Artikel Dasar Libertarianisme kali ini akan membahas mengenai gagasan dari salah satu pendiri Mazhab Ekonomi Austria, Eugen von Böhm-Bawerk, mengenai peran pemerintah yang besar dalam perekonomian. Suara Kebebasan mengambil pembahasan mengenai hal ini dari artikel “Böhm-Bawerk: Austrian Economist Who Said No to Big Government” yang ditulis oleh Richard M. Ebeling di portal Mises.org*.
Peran pemerintah yang besar untuk mengintervensi ekonomi merupakan gagasan yang saat ini banyak disetujui dan didukung oleh berbagai kalangan di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia. Bagi banyak kalangan, sudah menjadi keharusan dan kewajiban pemerintah untuk memiliki peran yang sangat besar untuk mengatur perekonomian, dan menyediakan berbagai fasilitas bagi masyarakatnya.
Salah satu tokoh dan ekonom yang memiliki pandangan yang jauh berbeda, dan mengkitik keras kebijakan pemerintah yang sangat besar untuk mengatur perekonomian dan mengeluarkan anggaran yang sangat besar adalah seorang ekonom kelahiran Austria bernama Eugen von Böhm-Bawerk. Böhm-Bawerk dikenal sebagai salah satu pendiri dari Mazhab Ekonomi Austria, bersama dengan Carl Menger dan Friedrich von Wieser.
Böhm-Bawerk merupakan salah satu akademisi yang memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan gagasan Mazhab Ekonomi Austria. Salah satu kontribusi dari ekonom kelahiran Austrai tersebut yang paling berpengaruh adalah teorinya mengenai bunga pinjaman.
Bagi banyak orang, bunga pinjaman merupakan sesuatu yang tidak adil, dan tidak sedikit yang berpandangan bahwa praktik tersebut harus dilarang, karena seseorang yang meminjamkan uangnya tidak melakukan apapun, namun ia mendapatkan keuntungan. Tetapi, Böhm-Bawerk memiliki pandangan yang jauh berbeda.
Sumber bunga pinjaman, bagi Böhm-Bawerk, adalah harga yang dari pertukaran konsumsi dan produksi dalam waktu tertentu. Singkatnya, setiap individu memiliki preferensi untuk menggunakan uangnya apakah digunakan hari ini atau disimpan untuk sesuatu yang dianggap lebih bermanfaat di masa yang akan datang. Dengan demikian, individu yang memiliki preferensi untuk menggunakan uangnya untuk di waktu yang akan datang, ia bisa “berdagang” dengan seseorang lain yang memiliki preferensi untuk melakukan konsumsi saat ini, di mana bunga menjadi harga dari transaksi tersebut.
Selain menjadi ekonom, Böhm-Bawerk juga sempat menjadi Menteri Keuangan Kekaisaran Austria-Hungaria pada tahun 1895. Ketika menjadi menteri keuangan, ia secara keras mendukung kebijakan pajak dan pengeluaran pemerintah yang rendah, menyeimbangkan anggaran pemerintah, dan kebijakan moneter yang berdasarkan standar emas.
Pada tahun 1889, 4 tahun setelah ia turun jabatan dari menteri keuangan, Böhm-Bawerk kembali dipanggil oleh Kementerian Keuangan Austria dan meninggalkan dunia akademis. Di sana, ia bekerja untuk mereformasi sistem perpajakan yang ada di Austria, dan ia menjadi Kepala Departemen Pajak pada tahun 1891. Ia kembali mengajukan sistem standar emas untuk mencegah adanya manipulasi moneter yang dilakukan oleh pemerintah dengan mencetak uang kertas sebanyak-banyaknya.
Böhm-Bawerk kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan Austria pada tahun 1896-1897, dan pada tahun 1900-1904. Sebagaimana masa jabatan pertamanya, Böhm-Bawerk berkomitmen untuk mengendalikan pengeluaran pemerintah dan memastikan tingkat pajak yang rendah. Ia berhasil menekan berbagai program pemerintah besar yang menghabiskan anggaran dari Perdana Menteri Austria, Ernest von Koerber.
Beberapa bulan sebelum ia wafat pada tahun 1914, Böhm-Bawerk menerbitkan esai panjang yang berjudul “Control or Economic Law?”. Dalam esai tersebut, ia memperingatkan bahaya berbagai kelompok kepentingan yang merongrong dan menggunakan pemerintah untuk keuntungan diri mereka sendiri.
