“Mereka yang akan menyerahkan kebebasan yang esensial, untuk mendapatkan sedikit keamanan yang sementara, tidak berhak mendapatkan kebebasan atau keamanan.”
Itulah kutipan yang sangat terkenal dari salah satu Bapak Pendiri Amerika Serikat, Benjamin Franklin. Franklin, yang menjadi salah satu tokoh penandatangan ratifikasi konstitusi Amerika Serikat, memberi peringatan akan bahayanya bila seseorang membiarkan negara mengambil kebebasan dasarnya dengan dalih keamanan yang bersifat sementara.
Isu mengenai keamanan dan kebebasan memang merupakan topik yang tidak bisa dihapuskan dalam diskursus mengenai filsafat politik, termasuk diantaranya gagasan liberalisme klasik dan libertarianisme. Posisi seseorang mengenai hal tersebut merupakan salah satu hal yang paling menentukan dalam pandangannya seberapa besar wewenang pemerintah untuk mengintervensi kehidupan warganya.
Posisi seseorang yang mendeksripsikan dirinya sebagai liberal klasik dan libertarian umumnya akan cenderung memiliki pandangan bahwa fungsi utama dari negara adalah menjaga kebebasan individu warganya dari agresi pihak lain. Oleh karena itu, wewenang yang dimiliki oleh institusi negara harus seminim mungkin. Bila kita memfokuskan keamanan dibandingkan kebebasan, maka kebebasan individu niscaya menjadi dikorbankan. Oleh karena itu, kebebasan jauh lebih penting daripada keamanan (mercatornet.com, 4/3/2020).
Lantas, apakah pandangan ini sesuatu yang tepat? Apakah kebebasan merupakan sesuatu yang jauh lebih penting dibandingkan dengan keamanan?
*****
Izinkan saya menjawab pertanyaan tersebut melalui ilustrasi sederhana. Bayangkan bila Anda tinggal di sebuh negara yang bebas dan memiliki konstitusi yang sangat liberal. Di negara tersebut, tidak ada aturan yang membatasi kebebasan seseorang beribadah sesuai dengan keyakinannya, hukum yang membredel media atau tabloid yang mengkritik pemerintah, atau aparat keamanan yang memata-matai dan melanggar hak privasi warganya.
Tidak hanya kebebasan sipil, negara tersebut juga tidak memiliki seperangkat aturan yang membatasi kegiatan ekonomi. Setiap individu dapat dengan bebas membuka dan menjalankan usaha, serta melakukan transaksi dan kontrak bisnis dengan siapapun yang ia inginkan.
Namun, negara tersebut tidak memiiki institusi keamanan yang kuat, dan kekerasan sangat lazim terjadi. Hampir setiap hari, ada saja kasus ledakan bom di berbagai tempat publik. Penembakan massal dan pembunuhan juga merupakan bagian dari keseharian warga yang tinggal di negara tersebut.
Bila Anda menjadi penduduk yang tinggal di negara tersebut, apakah Anda akan merasa bebas? Apakah Anda dapat menikmati hak-hak dasar yang tercantum di dalam konstitusi negara tempat Anda tinggal?
Kemungkinan besar tentu tidak. Bagaimana Anda bisa menikmati kebebasan beragama yang tercantum di konstitusi, bila ketika Anda sedang beribadah Anda selalu dihantui bom yang tiba-tiba dapat meledak di rumah ibadah Anda? Bagaimana pula Anda bisa menikmati kebebasan ekonomi yang dijamin oleh hukum untuk membangun usaha, bila aparat keamanan di negara Anda sangat lemah, sehingga dengan mudah seseorang dapat dengan bebas merampas atau menghancurkan tempat usaha yang Anda bangun?
Keamanan merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kebebasan. Tanpa adanya keamanan, maka mustahil Anda dapat menikmati kebebasan yang Anda miliki secara maksimum, karena setiap hari Anda akan selalu dihantui ketakutan dan teror akan kesakitan, hilangnnya properti, hingga kematian.
Thomas Hobbes merupakan salah satu pemikir dan filsuf politik pertama yang secara rinci menggambarkan bagaimana kehidupan manusia tanpa adanya keamanan. Dalam karyanya yang sangat terkenal, Leviathan, menulis bahwa, tanpa adanya otoritas keamanan, maka tidak akan ada budaya, bangunan, seni, dan pengetahuan. Kehidupan manusia akan dipenuhi dengan kemiskinan, kebrutalan, dan usia yang pendek (The Atlantic, 11/10/2012).
