Judul Film : Lincoln
Sutradara : Steven Spielberg
Tahun Rilis: 2012
Durasi : 150 Menit
Studio : Walt Disney Studios Motion Pictures dan 20th Century Fox
Perang Sipil Amerika Serikat yang terjadi pada tahun 1861-1865 merupakan salah satu periode yang paling penting dalam sejarah negeri Paman Sam. Perang tersebut merupakan salah satu periode yang sangat menentukan keutuhan Amerika Serikat, apakah negara tersebut akan tetap bersatu dalam payung federalisme, atau menjadi terpecah-pecah antara negara serikat di utara (Union) dan negara konfederasi di selatan (Confederate).
Perang tersebut merupakan ledakan dari konflik berkepanjangan yang sangat mempolariasai Amerika Serikat pada masa itu, yakni isu mengenai perbudakan. Bagi sebagian kelompok, perbudakan merupakan institusi yang sangat kejam dan wajib dihapuskan karena menjadikan manusia sebagai barang. Di sisi lain, ada juga mereka yang berpandangan bahwa institusi perbudakan adalah sesuatu yang sangat penting karena orang kulit hitam merupakan ras yang lebih inferior dibandingkan dengan kulit putih (History.com, 12/11/2009).
Hal ini yang membuat Amerika Serikat semakin terbelah menjadi utara dan selatan, di mana negara-negara bagian di sebelah utara menghapus perbudakan, sementara negara-negara bagian selatan memberlakukan perbudakan. Konflik ini menjadi puncaknya ketika pada tahun 1861, Abraham Lincoln dari Partai Republik, yang memiliki posisi anti-perbudakan, terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat.
Pasca terpilihnya Lincoln, negara-negara bagian di wilayah selatan segera menyatakan bahwa mereka memisahkan diri dari Amerika Serikat. Lincoln pun dihadapkan pada kenyataan bahwa negaranya terpecah, dan ia harus memimpin negaranya agar tetap bersatu. Kisah Abraham Lincoln memimpin Amerika Serikat dalam Perang Sipil ini diabadikan oleh sutradara kondang Steven Spielberg, dalam film “Lincoln” yang dirilis pada tahun 2012.
Film Lincoln dibuka ketika Presiden Abraham Lincoln, yang diperankan oleh aktor kenamaan asal Inggris, Daniel Day-Lewis, mengunjungi salah satu barak militer tentara Union di medan perang. Lincoln pada saat itu didatangi oleh dua orang tentara kulit hitam, yang menceritakan bahwa mereka dibayar lebih sedikit daripada tentara berkulit putih.
Latar waktu dari film ini adalah tahun 1865, atau sekitar dua bulan sebelum Perang Sipil Amerika berakhir. Lincoln dan kabinetnya sedang menyusun strategi untuk meloloskan Amandemen ke-13 dalam Konstitusi Amerika Serikat yang menghapuskan perbudakan, agar praktik tersebut tidak lagi bisa diberlakukan kembali di masa yang akan datang.
Namun, untuk meloloskan Amandemen Konstitusi tersebut, threshold yang harus dicapai sangat tinggi, yakni harus mencapai dua per tiga suara super mayoritas di kedua kamar Kongres Amerika Serikat, yakni Senat dan House of Representatives. Untuk itu, Lincoln memerintahkan kabinetnya untuk memfokuskan usaha mereka untuk mencari strategi meloloskan amandemen tersebut, dan ia menemukan pelobi yang bisa melakukan persuasi terhadap anggota Kongres, khususnya dari Partai Demokrat yang menjadi partai oposisi Lincoln, untuk meloloskan amandemen tersebut.
Pada saat yang sama, Lincoln juga dihadapi oleh dilema besar. Pasukan Konfederasi yang berperang melawan tentara Union pada Perang Sipil Amerika di tahun 1865 sudah semakin terdesak, dan kemenangan Union sudah di depan mata. Konfederasi pun akhirnya mengirimkan delegasi untuk mengusulkan perjanjian damai dengan Lincoln demi mengakhiri perang tersebut.
Kelompok konservatif di Partai Republikan, yang merupakan kendaraan politik Lincoln, menekan Lincoln untuk menyetujui perjanjian damai tersebut untuk segera mengakhiri perang yang telah menghilangkan ratusan ribu jiwa. Tetapi, Konfederasi menyatakan syarat dalam usulan perjanjian damai mereka untuk tetap memberlakukan sistem perbudakan di wilayahnya, yang merupakan syarat yang tidak bisa diterima oleh Presiden Amerika Serikat tersebut.
Hal ini merupakan masalah yang sangat besar, karena sebagian besar anggota Kongres Amerika Serikat, meskipun yang berasal dari Partai Republikan, memiliki fokus utama untuk mengakhiri perang dan bukan menghapuskan perbudakan. Untuk itu, Lincoln harus merahasiakan adanya delegasi tersebut dan jangan sampai diketahui oleh Kongres, karena bila informasi tersebut tersebar, maka Kongres akan menekan Lincoln untuk menyepakati perjanjian damai tersebut, dan Amandemen ke-13 yang menghapuskan perbudakan akan gagal untuk diloloskan.
