Kapitalisme merupakan salah satu gagasan yang kerap menimbulkan pro dan kontra. Bagi sebagian kalangan, kapitalisme dianggap sebagai sistem yang eksploitatif dan hanya menguntungkan kalangan atas, dan merugikan orang-orang yang berada di bawah.
Sementara itu, bagi sebagian yang lain, menganggap bahwa kapitalisme merupakan sistem yang sangat baik. Hal ini karena kapitalisme telah terbukti berhasil mengangkat miliaran warga dunia dari kemiskinan, dan membawa kemakmuran bagi banyak orang.
Pro dan kontra ini tidak hanya terjadi di luar negeri saja. Di Indonesia sendiri, tidak sedikit kalangan yang memiliki pandangan yang sangat negatif terhadap kapitalisme. Untuk itu, pada 10 Juni 2021 lalu, Suara Kebebasan menyelenggarakan diskusi Instagram Live Liberty Talks yang mengangkat tema “Kapitalisme 101”. Menjadi pembicara dalam diskusi ini adalah peneliti ekonomi dan keuangan, Poltak Hotradero.
Di awal pemaparannya, Poltak menjelaskan mengenai asal usul kapitalisme. Poltak memaparkan bahwa tokoh pertama yang pertama kali memperkenalkan istilah kapitalisme adalah filsuf asal Jerman, Karl Marx, dalam bukunya Das Kapital. Terkait hal ini, Poltak mengatakan bahwa kita perlu mengingat bahwa pemikiran Marx tidak bisa dilepaskan dari masa di mana dia hidup.
Marx hidup di abad ke-18 pada masa Revolusi Industri. Pada masa itu, Inggris menjadi negara yang memimpin Revolusi Industri. Sejarah Revolusi Industri di Inggris sendiri bisa ditarik kembali ketika terjadi perselisihan kekuasaan yang terjadi di negara tersebut, yang kita kenal dengan nama “Glorious Revolution”. Di akhir abad ke-17, Raja James yang beragama Katolik diturunkan dan digantikan oleh Raja William dan istrinya, Mary, yang mengungsikan diri ke Belanda, dan beragama Protestan, untuk menjadi Raja dan Ratu Inggris.
Belanda pada masa itu sudah menjadi negara yang memilik sistem keuangan yang sangat maju dan memiliki bursa efek pertama di dunia. William dan Mary pada masa itu membawa banyak ahli-ahli keuangan dari Belanda untuk mebangun ekonomi dan industri Inggris, sehingga Inggris mampu menjadi pemimpin Revolusi Industri dan menjadi negara yang paling maju di Eropa pada masa itu.
Di dunia inilah Marx hidup, dan ia melihat keadaan industri pada masa itu, dan memprediksikan kapitalisme suatu saat nanti akan hancur di masa depan. Kesalahan Marx yang terbesar adalah ia tidak mengira bahwa kapitalisme bisa beradaptasi dan berubah seiring dengan berjalannya waktu.
Dalam sejarahnya, kita melihat ada beberapa masa sepertinya kapitalisme terlihat akan hancur, misalnya pada masa Depresi Besar. Namun, ternyata kapitalisme berhasil bertahan, beradaptasi dan berubah sehingga masih bertahan hingga hari ini. Poltak juga menggambarkan pada masa itu, sepertinya ada dua gagasan yang dianggap sebagai antitesis dari kapitalisme, yakni komunisme dan fasisme. Namun, terbukti bahwa kedua gagasan tersebut menimbulkan monster yang sangat mematikan dan berbahaya, yang telah menimbulkan kematian jutaan orang.
Oleh karena itu, istilah kapitalisme sendiri sebenarnya adalah istilah yang keliru. Lebih tepat kita menggunakan istilah ekonomi pasar, fondasi dari ekonomi pasar sendiri yang paling penting dan wajib hadir adalah sistem peradilan yang adil dan independen. Sistem peradilan ini sangat penting untuk menangani bila ada pelaku ekonomi yang melakukan kecurangan atau kejahatan. Tanpa adanya sistem peradilan yang adil, maka ekonomi pasar akan sangat sulit untuk berjalan.