Hal ini bukan karena adanya sistem yang jahat, yang mempengaruhi manusia untuk menyakiti manusia lain, tetapi lebih kepada kondisi alamiah (human nature) manusia itu sendiri. Manusia adalah spesies yang memiliki kecenderungan untuk berbuat rakus, baik rakus akan kekayaan, kejayaan, atau kekuasaan, dan untuk memuaskan hasratnya, tidak jarang seseorang menghalalkan segala cara, termasuk diantaranya dengan mengambil hak orang lain. Untuk itu, dibutuhkan adanya otoritas untuk menjaga keamanan untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
Kita bisa melihat dengan sangat jelas saat ini, bagaimana keadaan wilayah yang tidak memiliki otoritas untuk menjaga keamanan beserta masyarakat yang tinggal di dalamnya. Somalia misalnya, merupakan salah satu contoh dari wilayah tersebut dan justru jatuh ke dalam perang saudara, di mana setiap faksi membangun milisi untuk mengambil kekuasaan. Perang saudara tersebut, yang terjadi dari tahun 1991, terus terjadi hingga hari ini, dan sudah memakan banyak korban jiwa, dan menyebabkan setidaknya 2,6 juta orang mengungsi (unrefugees.org, 7/1/2020).
Menyatakan bahwa keamanan merupakan fondasi dari kebebasan bukan berarti memberikan kewenangan tanpa batas kepada institusi negara untuk melakukan hal apapun dengan mengatasnamakan keamanan. Untuk itu, adanya check and balances antar lembaga negara, dan juga transparansi serta institusi pers yang bebas, sangat penting ditegakkan untuk mencegah terjadinya penyalagunaan wewenang oleh para aktor dan institusi negara.
Sebagai penutup, kebebasan merupakan nilai yang sangat penting untuk dijunjung tinggi dan dilindungi. Tanpa adanya penghormatan terhadap kebebasan individu, maka hak-hak dasar seseorang bila dengan mudah dicederai dan dirampas oleh pemerintah dan penguasa, yang niscaya akan berujung pada kekuasaan diktator dan otoritarianisme.
Namun, hal lain yang tidak boleh kita lupakan adalah, keamanan merupakan fondasi yang tidak bisa dipisahkan dari kebebasan. Tanpa adanya keamanan, niscaya individu tidak akan bisa menikmati kebebasannya untuk menjalankan hidup dan mengambil pilihan bagi dirinya sendiri.
Referensi
https://mercatornet.com/freedom-is-more-important-than-the-illusion-of-security/47164/ Diakses pada 20 November 2021, pukul 17.55 WIB.
https://www.theatlantic.com/personal/archive/2012/10/a-war-of-all-against-them/263345/ Diakses pada 20 November 2021, pukul 19.20 WIB.
https://www.unrefugees.org/news/somalia-refugee-crisis-explained/ Diakses pada 20 November 2021, pukul 22.05 WIB.

Haikal Kurniawan merupakan editor pelaksana Suara Kebebasan dari Januari 2020 – Januari 2022. Ia merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Haikal menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia pada tahun 2018 dengan judul skripsi “Warisan Politik Ronald Reagan Untuk Partai Republik Amerika Serikat (2001-2016).”
Selain menjadi editor pelaksana dan kontributor tetap Suara Kebebasan, Haikal juga aktif dalam beberapa organisasi libertarian lainnya. Diantaranya adalah menjadi anggota organisasi mahasiswa libertarian, Students for Liberty sejak tahun 2015, dan telah mewakili Students for Liberty ke konferensi Asia Liberty Forum (ALF) di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun bulan Februari tahun 2016, dan Australian Libertarian Society Friedman Conference di Sydney, Australia pada bulan Mei 2019. Haikal saat ini menduduki posisi sebagai salah satu anggota Executive Board Students for Liberty untuk wilayah Asia-Pasifik (yang mencakup Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, dan New Zealand).
Haikal juga merupakan salah satu pendiri dan koordinator dari komunitas libertarian, Indo-Libertarian sejak tahun 2015. Selain itu, Haikal juga merupakan alumni program summer seminars yang diselenggarakan oleh institusi libertarian Amerika Serikat, Institute for Humane Studies, dimana Haikal menjadi peserta dari salah satu program seminar tersebut di Bryn Mawr College, Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan Juni tahun 2017.
Mewakili Suara Kebebasan, Haikal juga merupakan alumni dari pelatihan Atlas’s Think Tank Essentials yang diselenggarakan oleh Atlas Network pada bulan Februari 2019 di Colombo, Sri Lanka. Selain itu, ia juga merupakan alumni dari workshop International Academy for Leadership (IAF) yang diselenggarakan oleh lembaga Friedrich Naumann Foundation di kota Gummersbach, Jerman, pada bulan Oktober 2018.
Haikal dapat dihubungi melalui email: haikalkurniawan@studentsforliberty.org.
Untuk halaman profil Haikal di Students for Liberty dapat dilihat melalui tautan ini.
Untuk halaman profil Haikal di Consumer Choice Center dapat dilihat melalui tautan ini.