Bagaimana berjuang untuk masalah yang kita perhatikan? Banyak organisasi saat ini berjuang dengan cara memajukan kebebasan. Webinar ini membahas diskusi tentang ide-ide inovatif untuk pengorganisasian akar rumput. Mempelajari kiat untuk berpikir kreatif, menemukan nilai tambah unik, terhubung dengan masyarakat, dan menggunakan waktu untuk menjadi aktivis yang lebih baik.
Pembicara dalam webinar ini adalah Brooke Fallon, Associate Director Aktivisme di Institute for Justice dan Melanie Benit, Activism Associate di Institute for Justice
Brooke memiliki fokus tentang melatih aktivis terkait dengan isu kepemilikan properti melalui pengorganisasian, pelatihan, pembangunan koalisi, dan publik. Brooke juga membantu pengusaha dan pemilik properti berdiri dan membuat suara mereka didengar untuk melawan ancaman penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah. Brooke merupakan alumnus University of Chicago. Sebelum bergabung dengan Institute for Justice, Brooke bekerja di beberapa organisasi nirlaba di wilayah Chicago, termasuk Center for What Works, University of Chicago Community Service Center, dan Heartland Alliance.
Pembicara kedua dalam webinar ini adalah Melanie Benit yang memiliki pengalaman memobilisasi aktivis akar rumput dari seluruh negara untuk mengalahkan penyalahgunaan kekuasaan pemerintah. Ia merupakan seorang manajer kampanye serta terlibat banyak dalam merekrut, melatih, dan melibatkan mahasiswa dalam advokasi prinsip-prinsip pasar bebas. Melanie meraih gelar MA di bidang Pemerintahan, Kontra-Terorisme, dan Keamanan Dalam Negeri dari Lauder School of Diplomacy and Strategy di IDC Herzliya, Israel. Pengetahuan Melanie terkait dengan pemerintahan digunakan untuk mendukung dalam menciptakan hubungan dengan komunitas yang beragam di seluruh Amerika Serikat.
Institute for Justice sebaga lembaga aktivisme setidaknya telah melakukan banyak pekerjaan untuk mengupas persoalan-persoalan terkait dengan tantangan mengkampanyekan kebebasan. Hal ini seringkali dihadapkan pada banyak persoalan dan tantangan terkait dengan penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah yang sewenang-wenang, khususnya terkait dengan isu kebebasan ekonomi, hak kepemilikan, pendidikan alternatif, dan kebebasan berpendapat.
Brooke menceritakan, dalam mengadvokasi terkait dengan isu kepemilikan misalnya, bahwa ia beserta advokat publik melakukan gugatan terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan para pemilik properti. Selain itu, bahkan untuk mendukung kebebasan ekonomi bisa terwujud, Institute for Justice melakukan edukasi publik dengan menerima masukan dan keluhan terhadap persolan regulasi kebijakan yang merugikan tersebut melalu platform digital yang memungkinkan bagi para pengusaha untuk lebih mudah mengakses dan menyampaikan persoalan yang sedang mereka hadapi.
Brooke menyampaikan dalam dunia aktivisme melakukan hal tersebut adalah usaha-usaha yang harus dilakukan untuk melakukan edukasi publik agar tercipta kesadaran publik tentang pentingnya isu-isu yang didorong oleh organisasi mereka. Termasuk, melakukan diseminasi artikel tulisan dan pamphlet untuk membangun kesadaran publik tersebut.
Lantas, bagaimana tahapan yang harus disiapkan untuk menjadi aktivis dalam memperjuangkan isu-isu kebebasan? Apa yang harus disiapkan agar isu yang kita perjuangkan bisa berhasil membangun kesadaran publik?
Brooke menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus diperhatikan: Pertama, berpikir secara kreatif. Kedua, mengidentifikasi nilai lebih yang dimiliki. Ketiga, menyambungkan isu dan strategi tersebut kepada masyarakat. Empat, menjadi aktivis yang militan.
Ide kreatif adalah merupakan hal yang sangat penting untuk membangun aktivisme publik. Brooke menjelaskan bahwa semakin ide tersebut out of the box, semakin baik. Karena seringkali hal itu bisa memberikan dampak yang posiitif. Meskipun demikian, biasanya untuk awalan yang harus dilakukan adalah semudah mungkin dan efektif dan mencapai kelompok masyarakat yang akan kita dukung.
Salah satu satu contoh yang dilakukan oleh Brooke adalah ketika membuat portal website yang berguna untuk menerima masukan dan saran terkait dengan kebijakan properti pemerintah yang dinilai merugikan. Hal ini mampu membuat gerakan aktivisme yang dibuat dapat terhubung dengan masyarakat yang membutuhkan akan pemenuhan hak kepemilikan mereka.
Selanjutnya adalah mengidentifikasi kelebihan yang kita miliki. Hal ini penting untuk dilakukan karena ini akan berguna dalam melakukan aktivisme. Brooke menjelaskan bahwa kelebihan merupakan hal yang terdiri dari gabungan antara sesuatu yang bisa kita lakukan dengan baik dan kebutuhan masyarakat. Dengan, mempertimbangkan dua hal tersebut, maka akan bisa diidentifikasi kelebihan yang nantinya akan digunakan dalam menjalankan aktivisme tersebut.
Lantas, setelah dua hal di atas sudah cukup adalah bagaimana mengkomunikasikan ide kreatif dan kelebihan tersebut kepada masyarakat? Melanie menjelaskan Hal ini terdengar mudah, namun seringkali banyak yang tidak cukup berhasil melaksanakannya. Hal ini karena dalam tahapan ini penting untuk memperhatikan bagaimana hubungan dengan masyarakat.
Oleh karena itu, harus mengetahui kelompok masyarakat yang akan dijangkau. Tidak hanya itu, membangun relasi yang efektif adalah hal yang sangat penting. Misalnya, mungkin bisa melalui pendekatan, seperti mengirimkan email. Selain itu, melalukan riset pasar yang mendalam agar kelompok yang dijangkau tepat sasaran dan memberikan informasi pada kita untuk melakukan program aktivisme.
Terakhir, Melanie menjelaskan bahwa membangun kualitas personal agar berdampak pada program aktivisme yang dilakukan. Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai macam cara seperti meningkatkan keterampilan dan keahlian pendukung. Dan mulai melatih diri untuk bisa belajar dan menjalankan aktivisme dua kali lipat dari sebelumnya yang kita lakukan.Sebagai penutup, aktivisme merupakan hal yang sangat penting untuk melakukan memperjuangkan isu yang ada di dalam masyarakat.
Namun, penting untuk memperhatikan aspek-aspek yang harus dilewati agar proses itu bisa berjalan dengan baik. Selain itu, di tengah masa pandemi yang mengakibatkan model aktivisme berubah dan menjadi terbatas, penting untuk memahami satu pandangan yang tidak berubah, yaitu bahwa aktivisme harus tetap dilakukan dalam membela kebebasan.

Galang Taufani adalah Managing Editor di Suara Kebebasan. Galang adalah lulusan program Sarjana Hukum (2013) dan Magister Hukum (2016) di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Sebelum bergabung di Suara Kebebasan, Galang pernah bekerja sebagai wartawan, peneliti, dan dosen sejak tahun 2013. Galang menulis banyak karya berupa buku, jurnal, dan artikel ilmiah. Bidang yang digeluti olehnya, yaitu adalah bidang Hukum, Kebijakan Publik, Pajak, Filsafat, dan Sastra.