriteria keberhasilan mereka sesuai dengan apa yang mereka anggap donor mereka inginkan.
Tidak sedikit organisasi yang terlalu berfokus pada apa yang mereka anggap donor mereka inginkan untuk mereka lakukan. Hal tersebut tentu merupakan hal yang bisa dimengerti, mengingat donor, terutama bagi lembaga non-profit, adalah salah satu pihak yang paling esensial untuk menjaga kelangsungan organisasi, Tanpa adanya donor, niscaya organisasi non-profit tidak akan bisa menjalankan progran-program yang sudah direncanakan.
Namun, anggapan tersebut ternyata keliru. Berfokus pada target yang dianggap bermakna bagi donor merupakan hal yang tidak perlu dilakukan oleh lembaga non-profit. Seringkali, donor dari sebuah lembaga non-profit berada di tempat yang sangat jauh, di negara atau benua yang berbeda, dan mereka tidak begitu memahami kompleksitas tantangan, masalah, dan masyarakat yang harus dihadapi oleh lembaga non-profit tersebut.
Untuk itu, akan sangat baik bila setiap lembaga non-profit dapat menentukan kriteria dan target keberhasilan mereka sesuai dengan apa yang menurut mereka bermakna dari diri mereka, terlepas dari anggapan mereka tentang apakah kriteria tersebut merupakan kriteria yang sama di mata donor. Sangat penting bagi setiap organisasi harus mampu menyusun dan merancang kriteria keberhasilan mereka masing-masing.
Selain itu, kekeliruan lain yang sering dilakukan oleh organisasi non-profit adalah fokus yang berlebih terhadap output dan bukan outcome yang mereka dapat dari output tersebut.
Banyak organisasi membuat dan menjalankan banyak program demi output yang terlihat banyak, tetapi outcome-nya tidak ada satupun yang memenuhi target atau kriteria keberhasilan yang mereka buat. Hal tersebut tentu akan sangat merugikan organisasi karena banyak sumber daya yang terbuang. Ilustrasinya, seperti seorang pemanah yang menggunakan banyak busur panah, demi output panah yang terlihat banyak, namun tidak ada satupun busur tersebut yang mengenai target.
Outcome merupakan hal yang harus menjadi fokus bagi setiap organisasi. Salah satu hal mudah yang dapat membantu organisasi dalam melakukan hal tersebut adalah, daripada kita fokus pada program apa yang akan kita lakukan, maka kita sebelumnya harus fokus terlebih dahulu mengenai tujuan apa yang mau kita raih.
Dalam webinar tersebut diberikan contoh, misalnya kita ingin membuat program riset mengenai topik tertentu, sebelum kita menentukan topik atau jenis program yang akan dilakukan, sebaiknya kita tentukan dulu outcome apa yang ingin kita raih.
Misalnya, kita ingin mendapatkan outcome untuk membantu para pelaku usaha agar bisa memulai dan menjalankan usahanya dengan lebih mudah, maka fokus awal kita harus pada hal tersebut. Setelah itu, baru kita dapat menentukan program apa yang paling tepat untuk dijalankan untuk meraih target outcome yang kita inginkan.
Dengan berfokus pada outcome dan bukan pada output, kita dapat menggunakan sumber daya yang organisasi kita miliki secara lebih efisien. Selain itu, organisasi kita juga akan memiliki dampak yang lebih besar bagi sekeliling kita, yang kita ubah menjadi lebih baik.

Haikal Kurniawan merupakan editor pelaksana Suara Kebebasan dari Januari 2020 – Januari 2022. Ia merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Haikal menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia pada tahun 2018 dengan judul skripsi “Warisan Politik Ronald Reagan Untuk Partai Republik Amerika Serikat (2001-2016).”
Selain menjadi editor pelaksana dan kontributor tetap Suara Kebebasan, Haikal juga aktif dalam beberapa organisasi libertarian lainnya. Diantaranya adalah menjadi anggota organisasi mahasiswa libertarian, Students for Liberty sejak tahun 2015, dan telah mewakili Students for Liberty ke konferensi Asia Liberty Forum (ALF) di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun bulan Februari tahun 2016, dan Australian Libertarian Society Friedman Conference di Sydney, Australia pada bulan Mei 2019. Haikal saat ini menduduki posisi sebagai salah satu anggota Executive Board Students for Liberty untuk wilayah Asia-Pasifik (yang mencakup Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, dan New Zealand).
Haikal juga merupakan salah satu pendiri dan koordinator dari komunitas libertarian, Indo-Libertarian sejak tahun 2015. Selain itu, Haikal juga merupakan alumni program summer seminars yang diselenggarakan oleh institusi libertarian Amerika Serikat, Institute for Humane Studies, dimana Haikal menjadi peserta dari salah satu program seminar tersebut di Bryn Mawr College, Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan Juni tahun 2017.
Mewakili Suara Kebebasan, Haikal juga merupakan alumni dari pelatihan Atlas’s Think Tank Essentials yang diselenggarakan oleh Atlas Network pada bulan Februari 2019 di Colombo, Sri Lanka. Selain itu, ia juga merupakan alumni dari workshop International Academy for Leadership (IAF) yang diselenggarakan oleh lembaga Friedrich Naumann Foundation di kota Gummersbach, Jerman, pada bulan Oktober 2018.
Haikal dapat dihubungi melalui email: haikalkurniawan@studentsforliberty.org.
Untuk halaman profil Haikal di Students for Liberty dapat dilihat melalui tautan ini.
Untuk halaman profil Haikal di Consumer Choice Center dapat dilihat melalui tautan ini.