Adam Smith adalah seorang filsuf Skotlandia yang merupakan pelopor ilmu ekonomi modern dan penggagas sistem ekonomi kapitalisme. Cerita “Liberty Talks” Suara Kebebasan kali ini membahas tentang ide-ide Adam Smith, terutama dalam kaitannya dengan refleksi pemikiran Adam Smith dalam konteks kebijakan yang merupakan lanjutan dari diskusi pada seri pertama, yaitu ‘Adam Smith: Life and Ideas’. Pada seri lanjutan ini mengangkat tema ‘ Adam Smith: Ideas in Policy Context’ , yaitu terkait dengan bagaimana manifestasi ide-ide Adam Smith dalam konteks kebijakan dan praktiknya.
Liberty Talks kali ini menghadirkan Nurkholisoh Ibnu Aman, Doctoral Researcher, University of Edinburgh, yang juga Anggota Dewan Pengawas Yayasan Kebebasan Indonesia. Galang Taufani, Managing Editor Suara Kebebasan, memandu diskusi daring yang dilakukan lewat platform Zoom, Selasa, (27/9/2022).
Pada awal diskusi Nurkholisoh menjelaskan dua karya monumental yang ditulis oleh Adam Smith, “The Theory of Moral Sentiments” dan “In Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nations.” Dua karya ini adalah buku yang menjadi pijakan dari pemikiran Adam Smith yang monumental. Nurkholisoh tidak ragu menyebutkan, bahwa melalui kilas kehidupan Adam Smith beserta karya-karyanya, menunjukkan kejelian dan kemampuannya untuk melihat masa depan, sehingga tidak mengagetkan jika setelah 250 tahun hidup Adam Smith terlewati karya dan pemikirannya tidak lekang oleh zaman dan terus berpijar menaungi pemikiran ilmuwan-ilmuwan setelahnya.
Dalam karya “The Theory of Moral Sentiments, Adam Smith menjelaskan sifat-sifat dasar manusia yang memiliki kepentingan pribadi (self interest), namun juga memiliki sisi makhluk sosial yang memiliki simpati, serta konflik yang dialami manusia. Dua sisi ini menjadi hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan dalam perspektif moral. Di buku ini pula, Adam Smith membahas tentang kebaikan, hukum, maupun penghargaan.
Selanjutnya, pembicara membahas tentang karya terkenal Adam Smith, “In Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nations.” Buku ini menjadi sangat penting untuk dalam konteks kapitalisme dalam konsep-konsep ekonomi modern. Setidaknya, tiga gagasan besar dari karya ini, yaitu ‘invisible hand’, ‘gross domestic product’, dan ‘division of labour.’
Dalam konteks kebijakan, gagasan tersebut penting untuk dijadikan pijakan sebagai analisis dalam konteks ekonomi. Dalam konteks ‘invisible hand’, bagaimana seharusnya negara yang ingin makmur harus konsisten dan selaras dengan aspek persaingan, serta mendorongnya secara terinstitusionalisasi. Nurkholisoh menyinggung bagaimana kasus yang terjadi di Indonesia berkaitan dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) awal bulan September ini. Masyarakat tentu melirik salah satu merek miliki swasta yang menjual harga murah. Kondisi ini menjelaskan, bahwa kemakmuran bisa tercipta dari kondisi supply and demand yang terjadi.
Selain itu, Nurkholisoh menjelaskan bahwa dua negara akan menjadi lebih baik apabila mereka melakukan ekspor-impor sesuai kelebihan masing-masing. Ia mencontohkan bahwa negara dengan melakukan hal tersebut akan memberikan dorongan untuk kemakmuran negara. Misalnya, ia mencontohkan bahwa pesawat terbang yang dibuat saja membutuhkan komponen-komponen yang itu bisa dibuat oleh banyak negara, sehingga memberikan keuntungan bagi negara-negara lainnya.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa persoalan ketidakpastian global, perang, dan dampak inflasi yang sekarang hampir dihadapi oleh semua negara pada saat ini menjadi perhatian Nurkholisoh. Ia mengungkapkan bahwa kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja adalah persoalan yang krusial harus diselesaikan. Meskipun demikian, faktor politik itu harus diselesaikan. Harusnya pertimbangan perdagangan internasional bisa menjadi hubungan yang lebih efektif daripada harus melakukan perang. Nurkholisoh tidak ragu menyebuthkan, bahwa kondisi negara-negara yang cenderung proteksionis seolah kilas balik apa yang terjadi pada zaman Adam Smith dalam mengadvokasi kebebasan ekonomi.
Nurkholisoh yang pada saat ini berada di Inggris menceritakan, bahwa sedang berusaha sekuat mungkin membenahi ekonomi negaranya dalam beberapa waktu terakhir. Salah satu contohny adalah bagaimana politik populisme pasca kebijakan Brexit, mengakibatkan beberapa masalah ‘division labour’ yang menghantui negara tersebut di beberapa sektor yang harusnya diisi oleh beberapa negara diluar Inggris, akibatnya muncul krisis ketenagakerjaan di beberapa sektor pasca kebijakan tersebut.
Dari serial ‘liberty talks’ diatas, pelajaran yang dapat diambil adalah bagaimana gagasan Adam Smith menjadi sangat penting untuk melihat bagaimana isu kebebasan diukur. Dengan demikian, gagasan Adam Smith menjadi penting untuk terus didiskusikan dan diperbincangkan dalam melakukan advokasi kebebasan.

Galang Taufani adalah Managing Editor di Suara Kebebasan. Galang adalah lulusan program Sarjana Hukum (2013) dan Magister Hukum (2016) di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Sebelum bergabung di Suara Kebebasan, Galang pernah bekerja sebagai wartawan, peneliti, dan dosen sejak tahun 2013. Galang menulis banyak karya berupa buku, jurnal, dan artikel ilmiah. Bidang yang digeluti olehnya, yaitu adalah bidang Hukum, Kebijakan Publik, Pajak, Filsafat, dan Sastra.