“All the President’s Men”, Kebebasan Pers, dan Penyalahgunaan Kekuasaan oleh Pemerintah

717

Judul Film: All the President’s Men

Sutradara: Alan J. Pakula

Tahun: 1976

Durasi: 136 menit

Studio: Warner Bros

 

Bagi Anda yang menggemari politik Amerika Serikat, bila Anda ditanya mengenai skandal politik paling besar dalam sejarah negeri Paman Sam tersebut, besar kemungkinan Anda akan menjawab Skandal Watergate. Skandal Watergate sedemikan besarnya, hingga menjatuhkan Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon, pada tahun 1974.

Skandal besar tersebut diawali dengan tertangkapnya 5 orang pendobrak yang masuk di kompleks perkantoran Watergate di Washington D.C. pada tahun 1972, di mana tempat tersebut merupakan kantor pusat dari komite nasional Partai Demokrat (Democratic National Committee). Setelah ditelusuri, mereka yang mendobrak ke kantor tersebut ternyata memiliki jaringan hingga ke posisi politik tertinggi di negeri Paman Sam tersebut.

Pekerja media pertama yang menelusuri dan membongkar skandal besar tersebut adakah dua jurnalis muda The Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein. Kisah tersebut diabadikan di dalam film klasik berjudul “All the President’s Men”, garapan sutradara Alan J. Pakula, di mana Woodward dan Bernstein diperankan oleh dua aktor kawakan Robert Redford dan Dustin Hoffman.

Sebagaimana awal mula skandal Watergate, film tersebut diawali ketiga ada 5 orang yang ditangkap ketika mendobrak kantor Partai Demokrat di kompleks gedung perkantoran Watergate di Washington D.C. pada tahun 1972 tempat berlangsungnya konvensi Partai Demokrat. Bob Woodward dari harian The Washington Post ditugaskan untuk menginvestigasi kejadian tersebut.

Pasca investigasi dari FBI, ditemukan ternyata kelima pendobrak tersebut ingin memasang alat perekam tersembunyi di kantor pusat Komite Nasional Partai Demokrat tersebut. Para pendobrak tersebut, di buku telepon mereka, mencantumkan nama Howard Hunt. Setelah Woodward melakukan investigasi, ternyata Hunt merupakan mantan agen Central Intelligence Agency (CIA) yang juga pernah bekerja di kantor penasihat untuk Presiden Richard Nixon di Gedung Putih.

Woodward akhirnya bekerja sama dengan rekannya di The Washington Post, Carl Bernstein, untuk menginvestigasi peristiwa pendobrakan tersebut. Hunt setelah diselidiki merupakan sosok yang sangat misterius. Ia pernah menulis novel untuk salah salah satu penerbit, tetapi setelah dihubungi penerbit tersebut tidak bersedia memberi informasi mengenai Hunt. Kantor penasihat Presiden Nixon juga tidak bisa dihubungi oleh Bernstein dan Woodward.

Woodward akhirnya menghubungi kontak rahasianya di lembaga eksekutif di pemerintahan Amerika Serikat, yang sudah dikenalnya sejak beberapa tahun lalu, yang secara anonim diberi nama Deep Throat oleh Woodward. Woodward meminta kontaknya tersebut untuk membantunya menginvestigasi peristiwa pendobrakan di kompleks Watergate. Deep Throat mengatakan kepada Woodward untuk mengikuti uang yang ditemukan oleh aparat penegak hukum dari para pendobrak kompleks Watergate yang ditangkap.

Setelah Bernstein melakukan investigasi, ditemukan bahwa ada uang dalam bentuk cek sebesar USD 25.000 yang dimiliki oleh salah satu dari kelima pendobrak kantor Partai Demokrat tersebut, atas nama seorang pengusaha bernama Kenneth Dahlberg. Woodward selanjutnya mencari kontak Dahlberg, dan berhasil menghubungi pengusaha tersebut.

Ketika dihubungi, Dahlberg mengatakan ia tidak tahu bagaimana bisa cek atas namanya bisa didapatkan oleh salah satu dari kelima pendobrak kompleks gedung perkantoran Watergate tersebut. Dahlberg mengatakan bahwa cek tersebut ia berikan kepada Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat pada era Nixon, yang pada saat itu menjadi ketua bidang keuangan untuk tim kampanye Nixon, Maurice Stans. Woodward dan Bernstein akhirnya memiliki bukti kuat untuk menghubungkan antara para pendobrak Watergate dengan tim kampanye Nixon, dan segera mempublikasikan berita tersebut.

Woodward dan Bernstein selanjutnya mencoba mencari bagaimana caranya Stans memberikan cek tersebut kepada pendobrak Watergate. Kedua jurnalis The Washington Post mendatangi beberapa orang yang pernah bekerja di bagian keuangan tim kampanye Nixon untuk wawancara, akan tetapi semua orang yang dihubungi tersebut menolak.

