Setelah MBCI 2 bulan Januari lalu, Suara Kebebasan terus melanjutkan dengan kegiatan rutinnya. Kami makin bersemangat apalagi sejak pertengahan Januari kemarin, kami sudah resmi memiliki kantor yang berlokasi di Jalan Jaksa. Bulan Januari juga menjadi bulan yang penting untuk kami, karena akhirnya Yayasan Kebebasan Indonesia (YKI) resmi mempunyai akta legal. YKI memayungi Suara Kebebasan dan Initiative for Market Reform and Policy Action (IMPACT), yang jadi kegiatan baru untuk kami dalam mempromosikan kebebasan individu dan pasar bebas di Indonesia.
Dengan adanya kantor dan payung hukum yayasan, kami semakin bersemangat untuk melanjutkan misi mempromosikan libertarianisme di Indonesia. Tentu saja, misi ini membutuhkan kerjasama dengan para pihak lain yang bervisi sama dan itu juga mengapa bekerjasama dan memperluas jaringan sangat penting! Suara Kebebasan mendapatkan kesempatan bertemu dengan teman-teman jaringan di kantor Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) pada tanggal 9 Januari, dimana CIPS memfasilitasi pertemuan dengan lembaga lain, seperti The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII), Student for Liberty (SFL) Indonesia, Indeks (Institut Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial), serta Friedrich Naumann Foundation for Freedom (FNF) Indonesia. Pertemuan pertama para promotor libertarian ini juga dimanfaatkan CIPS untuk membahas agenda Asia Liberty Forum (ALF) 2018 yang diselenggarakannya pada 10-11 Februari lalu di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta.
Suara Kebebasan dan IMPACT sangat antusias menyambut ALF 2018, karena strategis tidak hanya untuk forum networking dengan donor dan para promotor libertarian, namun juga forum berdiskusi tentang beragam isu menarik seperti hak paten, ecommerce dan kewirausahaan, kesejahteraan, dan isu lainnya. ALF juga menjadi forum untuk mengenal lebih sepak terjang, tantangan dan keberhasilan para promotor libertarian di negara-negara lain, seperti yang ditunjukkan secara menarik dalam format Ted talk; Shark Tank; Elevator Pitch, maupun Asian Freedom Awards yang begitu menginspirasi.
Februari juga merupakan bulan yang cukup seru dan sibuk untuk kami. Ikhsan, Editor Pelaksana Suara Kebebasan dan CEO IMPACT berpartisipasi dalam pelatihan kepemimpinan yang diselenggarakan Atlas dengan tema penggalangan dana (7-9 Februari 2018). Tema ini sangat penting terutama untuk start-up dan growing organisations seperti IMPACT dan Suara Kebebasan. Diversifikasi sumber dana dan strategi penggalangan dana yang kreatif adalah beberapa hal menarik yang dipelajari dari pelatihan tersebut.
Selesai pelatihan ATLAS, pada tanggal 9 Februari, Suara Kebebasan melanjutkan dengan diskusi dan peluncuran buku “Morality of Capitalism” yang sudah diterjemahkan Editor Pelaksana kami, Rofi, bekerja sama dengan FNF Indonesia. Acara yang dipandu oleh penggiat youtube, Cania Citta Irlanie tersebut berlangsung hangat dan dipadati peserta, terutama lewat paparan komprehensif tentang kapitalisme oleh Tom Palmer dari Atlas Network yang juga editor buku tersebut.
Di forum ALF 2018 sendiri, Suara Kebebasan dan IMPACT juga memanfaatkan sesi crowdsource untuk mendapatkan masukan untuk rencana riset kebijakan IMPACT soal program Oke Oce Pemerintah DKI Jakarta yang top-down. Di forum ini, Anggota Dewan Penasihat YKI, Ibu Nina Sapti (FEUI) dan Mas Nurkholisoh Ibnu Aman (Bank Indonesia), juga ikut berpartisipasi dalam acara ALF 2018 dan kami perkenalkan dengan teman-teman di jaringan.
