Cerita kali ini mengangkat kerja Atlas Network dan mitra jaringannya dalam memperjuangkan kebebasan melalui pemberdayaan lembaga think tank. Samuella Christy, Editor Pelaksana Suara Kebebasan, mengangkatnya dari portal Atlas Network.*
Ketika orang memikirkan kata “influencer”, “think tank” mungkin tidak terlintas dalam pikiran, bahwa orang-orang seperti Kim Kardashian atau Cristiano Ronaldo adalah influencer paling terkenal di dunia. Mereka mendominasi wacana publik dengan postingan Instagram dan dukungan produk. Di tahun 2023 yang didominasi oleh para influencer, bahkan sudah menjadi hal yang lumrah bagi para selebritas untuk tampil di Gedung Putih dan memperingati kemenangan legislatif yang penting. Di Indonesia sendiri, misalnya, sudah banyak artis-artis yang menjadi anggota DPR.
Hal ini dikarenakan artis atau influencer dianggap memiliki pengaruh yang “mumpuni” untuk mempengaruhi rakyat. Namun, bagaimana dengan lembaga think tank? Lembaga think tank (atau sering disebut pusat pemikir) adalah organisasi independen yang melakukan penelitian dan analisis kebijakan publik, serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat umum. Mereka berfungsi sebagai sumber informasi dan pengetahuan yang mendalam dalam berbagai bidang, seperti kebijakan ekonomi, politik, sosial, lingkungan, hukum, dan lainnya.
Jaringan Atlas memperkirakan sudah seharusnya lembaga think tank dianggap sebagai pemberi pengaruh yang sangat diperlukan di dunia yang semakin kompleks. Bahkan, jika mereka terbang di bawah radar, think tank adalah beberapa pejuang paling sengit di dunia untuk pasar bebas, dengan para pemimpin nirlaba yang mengadvokasi kebebasan individu dan kebebasan ekonomi di negara masing-masing.
Dari mendidik orang di lapangan hingga menyusun undang-undang dan mengamankan pengesahan mereka, ada ratusan organisasi nirlaba global yang menentang ekspansi pemerintah atas nama warga—Jaringan nirlaba Atlas yang berbasis di Arlington, Virginia telah bermitra dengan lebih dari 500 wadah pemikir semacam itu. Instituto Liberal de São Paulo di Brasil, misalnya, telah membantu memberdayakan banyak pekerja dalam beberapa bulan terakhir untuk memasuki ratusan jenis pekerjaan berisiko rendah tanpa persyaratan lisensi pemerintah yang memberatkan. Upaya think tanktersebut telah memperluas peluang ekonomi bagi jutaan orang Brasil, sekaligus membatasi korupsi pejabat pemerintah daerah.
Memang, lembaga think tank terbesar sekalipun belum tentu terkenal. Pemimpin mereka biasanya bukan selebritas. Mereka juga tidak menjadi “viral” karena memposting video YouTube sensasional yang menghasilkan jutaan penayangan. Namun, mereka adalah pemberi pengaruh dalam segala hal, serta berinteraksi dengan orang-orang di seluruh spektrum sosial ekonomi. Dari kolom opini seperti ini hingga video, podcast, konferensi, dan posting blog, lembaga think tankmemiliki berbagai alat untuk menjangkau massa.
Pada dasarnya, mereka adalah “pemberi pengaruh ide”, memperkenalkan konsep seperti kewirausahaan dan perdagangan bebas untuk memastikan bahwa warga setempat memahaminya secara penuh. Kuncinya adalah menemukan duta merek yang tepat yang dapat memperjuangkan kebebasan, tetapi juga memengaruhi orang di tingkat lokal.
Pentingnya peran lembaga think tank untuk mempengaruhi hal ini kemudian dipertimbangkan oleh kemitraan baru Atlas Network dengan Centro Ricardo B. Salinas Pliego yang berbasis di Meksiko dan Universidad de la Libertad. Para mitra tersebut adalah sebuah lembaga akademik baru yang akan mendidik orang tentang nilai-nilai liberal klasik dan mengajari mereka cara terbaik mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut kepada orang lain. Hal ini mengingat gerakan kebebasan perlu menunjukkan bagaimana kebebasan membantu orang menjadi orang yang nyata dan secara nyata — bukan teori, tetapi praktik.
Pada akhirnya, penulis melihat bagaimana lembaga think tank potensial dalam menciptakan masyarakat demokratis. Sebagai elemen yang terutama dalam kehidupan bernegara, tentunya perspektif dari masyarakat juga menjadi substansi yang esensial dalam pembahasan mengenai lembaga think tank. Selain dampak dan pengaruhnya pada pemerintah, kinerja think tank juga memberi implikasi langsung di tengah masyarakat luas. Adapun, dampak konsisten think tank bagi publik adalah bagaimana kehadiran think tank dapat membangun representasi demokrasi di dalam masyarakat. Think tank dapat menciptakan rakyat yang lebih terbuka, aktif berpartisipasi dalam kehidupan bernegara, proses dialog yang sehat, kompetisi ide dan inovasi yang beragam, serta memperkaya diskursus publik.
*Sumber: https://www.atlasnetwork.org/articles/think-tanks-should-be-influencers. Diakses pada 23 Mei 2023, pukul 11.00 WIB.

Samuella Christy adalah mahasiswi Ilmu Politik Universitas Indonesia yang aktif menulis mengenai isu-isu politik, sosial, dan budaya. Dapat dihubungi di samuellachristy3005@gmail.com.