Bernstein akhirnya berhasil mewawancarai salah seorang yang pernah bekerja di bagian keuangan tim kampanye Nixon bernama Judy Hoback Miller. Miller mengatakan bahwa tim kampanye Nixon pernah mendapat kiriman uang hingga sebanyak USD6 juta dalam bentuk tunai, tapi ia tidak bisa memberi konfirmasi apakah uang tersebut digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan upaya sabotase dalam bentuk pendobrakan di kantor pusat Partai Demokrat di kompleks Watergate. Namun, banyak orang yang bekerja di tim kampanye Nixon yang memiliki kecurigaan hal tersebut berhubungan erat, dan seluruh catatan dokumen mengenai uang tersebut sudah dihancurkan.

Woodward dan Bernstein juga berhasil mewawancarai Hugh Sloan, yang merupakan mantan bendahara di bagian keuangan tim kampanye Nixon. Sloan akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisinya karena konflik etis, di mana ia akhirnya mengetahui bahwa di antara tim kampanye Nixon, ada kelompok khusus, yang dikenal dengan nama White House Plumbers, yang bertugas untuk mensabotase Partai Demokrat.

Setelah melanjutkan investigasinya, Woodward akhinya mendapatkan informasi di mana salah satu orang yang mengendalikan dana rahasia di dalam tim kampanye Presiden Nixon tersebut adalah Kepala Staf Kepresidenan, Bob Halderman. Woodward selanjutnya kembali menemui Deep Throat untuk mengkonfimasi informasi terebut. Deep Throat membenarkan bahwa operasi untuk mensabotase Partai Demokrat tersebut dipimpin oleh Halderman, dan melibatkan seluruh badan intelejen dan aparat penegak hukum di Amerika Serikat, mulai dari FBI, CIA, dan Departemen Keadilan (Department of Justice).

Presiden Nixon sendiri akhirnya berhasil kembali memenangkan dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun 1972. Woodward dan Bernstein sendiri menerbitkan artikel lengkap mengenai Skandal Watergate di The Washington Post pada bulan April 1973, setelah Nixon dilantik untuk periode keduanya.

Kisah selanjutnya menjadi catatan sejarah. Karena skandal tersebut, Presiden Richard Nixon mengundurkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat pada bulan Agustus tahun 1974, dan digantikan wakil Presiden Gerald Ford. Berbagai petinggi tim kampanye Nixon dan staf kepresidenan Gedung Putih juga ditangkap, diadili, dan dipenjara atas peran mereka dalam skandal tersebut. Halderman sendiri dipenjara selama 18 bulan (The Washington Post, 13/11/1993).

Presiden Nixon sendiri akhirnya mendapat grasi dari Presiden Ford pada bulan September tahun 1974 (The New York Times, 08/09/2018). Pada tahun 2005, mantan Wakil Direktur FBI, Mark Felt, akhirnya membuka bahwa dirinya adalah sumber rahasia Woodward yang dikenal dengan nama Deep Throat, yang membantu Woodward membongkar skandal Watergate (The New York Times, 19/12/2008).

Dalam film ini, kita belajar mengenai bahaya kesewenang-wenangan pemerintah, dan pentingnya integritas jurnalisme dan kebebasan pers untuk menjaga kita dari tindakan kesewenang-wenangan tersebut. Kebebasan pers merupakan salah satu pilar utama masyarakat bebas untuk memberi kontrol terhadap mereka yang memiliki kekuasaan politik dan wewenang besar untuk menentukan kehidupan jutaan orang.

Woodward dan Bernstein adalah contoh bagaimana pentingnya integritas jurnalisme dan kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi dan masyarakat bebas. Dalam negara yang bebas, salah satu fungsi utama dari media massa adalah sebagai institusi penyeimbang untuk mencegah para pejabat dan pemimpin negara untuk menyalahgunakan kekuasaan yang mereka miliki untuk keuntungan diri mereka semata.

Tanpa adanya institusi pers yang bebas dan jurnalisme yang berintegritas di sebuah negara, niscaya tidak akan ada institusi yang menjadi penyeimbang penguasa, dan para pejabat dan pemimpin negara tersebut dapat semakin mudah menyalahgunakan kekuasaan mereka, seperti yang dilakukan oleh Presiden Nixon dan orang-orang terdekatnya. Institusi pers yang bebas dan berintegritas merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar sebagai salah satu pilar terpenting untuk membangun negara yang bebas dan demokratis.

 

Referensi

https://www.washingtonpost.com/wp-srv/national/longterm/watergate/stories/halobit.htm Diakses pada 26 Oktober 2020, pukul 01.15 WIB.

https://www.nytimes.com/2018/09/08/us/politics/nixon-ford-pardon-watergate.html Diakses pada 26 Oktober 2020, pukul 02.05 WIB.

https://www.nytimes.com/2008/12/19/washington/19felt.html Diakses pada 26 Oktober 2020, pukul 03.10 WIB.