Salah satu kelompok kepentingan yang dibahas oleh Böhm-Bawerk adalah serikat pekerja yang menuntut pemerintah untuk menentukan batas gaji tertentu, yang umumnya dikenal dengan kebijakan upah minimum. Böhm-Bawerk mengatakan bahwa upah yang semakin tinggi yang tidak sesuai dengan mekanisme pasar merupakan kebijakan yang keliru. Kenaikan upah harusnya didasarkan pada naiknya produktivitas, dan bukan ditentukan oleh para politisi dan pejabat pemerintahan.
Inilah bahayanya bila pemerintah memiliki kekuasaan yang besar untuk mengatur perekonomian, dan mengeluarkan anggaran yang sangat besar untuk berbagai proyek. Berbagai sumber daya tersebut nantinya akan berpotensi besar untuk digunakan oleh berbagai kepentingan yang ingin mendapatkan keuntungan dari berbagai kebijakan atau proyek tersebut.
Saat ini, kita bisa dengan mudah melihat peringatan dari Böhm-Bawerk terjadi di sekitar kita. Di berbagai negara, termasuk juga di negara yang kerap dianggap sebagai punggawa kapitalisme seperti Amerika Serikat, berbagai kelompok kepentingan dan juga badan usaha berlomba-lomba untuk mendekati pemerintah agar mereka bisa mendapatkan proyek dan keuntungan, atau mendukung regulasi tertentu yang membatasi kompetisi agar mereka bisa menguasai pasar, namun bukan dengan cara memberikan produk yang terbaik bagi konsumen.
Sebagai penutup, Böhm-Bawerk merupakan salah satu tokoh dan akademisi yang sangat berintegritas, di mana ia tetap konsisten menerapkan apa yang ia tulis di dalam esai dan buku akademis ketika ia menjadi pejabat publik. Selain itu, peringatan dari Böhm-Bawerk mengenai bahaya pemerintahan yang besar juga merupakan hal yang harus terus kita dengarkan dan perhatikan, di mana peringatan tersebut merupakan hal yang terus berlaku sampai hari ini.
*Artikel ini diambil dari artikel yang ditulis oleh Richard M. Ebeling yang berjudul “Böhm-Bawerk: Austrian Economist Who Said No to Big Government”. Link artikel: https://mises.org/library/bohm-bawerk-austrian-economist-who-said-no-big-government Diakses pada 6 November 2021, pukul 00.35 WIB.

Haikal Kurniawan merupakan editor pelaksana Suara Kebebasan dari Januari 2020 – Januari 2022. Ia merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Haikal menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia pada tahun 2018 dengan judul skripsi “Warisan Politik Ronald Reagan Untuk Partai Republik Amerika Serikat (2001-2016).”
Selain menjadi editor pelaksana dan kontributor tetap Suara Kebebasan, Haikal juga aktif dalam beberapa organisasi libertarian lainnya. Diantaranya adalah menjadi anggota organisasi mahasiswa libertarian, Students for Liberty sejak tahun 2015, dan telah mewakili Students for Liberty ke konferensi Asia Liberty Forum (ALF) di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun bulan Februari tahun 2016, dan Australian Libertarian Society Friedman Conference di Sydney, Australia pada bulan Mei 2019. Haikal saat ini menduduki posisi sebagai salah satu anggota Executive Board Students for Liberty untuk wilayah Asia-Pasifik (yang mencakup Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, dan New Zealand).
Haikal juga merupakan salah satu pendiri dan koordinator dari komunitas libertarian, Indo-Libertarian sejak tahun 2015. Selain itu, Haikal juga merupakan alumni program summer seminars yang diselenggarakan oleh institusi libertarian Amerika Serikat, Institute for Humane Studies, dimana Haikal menjadi peserta dari salah satu program seminar tersebut di Bryn Mawr College, Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan Juni tahun 2017.
Mewakili Suara Kebebasan, Haikal juga merupakan alumni dari pelatihan Atlas’s Think Tank Essentials yang diselenggarakan oleh Atlas Network pada bulan Februari 2019 di Colombo, Sri Lanka. Selain itu, ia juga merupakan alumni dari workshop International Academy for Leadership (IAF) yang diselenggarakan oleh lembaga Friedrich Naumann Foundation di kota Gummersbach, Jerman, pada bulan Oktober 2018.
Haikal dapat dihubungi melalui email: haikalkurniawan@studentsforliberty.org.
Untuk halaman profil Haikal di Students for Liberty dapat dilihat melalui tautan ini.
Untuk halaman profil Haikal di Consumer Choice Center dapat dilihat melalui tautan ini.