Cerita Webinar Atlas Network: Ekonomi Gig: Memahami Siapa, Apa, Mengapa, dan Bagaimana

134
sumber: https://www.digination.id/read/012657/pekerja-milenial-di-era-gig-economy-seperti-apa-ya

Cerita kali ini mengangkat kerja Atlas Network dan mitra jaringannya dalam menyelami studi soal Gig Economy.Samuella Christy, Editor Pelaksana Suara Kebebasan, mengangkatnya dari portal Atlas Network.*

“Gig economy” telah menjadi istilah yang populer dalam beberapa tahun terakhir dan sering digunakan untuk menggambarkan aplikasi-aplikasi yang sudah akrab bagi sebagian besar dari kita, seperti Uber, Grubhub, dan Instacart. Bagi konsumen, aplikasi-aplikasi ini sering bertujuan untuk membuat proses sehari-hari menjadi lebih mudah dan efisien, baik itu dengan model terbaru untuk transportasi pribadi atau dengan menyediakan layanan belanja bahan makanan bagi individu yang kekurangan waktu. Contoh-contoh seperti ini telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari bagi banyak orang, tetapi juga telah memberikan kontribusi terhadap reputasi pekerjaan gig sebagai pekerjaan yang dibayar rendah, bernilai rendah, dan bersifat transaksional.

Ekonomi gig terus berkembang, tetapi bisa terlihat kurang jelas karena data yang tidak memadai mengenai siapa yang bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan ini dan alasan mereka melakukannya. Selain Uber dan Instacart, ekonomi gig juga mencakup pekerja lepas, konsultan, dan kontraktor independen, dengan berbagai peran mulai dari tutor pribadi dan penulis hingga pengembang web dan perawat PRN (di rumah).

Free Trade Europa (FTE), mitra Atlas Network, bekerja sama dengan Future of Work Institute dan #WorkAnywhere, menyadari bahwa suara utama dalam perdebatan mengenai ekonomi gig berasal dari politisi, perusahaan, dan media, yang semuanya kurang memahami secara menyeluruh siapa para pekerja gig dan apa pandangan mereka. Rekan-rekan tersebut berusaha menciptakan gambaran yang lebih komprehensif tentang demografi pekerja gig saat ini di Eropa dan memahami bagaimana perasaan mereka terhadap pekerjaan mereka.

Untuk mengumpulkan data untuk penelitian tersebut, Free Trade Europa dan organisasi sekutu membuat survei dan menyebarkannya secara luas di seluruh Eropa. Mereka juga membuat platform daring yang aman di mana individu dapat membagikan pendapatan dan riwayat pekerjaan mereka secara anonim, dan mewawancarai sebagian dari responden. Survei ini, yang berjudul “Suara Pekerja Lepas: Studi Masa Depan Pekerjaan 2022,” menerima lebih dari 2.500 tanggapan dari pekerja gig di seluruh Eropa.

Sejumlah pertanyaan survei yang menilai keamanan keuangan pekerja gig menunjukkan bahwa hampir sepertiga (31,8%) pekerja gig menghasilkan setidaknya gaji bulanan rata-rata Eropa. Namun, sepertiga (33,3%) dari responden juga melaporkan bahwa mereka tidak menghasilkan cukup untuk membayar tagihan mereka. Salah satu komponen yang membuat sulit untuk secara efektif menilai keamanan keuangan dalam ekonomi gig adalah beragamnya cara orang terlibat dalam pekerjaan gig. Hampir setengah (44,1%) dari responden menyatakan bahwa mereka memiliki pekerjaan penuh waktu selain pekerjaan gig mereka.

Salah satu pertanyaan yang mendapatkan respon sangat positif adalah bahwa 91,4% dari responden mengatakan mereka menikmati pekerjaan gig, dan 87,5% dari responden menunjukkan bahwa mereka setuju atau sangat setuju bahwa pekerjaan gig membantu mereka mengembangkan pengalaman dan memperoleh keterampilan baru. Lebih dari tiga perempat (77,5%) menyatakan bahwa bekerja di ekonomi gig adalah pilihan gaya hidup daripada kebutuhan, dan fleksibilitas dianggap sebagai hal yang paling disukai oleh sebagian besar orang dalam pekerjaan gig.

Pekerjaan gig, khususnya pekerjaan yang berorientasi pada keterampilan, menawarkan kemampuan unik untuk mencocokkan bakat dengan kebutuhan spesifik seorang pemberi kerja. Selain itu, beroperasi di dunia digital menawarkan akses yang lebih besar terhadap peluang, melampaui batasan geografis. Beberapa jenis pekerjaan gig juga dapat memberikan fleksibilitas lebih besar bagi orang-orang yang mungkin tidak berhasil dalam lingkungan kerja tradisional—misalnya.

Kenyataan yang semakin berkembang tentang ekonomi gig menawarkan potensi besar, namun juga beberapa tantangan yang perlu diatasi dengan bijaksana—terutama karena sifat pekerjaan gig yang beragam. Dengan memulai dengan pemahaman yang lebih baik tentang siapa yang menjadi bagian dari ekonomi gig, dan mengapa, kita berada dalam posisi yang lebih baik untuk memanfaatkan manfaat dari bentuk pekerjaan baru ini, sambil menciptakan sistem untuk melindungi jumlah individu yang semakin banyak yang tidak termasuk dalam angkatan kerja tradisional.

*Sumber: https://www.atlasnetwork.org/articles/understanding-the-gig-economy. Diakses pada 18 Juli 2022, pukul 17.12 WIB.