Setelah melakukan lobi terhadap anggota Kongres, Amandemen ke-13 tersebut akhirnya berhasil lolos di kedua kamar Kongres Amerika Serikat. Sebelum disahkan, Amandemen tersebut harus diratifikasi terlebih dahulu oleh tiga per empat negara bagian di Amerika Serikat, dan akhirnya berhasil disahkan pada 6 Desember 1865 (History.com, 13/12/2009). Untuk pertama kalinya dalam sejarah Negeri Paman Sam, akhirnya secara eksplisit dan jelas dinyatakan di dalam konstitusi bahwa segala bentuk praktik tenaga kerja paksa, termasuk tentunya perbudakan, adalah sesuatu yang ilegal dan dilarang.
Lincoln sendiri tidak sempat menyaksikan Amandemen tersebut berhasil disahkan dan diratifikasi. Film ini ditutup ketika Abraham Lincoln ditembak setelah ia menonton pertujukan teater di ibukota Amerika Serikat, Washington D.C., pada 15 April 1865, atau 8 bulan sebelum Amandemen ke-13 diratifikasi.
Perang Sipil Amerika Serikat sendiri merupakan konflik bersenjata paling berdarah dalam sejarah negeri Paman Sam tersebut, bahkan termasuk juga berbagai peperangan modern yang dialami oleh Amerika Serikat pada abad ke-20 dan ke-21. Setidaknya, 620.000 jiwa penduduk Amerika Serikat kehilangan nyawa dalam perang sipil tersebut (History.com, 15/10/2009).
Kepemimpinan Abraham Lincoln sendiri merupakan hal yang sangat menentukan untuk membawa kemenangan tentara Union melawan pasukan pemberontak Konfederasi yang ingin memisahkan diri dan mempertahankan sistem perbudakan. Atas jasanya memimpin Amerika Serikat dalam konfilk yang sangat besar tersebut, banyak sejarawan yang menempatkan Abraham Lincoln sebagai presiden terbesar Amerika Serikat (Businessinsider.com, 2/7/2020).
Sebagai penutup, Abraham Lincoln, yang diabadikan dalam film garapan sutradara Steven Spielberg tersebut, tidak bisa diragukan lagi merupakan salah satu pemimpin paling besar dan paling berpengaruh, bukan hanya dalam sejarah Amerika Serikat, namun juga sejarah dunia. Melalui tekadnya yang sangat kuat untuk menghapuskan institusi perbudakan yang sangat tidak berperikemanusiaan, telah membawa kebebasan bagi jutaan warga kulit hitam di negeri Paman Sam tersebut, tidak hanya kepada mereka yang hidup di tahun 1860-an, namun juga jutaan anak cucu mereka yang kelak akan dilahirkan.
Referensi
https://www.history.com/topics/black-history/slavery Diakses pada 20 Maret 2021, pukul 21.35 WIB.
https://www.history.com/this-day-in-history/13th-amendment-ratified Diakses pada 21 Maret 2021, pukul 00.20 WIB.
https://www.history.com/topics/american-civil-war/american-civil-war-history Diakses pada 21 Maret 2021, pukul 01.05 WIB.
https://www.businessinsider.com/the-top-20-presidents-in-us-history-according-to-historians-2017-2?r=US&IR=T Diakses pada 21 Maret 2021, pukul 02.10

Haikal Kurniawan merupakan editor pelaksana Suara Kebebasan dari Januari 2020 – Januari 2022. Ia merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Haikal menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia pada tahun 2018 dengan judul skripsi “Warisan Politik Ronald Reagan Untuk Partai Republik Amerika Serikat (2001-2016).”
Selain menjadi editor pelaksana dan kontributor tetap Suara Kebebasan, Haikal juga aktif dalam beberapa organisasi libertarian lainnya. Diantaranya adalah menjadi anggota organisasi mahasiswa libertarian, Students for Liberty sejak tahun 2015, dan telah mewakili Students for Liberty ke konferensi Asia Liberty Forum (ALF) di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun bulan Februari tahun 2016, dan Australian Libertarian Society Friedman Conference di Sydney, Australia pada bulan Mei 2019. Haikal saat ini menduduki posisi sebagai salah satu anggota Executive Board Students for Liberty untuk wilayah Asia-Pasifik (yang mencakup Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, dan New Zealand).
Haikal juga merupakan salah satu pendiri dan koordinator dari komunitas libertarian, Indo-Libertarian sejak tahun 2015. Selain itu, Haikal juga merupakan alumni program summer seminars yang diselenggarakan oleh institusi libertarian Amerika Serikat, Institute for Humane Studies, dimana Haikal menjadi peserta dari salah satu program seminar tersebut di Bryn Mawr College, Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan Juni tahun 2017.
Mewakili Suara Kebebasan, Haikal juga merupakan alumni dari pelatihan Atlas’s Think Tank Essentials yang diselenggarakan oleh Atlas Network pada bulan Februari 2019 di Colombo, Sri Lanka. Selain itu, ia juga merupakan alumni dari workshop International Academy for Leadership (IAF) yang diselenggarakan oleh lembaga Friedrich Naumann Foundation di kota Gummersbach, Jerman, pada bulan Oktober 2018.
Haikal dapat dihubungi melalui email: haikalkurniawan@studentsforliberty.org.
Untuk halaman profil Haikal di Students for Liberty dapat dilihat melalui tautan ini.
Untuk halaman profil Haikal di Consumer Choice Center dapat dilihat melalui tautan ini.