Esensi dari ekonomi pasar sendiri adalah kebebasan. Setiap individu memiliki hak dan kebebasan untuk membeli produk apapun yang mereka inginkan. Untuk itu, para produsen dalam ekonomi pasar akan dipaksa untuk membuat dan menyediakan produk yang terbaik yang bisa digunakan dan dikonsumsi oleh para konsumen. Bila mereka tidak bisa menyediakan produk yang baik, maka mereka akan dikalahkan oleh kompetitornya.
Untuk itu, ekonomi pasar merupakan satu-satunya sistem yang bisa bersandingan dengan demokrasi. Tidak seperti ekonomi pasar, komunisme dan fasisme hanya akan menghasilkan diktator dan tidak akan bisa berjalan beriringan dengan sistem yang demokratis. Demokrasi itu sendiri merupakan pasar dalam ranah politik. Dalam hal ini, para pemilih merupakan konsumen, sementara para politisi adalah produsen. Para politisi harus mampu membuat platform kebijakan yang mampu menarik hati para pemilih agar mereka bisa mendapatkan suara.
Di akhir diskusi, Poltak juga membahas mengenai fenomana China. China sering dianggap oleh banyak orang sebagai fenomena pengecualian di mana ada negara komunis yang berhasil mendapatkan pertumbuhan ekonomi secara pesat dan berhasil mengangkat ratusan juta warganya dari kemiskinan. Tetapi hal ini adalah pandangan yang sangat keliru. China menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia saat ini karena mereka berhasil mereformasi ekonominya dan mengadopsi ekonomi pasar.
Sebagai penutup, kapitalisme, atau lebih tepatnya, ekonomi pasar, terbukti merupakan sistem yang sangat adaptif, dan telah berhasil mengangkat miliaran penduduk dunia dari kemiskinan. Tanpa adanya ekonomi pasar, maka mustahil pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi secara pesat dapat tercapai.

Haikal Kurniawan merupakan editor pelaksana Suara Kebebasan dari Januari 2020 – Januari 2022. Ia merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Haikal menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia pada tahun 2018 dengan judul skripsi “Warisan Politik Ronald Reagan Untuk Partai Republik Amerika Serikat (2001-2016).”
Selain menjadi editor pelaksana dan kontributor tetap Suara Kebebasan, Haikal juga aktif dalam beberapa organisasi libertarian lainnya. Diantaranya adalah menjadi anggota organisasi mahasiswa libertarian, Students for Liberty sejak tahun 2015, dan telah mewakili Students for Liberty ke konferensi Asia Liberty Forum (ALF) di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun bulan Februari tahun 2016, dan Australian Libertarian Society Friedman Conference di Sydney, Australia pada bulan Mei 2019. Haikal saat ini menduduki posisi sebagai salah satu anggota Executive Board Students for Liberty untuk wilayah Asia-Pasifik (yang mencakup Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, dan New Zealand).
Haikal juga merupakan salah satu pendiri dan koordinator dari komunitas libertarian, Indo-Libertarian sejak tahun 2015. Selain itu, Haikal juga merupakan alumni program summer seminars yang diselenggarakan oleh institusi libertarian Amerika Serikat, Institute for Humane Studies, dimana Haikal menjadi peserta dari salah satu program seminar tersebut di Bryn Mawr College, Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan Juni tahun 2017.
Mewakili Suara Kebebasan, Haikal juga merupakan alumni dari pelatihan Atlas’s Think Tank Essentials yang diselenggarakan oleh Atlas Network pada bulan Februari 2019 di Colombo, Sri Lanka. Selain itu, ia juga merupakan alumni dari workshop International Academy for Leadership (IAF) yang diselenggarakan oleh lembaga Friedrich Naumann Foundation di kota Gummersbach, Jerman, pada bulan Oktober 2018.
Haikal dapat dihubungi melalui email: haikalkurniawan@studentsforliberty.org.
Untuk halaman profil Haikal di Students for Liberty dapat dilihat melalui tautan ini.
Untuk halaman profil Haikal di Consumer Choice Center dapat dilihat melalui tautan ini.