Hari pertama ALF 2018 cukup seru dan padat untuk kami, apalagi pitch Rofi tentang perubahan kebijakan soal transport online untuk Suara Kebebasan menjadi salah satu finalis dalam Asia Shark Tank 2018. Iksan juga mewakili Suara Kebebasan saat kompetisi elevator pitch. Meskipun belum memenangkan kompetisi tersebut, pengalaman ini menjadi pengalaman yang berharga untuk kami, bagian dari pembelajaran termasuk kesempatan memperkenalkan Suara Kebebasan dan IMPACT ke jaringan yang lebih luas.
Hari terakhir ALF 2018 juga tidak kalah serunya, tidak hanya karena menanti pengumuman Shark Tank dan elevator pitch, tapi juga kami berkesempatan mewawancara Direktur Atlas Network, Brad Lips. Adinda, Pemimpin Redaksi Suara Kebebasan mencoba menggali kampanye Atlas Network mengenai “Doing Development Differently” dan kaitannya dengan masalah pengentasan kemiskinan, serta peran donor dan lembaga pemberi bantuan pembangunan internasional. Sore harinya, Adinda juga mengisi sesi tentang “Entrepreneurship in Ecommerce” bersama dengan pembicara dari Uber Indonesia. Adinda membahas topik ini dengan melihat aspek pemberdayaan dari ecommerce, khususnya untuk perempuan, dengan menunjukkan beberapa cerita sukses dari para perempuan Indonesia yang menggeluti bisnis online.
Setelah partisipasi aktif dan produktif sebelum dan setelah ALF 2018, Suara Kebebasan masih melanjutkan agenda penyelenggaraan diskusi tentang Data Governance dan tentang Blockchain terkait Property Rights. Kami bekerja sama dengan Miriam Budiarjo Resource Center (MBRC) FISIP UI dan Paramadina Graduate School of Diplomacy, serta The Indonesian Institute, menyelenggaran diskusi dan kuliah tamu di Depok (12 Februari) dan di Palmerah Barat (13 Februari). Kegiatan ini juga menyambut inisiatif dari Baladevan Rangaraju, Pendiri dan Direktur India Insitute, yang berminat untuk berbagi hasil penelitian lembaganya dan berjejaring dengan lembaga lain di Indonesia.
Dari diskusi dan kuliah tamu ini, kami banyak belajar tentang pentingnya data governance, khususnya hak individu kita sebagai warga negara untuk tidak hanya mendapatkan informasi dari pemerintah atau pihak berwenang terkait, namun tidak kalah pentingnya, hak untuk mendapatkan penjelasan tentang penggunaan big data, apalagi yang terkait data pribadi kita. Hal lain yang menarik yang kami pelajari adalah kontrak pintar yang diwujudkan oleh blockchain, yang transparan, akuntabel, dan efisien! Di sisi lain, perlu dicatat bahwa teknologi pintar ini juga membutuhkan proses dan tahapan yang harus dilalui, serta waktu untuk diadaptasi oleh para peggunanya, termasuk soal penegakan hukum terkait pemanfaaatan transaksi melalui blockchain.
Bulan Februari belum berakhir dan masih banyak rencana yang akan kami kerjakan terkait Suara Kebebasan dan IMPACT, serta YKI yang baru saja terbentuk. Banyak bekal yang kami peroleh selama tiga tahun SuaraKebebasan.org berkiprah dan banyak hal lain yang kami perlu perbaiki dan tingkatkan untuk mempromosikan libertarianisme di Indonesia. Sampai jumpa di cerita seru kami selanjutnya! Salam Kebebasan!

Adinda Tenriangke Muchtar adalah Chief Editor Suara Kebebasan. Ia juga adalah Direktur Eksekutif The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII). Adinda menyelesaikan studi PhD Studi Pembangunan di Victoria University of Wellington, Selandia Baru (2018) dengan beasiswa NZAID. Adinda mendapatkan Master of Internatio-nal Studies dari The University of Sydney (2003) dengan beasiswa AusAID dan gelar Sarjana Sosial dari Departemen Hubungan Internasional FISIP UI (2001). Fokus kajiannya adalah pembangunan dan kebijakan publik, demokrasi dan tata kelola pemerintahan, pemberdayaan perempuan, dan bantuan pembangunan internasional. email: adinda.muchtar@suarakebebasan.org