Pada 13 Oktober 2022, Suara Kebebasan menyelenggarakan bedah buku “Politik dan Kebebasan” bersama dengan Himpunan Mahasiswa Ilmu Adminsitrasi Negara (HIMADI), Universitas Slamet Riyadi (Unisri), Surakarta. Acara ini adalah bagian dari kerjasama dan kolaborasi Suara Kebebasan dengan berbagai komunitas untuk untuk menyebarkan ide-ide kebebasan.
Menjadi penelaah dalam diskusi ini adalah Farco Siswiyanto Raharjo (Dosen Prodi Ilmu Administrasi Negara Unisri), Muhammad Hanif Prabowo (Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa se-Solo Raya), Iqry Izza Zakialdy (Ketua Forum Millenial Surakarta), dan Galang Taufani ( Managing Editor dan perwakilan dari Suara Kebebasan).
Menjadi pembuka acara ini, Kaprodi Ilmu Administrasi Negara Unisri, Joko Suranto, menjelaskan apresiasi sebesar-besarnya atas terselenggaranya diskusi ini. Ia menjelaskan, bahwa acara seperti ini akan memberikan dampak positif terhadap proses akademis yang ada di Unisri, khususnya Prodi Ilmu Administrasi Negara. Joko mengharapkan dari acara ini akan ditemukan gagasan positif untuk bisa dikorelasikan dengan isu-isu pada saat ini. Selain itu, ia juga menjelaskan, seperti pada lazimnya forum bedah buku, bahwa harus muncul masukan-masukan dari buku, karya yang sedang didiskusikan.
Selanjutnya, Galang Taufani, sebagai perwakilan dari Suara Kebebasan dan selaku pengantar pertama bedah buku ini, mengucapkan terima kasih atas atensi besar dari seluruh keluarga besar Prodi Ilmu Administrasi Negara Unisri. Galang menjelaskan bahwa agenda diseminasi ide kebebasan harus senantiasa mampu dikolaborasikan dengan berbagai pihak, salah satunya Unisri.
Galang juga menjelaskan, bahwa mendiskusikan buku-buku Suara Kebebasan menjadi sangat penting di tengah tantangan kebebasan di dunia pada saat ini, di mana 80% dunia terjadi penurunan akan hal tersebut. Galang menjelaskan Buku ‘Politik dan Kebebasan’ adalah buku yang diterjemahkan oleh Suara Kebebasan dari buku yang berjudul ‘Why Liberty: Your Life Your Choice and Your Future,’ merupakan karya yang penting dan menggugah pemahaman baru untuk melihat kebebasan. Selain itu, buku ini terasa sangat relevan mengingat persoalan kebebasan yang selalu memiliki tantangan tersendiri hingga saat ini.
Berbanding lurus dengan hal itu, Farco Siswiyanto Raharjo, mencoba menjelaskan mengapa buku ini menarik. Ia menjelaskan bahwa buku ini berisi tulisan-tulisan dan pengalaman penting terkait dengan ide-ide kebebasan. Setelah mengulas secara umum berkaitan dengan buku ini dan mengupas daftar isinya, Farco menjelaskan beberapa tulisan-tulisan yang menarik untuk diperbincangkan, seperti ‘Prinsip Politik Libertarianisme”, “Seharusnya Tidak Perlu Undang-undang”, dan “ Asal-usul Negara dan Pemerintah.”
Dalam tulisan-tulisan di atas, ia menjelaskan bahwa libertarianisme memiliki prinsip yang khas, yang mana hal itu tertera dalam beberapa ide-ide besar, seperti individualisme, pemerintahan yang terbatas, rule of law, dan banyak lainnya. Ia juga menyinggung bahwa undang-undang tidak selalu menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Ia juga menjelaskan ulang, bahwa negara tidak perlu bertanggung jawab terhadap semua hal. Tesis ini ia kutip dari penjelasan terkait dengan asal-usul negara.
Iqry Izza Zakialdy dan Muhammad Hanif Prabowo, selaku bagian dari komponen komunitas anak muda juga mengamini apa saja perdebatan dalam buku ini. Iqry melihat persoalan terkait dengan kebebasan dan kepemilikan menjadi persoalan yang sangat serius untuk diselesaikan jika membaca persoalan di Indonesia.
Setali tiga uang dengan hal itu, Hanif melihat dengan gambling isu kebebasan sebetulnya sudah sangat terlihat dari bagaimana lahirnya produk perundang-undangan yang menunjukkan bagaimana wajah politik absolutisme sangat terlihat. Hal ini ia jelaskan lebih jauh ketika berbicara terkait dengan kebebasan berekspresi dan berbicara di Indonesia. Ia juga menjelaskan bagaimana persoalan peretasan terhadap para aktivis menjadi ancaman serius yang dihadapi oleh para pejuang tersebut. Hanif mendorong kepada seluruh anak muda agar terus menjadi pemikir-pemikir dan aktivis yang total atau intelektual organik yang mumpuni.
Sebagai penutup, bedah buku ini menjadi alat yang penting untuk melihat dan mengukur kembali kebebasan saat ini. Dengan demikian, kerja-kerja untuk memperjuangkan kebebasan menjadi lebih bisa direfleksikan untuk merancangan strategi yang tepat untuk menghadap tantangan kebebasan yang ada saat ini.
******

Galang Taufani adalah Managing Editor di Suara Kebebasan. Galang adalah lulusan program Sarjana Hukum (2013) dan Magister Hukum (2016) di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Sebelum bergabung di Suara Kebebasan, Galang pernah bekerja sebagai wartawan, peneliti, dan dosen sejak tahun 2013. Galang menulis banyak karya berupa buku, jurnal, dan artikel ilmiah. Bidang yang digeluti olehnya, yaitu adalah bidang Hukum, Kebijakan Publik, Pajak, Filsafat, dan Sastra.